Kesehatan mental dan ketahanan emosi para petugas kesehatan ada komponen kunci dan penting agar pelayanan kesehatan bisa tetap berjalan dengan baik selama outbreak. Akan tetapi, sangat penting untuk mengantisipasi stress yang  berhubungan dengan pekerjaan mereka, serta memberikan dukungan bagi mereka. Hal ini menjadi sangat penting karena saat ini, mereka merupakan salah satu garda yang membantu pemerintah Indonesia dalam menanggulangi pandemic COVID-19. Pekerjaan yang menuntut kesiagaan serta jam kerja yang sangat panjang membuat mereka menjadi rentan mengalami stress. Belum lagi mereka menghadapi banyak kematian, tidak bisa pulang untuk bertemu dengan keluarga, serta memiliki risiko yang tinggi untuk tertular virus Corona.

Petugas kesehatan yang saat ini berada di garis depan dalam mengatasi outbreak ini mungkin merasakan stres yang berhubungan dengan:

  • Ketegangan fisik yang disebabkan oleh alat pelindung (dehidrasi, panas, kelelahan)
  • Isolasi fisik (tidak diperbolehkan menyentuh orang lain, bahkan ketika waktu bekerja sudah selesai)
  • Tekanan karena prosedur yang harus diikuti (kurangnya spontanitas)
  • Kemungkinan dipisahkan dengan keluarga dan prihatin akan kondisi anggota keluarga
  • Ketakutan terkena infeksi
  • Orang lain merasa takut melakukan kontak dengan mereka yang menangani pasien Covid 19
  • Merasa self-stigma mengenai menyuarakan kebutuhan dan ketakutan mereka.

Baca juga: Bagaimana Menjaga Relasi tetap Sehat selama Self-Isolation

Orientasi servis yang kuat, kurangnya waktu, kesulitan dalam menyatakan atau mengenali kebutuhan mereka, stigma, dan ketakutan akan dicopot dari tugas mereka dapat menghalangi staf untuk meminta bantuan jika mereka merasakan reaksi stres. Oleh karena itu, para insititusi , pemerintahan harus proaktif dalam mendorong, mendukung dan peduli dalam suasana yang bebas dari stigma, paksaan, dan rasa takut dari konsekuensi negatif. Sebagai masyarakat, kita juga perlu mendukung para tenaga kesehatan dengan mengikuti himbauan dari pemerintah untuk menjaga jarak fisik dan tidak berkegiatan di luar jika memang tidak diperlukan. Pada intinya, setiap elemen masyarakat memiliki peranan yang penting untuk menanggulangi pandemi ini.

Self-care untuk petugas kesehatan bisa saja rumit dan menantang karena orang-orang yang bertugas lebih memprioriraskan kebutuhan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Self-care untuk petugas kesehatan juga sangatlah penting, terutama untuk mereka yang tidak memiliki pilihan lain dan harus fokus pada yang terjadi saat ini. Selama menjalankan shift pekerjaan, berikut beberapa self-care yang bisa dilakukan oleh petugas kesehatan:

