Emotional abuse (kekerasan emosional) adalah salah satu bentuk kekerasan yang memiliki banyak bentuk dan cenderung bisa lebih “halus” dibandingkan bentuk kekerasan lainnya. Bentuk emotional abuse yang paling sering muncul adalah “Aku cinta padamu, tapi…..”, sesuatu yang bisa terdengar manis diawal, tapi juga samar memiliki arti kritik dan ancaman. Pelaku menggunakan kata “cinta” sebagai magic word untuk mengkontrol dan memaksamu. Emotional abuse bisa terjadi pada berbagai tipe hubungan, termasuk hubungan dengan rekan kerja, dengan orang tua, dengan pengasuh, atau dengan teman dekat atau kekasih.
Akibat dari emotional abuse tidak terlihat atau berbentuk seperti kekerasan fisik, tapi dapat berakibat sama parahnya. Seseorang bisa merasa kehilangan diri mereka, merasa ragu akan diri mereka, dan merasa tidak berharga. Emotional abuse bahkan dapat berdampak pada hubungan sosial.
Berikut bentuk-bentuk dari emotional abuse:
Controlling behavior. Contoh:
- Membuat keputusan atau membatalkan rencana tanpa kompromi terlebih dahulu
- Terus-menerus memonitor keberadaan orang lain
- Memaksa untuk mendapatkan telepon, pesan, atau foto detail keberadaanmu, bahkan muncul ditempatmu berada untuk memastikan kamu tidak berbohong
- Telepon atau pesan harus segera direspon
- Memata-mataimu melalui ponsel, history internet, atau melalui orang lain
- Memperlakukanmu seperti anak kecil, termasuk mengontrol apa yang boleh dimakan, pakaian yang boleh digunakan, atau kemana kamu boleh pergi
- Berteriak sebagai cara untuk memberitahu siapa yang berada dalam kontrol
- Menghukum dengan membuatmu merasa tidak layak dicintai
Baca juga: Atas Nama Cinta Jangan Jadi Buta
Shame (membuatmu malu dengan kekurangan yang kamu miliki) bentuk-bentuknya:
- Memberimu ceramah tentang perilaku orang lain dan membuat orang terlihat rendah
- Berbohong dan memutarbalikkan fakta ketika orang memberikan opini soal perilaku abusive mereka
- Mereka cenderung lari dari masalah dan menyalahkan orang lain dibandingkan menyelesaikan masalah mereka
- Mengkritik orang lain yang memiliki masalah dan menyuruh mereka untuk tidak membuat masalahnya menjadi besar
Blame (menyalahkan orang lain sehingga ia tidak perlu menganggap kekurangannya). Bentuk-bentuknya:
- Jealousy (sering menuduh orang lain berselingkuh)
- Playing the victim (menyalahkan orang lain sehingga ia tidak disalahkan, atau bahkan menuduh orang lain yang melakukan kekerasan dalam hubungan)
- Egging the person on (mereka cenderung membuat kesal sampai orang lain marah, dan menyalahkan orang itu karena sudah marah)
Baca juga: Mitos-mitos Bahagia
Humiliation (perilaku dan perkataannya memiliki tujuan untuk mempermalukan orang lain), seperti:
- Blatant name calling or harmful nicknames (secara terang-terangan memanggilmu bodoh atau idiot)
- Joking or sarcasm (mereka menggunakan sarkas untuk menutupi komentar yang merendahkan yang membuat orang tersinggung)
- Public displays (mencari masalah atau mengajak bertengkar di publik dan kemudian menyalahkan orang lain karena sudah marah)
- Patronizing (merendahkan orang lain yang sedang belajar sesuatu yang baru dan mengatakan kalau mereka tidak selevel dengannya)
- Insults on appearance (menghina penampilanmu di depan orang lain)
- Cheating (mereka berselingkuh untuk menyakiti dan menunjukkan kalau mereka sangat dinginkan)
Unpredictable behavior.
- Perubahan mood yang drastic (dari sangat afeksi menjadi sangat marah dan merusah barang)
- Emosi yang meledak-ledak
- Memulai argument tanpa alasan yang jelas
- Self-contradiction (membuat statmen yang berlainan dengan apa yang sudah dikatakan sebelumnya)
- Menyangkal fakta
- Bermuka dua (bersikap menawan di publik tapi berubah sepenuhnya ketika sudah berada di rumah)
Isolation (mereka membuat orang lain merasa terisolasi dari orang lain), contohnya:
- Mengatakan kamu tidak boleh menghabiskan waktu dengan teman atau keluarga
- Menyembunyikan kunci rumah atau mobilmu
- Mencuri, menyembunyikan, atau bahkan menghancurkan ponsel atau komputermu
- Mengolok-olok teman atau keluargamu dan membuatmu merasa malu sudah menghabiskan waktu dengan mereka
- Mengambil semua waktu luangmu
- Menguncimu di kamar atau di rumah
Baca juga: Kunci dalam Membangun Relasi Sehat
Apa yang harus dilakukan ketika berada dalam emotional abusive relationship?
- Setting boundaries. Bela dirimu sendiri termasuk akhiri hubungan atau memotong ikatan dengan orang yang abusive dan berhenti berbicara dengan mereka
- Changing priorities. Buat kesehatan mental dan fisikmu sebagai prioritas utama, lakukan sesuatu yang membantumu berpikir positif dan menguatkan siapa dirimu, jangan lupa istirahat yang cukup dan makan makanan yang sehat
- Stop blaming yourself and don’t try to fix them. Ketika kamu berada dalam hubungan yang abusive dalam jangka waktu yang cukup lama, kamu mungkin berpikir kalau kamulah yang salah. Tapi bukan kamu yang salah! Menjadi seorang yang abusive adalah pilihan dan kamu tidak memiliki kontrol atas pilihan mereka dan kamu juga tidak akan pernah bisa merubah mereka
- Get professional help. Cari pertolongan profesional jangka panjang seperti pergi ke psikolog, terapi, atau mencari dukungan kelompok yang dapat menguatkan dan membuatmu merasa tidak sendirian dalam proses penyembuhan
- Exit plan. Buat rencana untuk keluar dari situasi abusive. Ajak mereka yang mencintai dan mendukungmu untuk membantu membuatmu lebih kuat dalam membuat rencana tersebut.
by: Fairuz Nadia
Referensi:
https://www.verywellmind.com/identify-and-cope-with-emotional-abuse-4156673
https://www.medicalnewstoday.com/articles/325792.php
https://psychcentral.com/blog/21-warning-signs-of-an-emotionally-abusive-relationship/
0 Comments
Leave A Comment