Istilah move on bukan berarti kita dapat dengan mudah melupakan suatu kejadian atau sebuah hubungan yang pernah terjadi, tetapi kita tidak boleh terus terperosok didalamnya. Melakukan move on bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian kita pada well-being dan kebahagiaan diri kita sendiri. Ketika kita berada dalam situasi dimana sesuatu harus berakhir, tanyakan pada dirimu “Mengapa saya memilih hal tersebut?”, contohnya ketika hubunganmu dengan pasangan berakhir, tanya pada dirimu “Mengapa saya memilih dia?” dan jadikan pertanyaan tersebut sebagai cermin dalam proses untuk move on.
Move on tidak menghapus masa lalu, tetapi dapat membantu kita untuk mengatasi kegelisahan yang kita rasakan ketika kita belajar untuk bangkit dari masa lalu. Move on menggabungkan kekecewaan, kesedihan, dan ketidakadilan yang ada dalam hidup sehingga hal-hal tersebut tidak lagi menjadi penghalang dalam hidup, tetapi menjadi fondasi agar kita bisa tumbuh.
Baca juga: Kekerasan Emosional
Berikut beberapa langkah bagaimana untuk move on:
- Look at your life as a journey. Tanamkan dalam pikiranmu kalau semua orang baik-baik saja pernah memiliki saat dimana mereka berpikir mereka tidak akan pernah merasa baik. Akhir dari sesuatu bukanlah akhir dari segalanya, kamu tetaplah dirimu, kamu tetap berkembang dan tetap tumbuh.
- Silence your inner critic. Setiap orang yang kehilangan sesuatu pasti akan merasakan sakit dan menderita yang dapat memunculkan inner critic. Inner critic dapat berupa suara-suara di dalam pikiran kita, seperti “You’ll always be alone”, “No one will ever love you”, “You have nothing now”, dsb. Tapi ingat kamu memiliki kekuatan untuk keluar dari pikiran tersebut dengan menganggap mereka sebagai musuh.
- Reflect realistically and let go of fantasy. Hindari memimpikan sesuatu yang terlalu sempurna karena akan membuat kita fokus pada aspek-aspek yang bagus saja dan membuat kita semakin sulit untuk menerima kenyataan kalau sesuatu sudah berakhir atau pergi. Fantasi yang sering buat membuat kita susah move on karena kita bukan hanya kehilangan seseorang atau sesuatu, tapi juga fantasi akan hal-hal tersebut.
- Feel the feelings. Menerima perasaan yang kita rasakan adalah salah satu proses penyembuhan. Terima perasaan sedih, marah, atau ketakutan yang kamu rasakan, tapi jangan berikan perasaan tersebut pada inner critic. Ingat kalau perasaan dapat diterima, tetapi inner critic
- Talk about it. Meskipun sulit membicarakan perasaanmu dengan orang lain, hal tersebut nyatanya sangat penting. Mengetahui orang lain sadar akan perasaan kita akan membuatmu merasa tidak terlalu kesepian dengan rasa sakitmu dan akan membuat untuk sembuh
- Believe in yourself. Lihatlah dirimu sebagai individu dengan kepribadian yang “dapat berubah-ubah” karena mereka cenderung melihat kehilangan sebagai kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan berubah. Mereka juga lebih mudah move on dan lebih memiliki harapan untuk hubungan di masa depan
- Find a support team. Teman, sahabat, keluarga, atau konselor dapat menjadi alat untuk kita mengetahu cara untuk move on. Kriteria orang yang bisa masuk ke dalam kelompok support adalah mereka yang dapat membantu kita merasa lebih positif, orang yang dapat membuat kita lebih terbuka, jujur, dan nyaman ketika kita mengeluarkan emosi di depan mereka
- Practice self-care. Ketika kehilangan sesuatu atau ketika putus cinta, kita sering lupa untuk mengurus diri sendiri, kita sering lupa tidur atau bahkan tidur terlalu lama, terlalu sedikit makan atau terlalu banyak makan, mengkonsumsi alkohol, atau mengikuti kegiatan yang dapat mempertajam emosi negatif kita. Mulailah istirahat yang cukup dan memakan makanan yang sehat untuk mengembalikan tenaga agar kita lebih sehat dan pikiran lebih jernih
- Try new things (and old ones too). Ketika kita berada dalam sebuah hubungan, kita mungkin merasa terkekang. Inilah saatnya kamu melakukan sesuatu yang dulu ingin kamu lakukan tapi tidak bisa atau tidak diperbolehkan, seperti mencoba olahraga baru, volunteer, berpergian ke kota-kota baru, dan aktifitas-aktifitas positif lainnya.[]
by: Fairuz Nadia
Baca juga: Atas Nama Cinta Jangan Jadi Buta
Referensi:
www.psychologytoday.com/us/blog/shift-mind/201106/what-do-we-mean-moving?collection=104647
www.psychalive.org/how-to-move-on/
0 Comments
Leave A Comment