  1. Take a break from Covid 19 by not watching the news or social media. Pertimbangkan untuk melakukan istirahat mental dari informasi mengenai Covid 19. Bahkan tanpa adanya pandemic, bukti menunjukkan kalau berita dan outlet media sosial dapat membuat orang merasa lebih sedih dan lebih cemas, dibandingkan dengan mereka yang tidak menonton berita sama sekali. Kamu bisa mencari paling tidak cukup satu atau dua sumber ahli atau yang paling akurat saja, dibandingkan dengan mengkonsumsi terlalu banyak berita dari berbagai sumber yang belum tentu juga akurat.
  2. Think “Maslow’s Hierarchy”. Pastikan kamu memprioritaskan waktumu untuk kebutuhan dasar dan kebutuhan yang penting. Makan dengan baik, jadwalkan waktu dengan keluarga dan utamakan tidur. Komunikasikan kebutuhanmu dengan atasan dan member tim, jangan memendam sendiri sampai kamu kelelahan.
  3. Slow down. Ketika kamu beralih di antara tugas-tugas atau harus memulai hal yang baru (meninggalkan ruang pasien, bersiap melakukan panggilan telepon, atau merespon email), lakukan pernapasan dengan penuh perhatian selama 10 detik. Hal tersebut akan mereset sistem saraf otonom dan akan membantumu memusatkan diri. Kamu juga bisa memasang alarm di ponsel untuk mengingatkanmu beristirahat secara teratur, meskipun hanya beberapa menit saja.
  4. Be relational. Banyak petugas kesehatan yang merasa kesepian karena harus berada jauh dengan keluarga dan teman. Luangkan waktu untuk menghubungi orang-orang dicintai bisa menjadi solusi yang tepat. Jika memang memungkinkan akan lebih baik menggunakan aplikasi video call karena kita bisa langsung melihat orang yang kita hubungi penelitian juga menunjukkan kalau kontak tatap muka lebih efektif dalam mencegah depresi dan kecemasan dibandingkan menggunakan chat, email, atau hanya berbicara melalui telepon.
  5. Keep your routines and structure in place and get outdoors. Buat jadwal rutinitas penting di rumah dan tempat kerja. Misalnya, kamu mungkin harus memindahkan waktu berolahragamu ke waktu yang lain, tapi jangan berhenti melakukan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan pada profesi suster menunjukkan kalau intevensi aktifitas fisik meningkatkan persepsi nyeri tubuh dan rasa lelah di tepat kerja yang berpengaruh pada kecemasan, depresi, stres kerja, dan sindrom kelelahan. Kamu juga bisa pergi hiking bersama teman, keluarga, atau pasangan, dan jangan lupa untuk memberikan jarak ketika berjalan. Berada di alam terbuka dapat membantu pekerja kesehatan melepaskan tekanan pekerjaan.
  6. Watch funny movies. Tertawa adalah hal terbaik yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan stres. Faktanya, tertawa memiliki banyak keuntungan untuk mereka yang sedang berada dibawah paksaan esktrem, termasuk mengurangi depresi, menenangkan sistem saraf, dan memproduksi oxytocin (hormon perasaan yang baik dan menyenangkan). Jika kamu mulai merasa cemas, berhentilah sejenak dan tonton sesuatu yang lucu yang membuatmu tertawa.
  7. Maintain your healthy habits. Banyak tempat olahraga (gym) yang tutup semetara selama masa pandemic berlangsung, tapi bukan berarti kamu jadi berhenti berolahraga. Kamu bisa mendaftar ke kelas olahraga virtual, atau mencoba kelas yoga online. Olahraga secara online atau virtual dapat dilakukan dimana saja dan bisa dilakukan bersama pekerja kesahatan yang lain. Penelitian pada suster yang bekerja di ICU yang melakukan yoga selama 8 minggu menunjukkan kalau terdapat pengurangan besar dalam tekanan mental yang dirasakan, dan peningkatan fokus secara mental. Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan adalah makan makanan yang sehat karena stres dan fungsi imun saling berhubungan. Beberapa makanan yang yang sangat baik untuk menambah imun termasuk:
  • Buah-buah citrus (jeruk, jeruk bali, dan lemon)
  • Sayur-sayuran hijau (brokoli, bayam, dan kol)
  • Bawang putih
  • Jahe
  • Kunyit
  • Yogurt
  • Zinc
  1. Talk to a therapist or other healthcare staff who can understand your struggle. Banyak keluarga dan teman-teman yang tidak bekerja di garis depan, memiliki kesulitan untuk berempati dengan pengalaman petugas kesehatan di lapangan, meskipun mungkin maksud mereka baik. Akan lebih baik jika kita berbicara dengan orang yang mengerti dengan stres yang kita rasakan. Jika kamu tidak bisa pergi ke profesional, ada beberapa profesional yang menawarkan sesi melalui telepon dan video.
  2. Practice gratitude. Sedikit rasa bersyukur bisa sangat membantu kesehatan mental kita. Cobalah memulai hari dengan memikirkan 3 hal yang kamu syukuri, bisa hal-hal sederhana seperti tempat tidur yang hangat, makanan yang kamu makan hari ini, dan lain sebagainya. Semakin sering kamu berlatih bersyukur, semakin banyak hal-hal yang akan kamu temui untuk disyukuri.
  3. Ingatkan dirimu, dan orang lain di sekitarmu, kalau ini akan berakhir.

 

by: Fairuz Nadia & Jane L. Pietra

 

Referensi:

  • National Center for PTSD. (2020). Managing Healthcare Workers’ Stress Associated with the COVID-19 Virus Outbreak. National Center for PTSD.
  • https://blog.ochsner.org/articles/coronavirus-5-self-care-habits-for-healthcare-workers
  • https://nurse.org/articles/nurse-mental-health-selfcare-covid19/