Mengapa kita mesti mengukur kebahagiaan diri sendiri dengan membandingkannya pada orang lain yang dianggap lebih baik? Kita juga kadang mengukur esensi kebahagian hanya bersifat materi belaka, atau penampilan yang “sempurna” secara fisik sebagaimana konstruksi sosial mengenai standar kecantikan atau ketampanan. Lalu betulkah dengan mengejar materi dan memilikinya, atau berupaya membangun penampilan yang menarik dapat mendatangkan kebahagiaan hakiki?
Jika aku kaya, aku akan lebih Bahagia
Banyak yang beranggapan bahwa uang bisa membuat kita membeli barang-barang yang diinginkan dan memberikan kesenangan. Tapi faktanya, barang-barang materil adalah benda pasif, tidak bisa memberikan cinta, tidak bisa berbicara pada kita, atau membuat kita tertawa. Justru mereka akan membuat kita membandingkan apa yang kita miliki dengan orang lain sehingga membuat kita merasa tidak pernah puas dan cukup.
Jika kamu ingin merasa bahagia, cobalah untuk memikirkan hal-hal non materil yang kamu miliki dan syukuri hal-hal yang membuatmu tersenyum, tertawa, merasa dicintai, merasa hidup, merasa penasaran dan merasa bahagia.
Jika aku memiliki pekerjaan yang lebih baik, aku akan lebih Bahagia
Manusia pada dasarnya makhluk kompetitif, berusaha menjadi yang terbaik, dan mendapatkan penghargaan. Faktanya, banyak orang sukses yang merasa tidak bahagia dan tidak puas dengan hidupnya karena mereka lebih fokus dan terikat pada hasil akhir dan pencapaian dibandingkan dengan prosesnya, padahal hasil akhir adalah hal yang tidak bisa kita kontrol sepenuhnya.
Ketika kita fokus pada proses pencapaian, mengenali dan mengikuti setiap langkah untuk mendapatkan pencapaian yang diinginkan, kita akan bisa merasakan proses dan keberhasilan kita. Kunci untuk mendapatkan kebahagiaan ialah fokus pada apa yang sudah kamu miliki, dan melakukan pekerjaan sebaik mungkin dengan kemampuanmu.
Jika aku lebih cantik/tampan, aku akan lebih Bahagia
Ribuan orang di dunia ini diberkati dengan kecantikan dan ketampanan tetapi masih merasa tidak senang dengan apa yang mereka lihat di diri mereka dan merasa dengan melakukan diet, membeli pakaian dari designer terkenal, atau mempermak tubuh mereka agar merasa lebih baik. Lebih dari itu banyak juga remaja yang terkena gangguan makan demi mendapatkan tubuh yang menurutnya ideal dan sebagai standar kecantikan atau ketampanan yang dibangun oleh masyarakat.
Faktanya, setiap manusia akan mengalami perubahan, baik fisik maupun emosi, dan yang pasti kita semua memiliki keunikan masing-masing. Ubah mindsetmu dari “Jika aku lebih atraktif, aku akan lebih bahagia” menjadi “Jika aku bahagia, aku akan terlihat lebih atraktif”. Orang yang membuat suasana menjadi menyenangkan bukanlah orang yang paling cantik/tampan, tapi adalah orang yang memiliki inner light yang dapat menyinari orang lain disekitarnya.
Jika orang yang aku cintai juga mencintaiku, aku akan lebih Bahagia
Ketika sebuah hubungan berakhir, atau ketika orang yang kita cintai tidak memiliki perasaan yang sama, kita cenderung merasa kalau hidup tidak ada artinya lagi dan merasa kita tidak akan pernah tertawa, tersenyum, atau siap untuk mencintai lagi.
Faktanya, cintamu (kekasihmu) tidak pernah benar-benar menjadi milikmu karena kita bukanlah milik satu sama lain. Manusia tidak bisa dimiliki. Yang bisa kita lakukan hanyalah berbagi momen berharga yang bisa kita simpan selamanya. Cinta adalah sebuah hadiah yang dapat membawa kesedihan dan juga kebahagiaan. Dibutuhkan keberanian untuk mengangkat dirimu dari perspektf soal memiliki, dan memulai lagi dari awal.
Hidupku tidak adil, aku tidak pernah Bahagia
Jika kamu memilih percaya kalau hidupmu tidak adil, kamu akan memiliki kesulitan untuk bahagia karena kamu mengatakan pada dirimu kalau kamu tidak memiliki kekuatan dan hidup membuatmu menjadi korban dari keadaan. Ketika kamu terus menerus mendapatkan kesialan atau tragedi, sangat wajar kamu merasa sedih dan bertanya “ada apa dengan saya?”.
Salah satu cara terbaik untuk mengubah keputus asaan adalah dengan membuat rencana dan ambil kontrol atas dirimu, atau kamu juga bisa memfokuskan dirimu pada apa yang dibutuhkan orang lain. Memberikan kebaikan pada orang lain adalah cara untuk memulihkan keseimbangan dan merubah pandangan kita tentang hidup.
Ada saat ketika kita harus mengambil risiko untuk mendapatkan kebahagiaan dan melepaskan beberapa aspek yang sudah sangat familiar dengan kita. Terkadang hal tersulit untuk dilepas adalah safety blanket yang disebut fear (ketakutan). Jalan menuju kebahagiaan terletak pada kapasitas kita untuk melihat gambar yang lebih besar melalui hal-hal positif, harapan, dan kasih sayang kita pada orang lain. []
by: Fairuz Nadia dan Wawan Suwandi
Referensi:
Blyth, L. (2015). The Little Pocket Book of Happiness . London: CICO Books.
0 Comments
Leave A Comment