- Perhatikan bahasa tubuh dan kondisi narasumber
Setelah peristiwa traumatik bisa saja mereka sensitif terhadap lampu sorot, bliz kamera, suara air dituang, pemantik rokok, atau asap. Ia mungkin sedih, gugup, gemetar dsb. Kepekaan anda dalam peliputan akan membantu membuat suasana wawancara menjadi kondusif. Ketika narasumber tidak mau komentar dan mengatakan “kami masih berduka”, pewawancara harus arif dengan menghentikan wawancara. Saat narasumber menunjukan kedukaannya dan menangis, sebaiknya wartawan tidak mengambil gambar narasumber.
- Memperkenalkan diri dengan jelas
Sebutkan indentitas diri anda dengan jelas sebelum memulai wawancara. Yang patut diingat, tidak semua orang mau masalah/penderitaanya diungkap oleh media.
- Menghargai sikap korban
Jika narasumber menolak diwawancara, bersikaplah arif. Katakan simpati anda pada narasumber.
- Memberikan pengertian kepada korban
Untuk korban kasus yang traumatik, keengganan narasumber bertemu wartawan selain soal waktu yang tidak tepat, mereka juga memiliki kekhawatiran akan dikenali pelaku. Untuk itu beri pengertian pada narasumber bahwa identitasnya akan dirahasiakan.
- Memulai wawancara dengan ungkapan simpatik
Mulailah dengan ungkapan simpatik, misal: “saya ikut prihatin dengan apa yang ibu/bapak hadapi saat ini”. Hindari menanyakan perasaan: “bagaimana perasaan anda?”. Pertanyaan tersebut akan membuka trauma korban. Pastikan yang nantinya ditulis tidak akan menambah penderitaan narasumber. Jadi gunakan ungkapan-ungkapan simpatik, dan cara itu akan mempermudah wartawan mendapatkan informasi dari narasumber.
- Mulai dengan pertanyaan ringan
Setelah suatu kejadian hebat, korban tentu saja masih trauma. Karena itu diawal-awal ajukan pertanyaan yang ringan saja. Pertanyaan ringan akan membangun suasana akrab antara korban yang menjadi narasumber dengan wartawan.
- Hindari pertanyaan mencecar
Pertanyaan mencecar tidak tepat digunakan untuk mewawancarai korban dengan kasus traumatik. Hal lain ialah jangan sampai wartawan seperti seorang Polisi yang tengah menginterograsi.
- Banyak mendengarkan, bukan banyak berbicara
Jadilah pendengar yang tengah menggali informasi, bukan sebaliknya. Namun ungkapan simpati juga perlu diberikan pada korban yang menjadi narasumber.
- Menunjukan penghargaan atas kerjasama narasumber
Sampaikan terima kasih pada narasumber atas waktu dan informasi yang diberikan. Kerjasama narasumber dalam membagi informasi pada saat terjadinya suatu tragedi amatlah bernilai.
- Observasi kondisi korban
Observasi bisa digunakan sebagai cara untuk mencari tahu mengenai suatu peristiwa berdampak traumatis pada korban. Pengetahuan anda akan semakint terasah dengan membaca tulisan-tulisan berkaitan trauma dan dampaknya akan memperkuat sensitivitas anda dalam mengamati apa yang terjadi pada narasumber dan apa yang harus diketahui oleh masyarakat.
- Memanfaatkan sumber alternatif
Bila korban dalam kondisi tidak siap diwawancara, maka cari informan lain terkait dengan korban. Jika ingin mendapatkan profil korban lakukan riset, misal ke tempat korban bekerja. Untuk korban meninggal, tanyalah kepada dokter yang merawatnya. Kalaupun terpaksa bisa mencari informasi ke salah satu anggota keluarga korban.
Dikutip dari: Buku Saku Meliput Peristiwa Traumatik, edisi-3, Yayasan Pulih
0 Comments
Leave A Comment