Jutaan orang di dunia saat ini sedang berada dalam masa self-isolation dan karantina diri, banyak dari mereka yang juga melakukan social distancing atau hanya berada di rumah saja. Isolasi global yang terjadi saat ini membuat kita tidak bisa bertemu dengan keluarga dan teman-teman. Selain itu, kita juga tidak memiliki kepastian kapan pandemi ini akan berakhir sehingga resiko seseorang mengalami kesepian (loneliness) semakin signifikan. Loneliness adalah perasaan terpisah atau terputus yang subjektif, bukan standar objektif. Kamu bisa berada di rumah dengan 10 orang tapi tetap merasa terputus secara emosional dari mereka.

Merasa kesepian merupakan faktor resiko penting dalam setiap krisis kesehatan karena membuat tubuh kita berada dalam kondisi stres yang dapat mempengaruhi fungsi sistem imun tubuh kita, dan semakin lemah fungsi sistem imun maka semakin berkurang efektivitasnya untuk melawan penyakit seperti COVID-19. Mengingat bagaimana kesehatan kita dipengaruhi oleh perasaan terputusnya emosi dan sosial, memantau apakah kita merasa kesepian atau tidak dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi perasaan tersebut jika kita memilikinya, merupakan aspek penting dari self-care fisik dan emosi yang harus kita lakukan selama masa krisis.

Baca juga: Cara Menghindari Burnout Saat Bekerja dari Rumah

Meskipun karantina diri adalah respon yang tepat terhadap pandemi COVID-19, tapi membutuhkan respon sebaliknya untuk menghadapi epidemi kesepian. Bagaimana kamu bisa menumbuhkan sosial wellbeing sambil menghindari infeksi? Jika kamu berada dalam karantina, bekerja dari rumah atau tempat yang jauh, atau hanya sekedar berhati-hati, kamu bisa melakukan beberapa hal berikut untuk menghindari atau mengatasi kesepian, antara lain:

Beri label apa yang kamu rasakan, seperti “aku merasa takut dan sendiri saat ini” atau “aku merasa terputus dari teman dan keluarga”. Menempatkan kata-kata pada emosi-emosi sulit dapat meringankan beban mereka.

Ingat mengapa kamu tinggal di rumah saat ini. Langkah-langkah social distancing yang menyebabkan kamu merasa begitu banyak kecemasan tidaklah sia-sia. Dengan mengikuti protokol, kamu sudah melakukan bagianmu untuk membantu memperlambat penyebaran virus di sekitarmu. Ganti mindsetmu dengan mengartikan social distancing sebagai cara untuk menjaga orang-orang yang kamu cintai.

Gerakkan tubuhmu. Perasaan seperti tahanan membuat kita merasa opsi yang kita miliki terbatas, sehingga seringnya kita memilih untuk tidak melakukan apapun. Tapi kamu bisa berjalan-jalan disekitar rumah, mendengarkan musik dan menari di ruang tamu, mengikuti kelas yoga online, atau membersihkan rumahmu. Hal apapun yang membuatmu menggerakkan tubuh dapat meningkatkan mood dirimu. 

Lakukan hal kreatif, seperti menulis di jurnal atau buku, melukis, fotografi, bermain gitar atau mencoba resep baru. Penelitian menunjukkan kalau melakukan kegiatan kreatif dapat membantu mengurangi perasaan kesepian. 

Buat tujuan kecil yang ingin kamu capai dan yang berarti untukmu saat ini, misalnya seperti membaca buku yang belum sempat kamu baca, mulai meditasi di pagi hari, atau membenahi kotak-kotak foto keluarga. Ketika kita melakukan aktifitas yang selaras nilai dan memicu tujuan dan makna diri kita, seperti membuat tujuan dan menyelesaikannya, hal tersebut cenderung dapat meningkatkan mood kita. 

Baca juga: KDRT dalam Pandemi: Bukan Candaan dan Jangan Terabaikan

Makan makanan yang bernutrisi dan minum banyak air. Kamu bukanlah satu-satunya orang yang menghabiskan waktu isolasi dengan makan junk food dan minum wine atau beer. Makanan tersebut dapat menghibur diri kita dan menjadi cara untuk menghilangkan rasa kesepian, tapi hanya sementara. Sementara, memakan makanan yang tinggi nutrisi dan membatasi asupan alkohol akan membantumu merasa lebih baik secara mental dan fisik, dan juga meningkatkan fungsi imun. 

Menggunakan teknologi secara sehat. Ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan agar tetap terhubung tanpa kontak fisik, diantaranya:

  • Face-to-face dari jauh. Pikirkan social distancing sebagai physical distancing. Kamu tetap bisa berinteraksi dengan orang lain melalui komunikasi online. Interaksi tatap muka terbaik saat ini adalah video call karena ekspresi wajah, gerakan tubuh dan bentuk-bentuk nonverbal lain merupakan komunikasi yang penting. Cobalah untuk melakukan digital dinner, mengobrol dengan teman atau melakukan pertemuan grup melalui video call. Kamu juga bisa membuat hal ini sebagai sebuah prioritas dan bisa menjadwalkan secara rutin.
  • One-minute kindness. Mendapatkan banyak likes di media sosial dapat memberikanmu bahan kimia organic berupa dopamine, tapi menerima direct message atau email dengan pujian atau rasa terima kasih yang tulus menjadi hal lebih personal dan tahan lebih lama. Ketika kamu sedang membuka akun media sosial dan melihat postingan orang lain, berhentilah sejenak dan kirimi mereka beberapa kata yang baik, tidak memakan waktu yang banyak untuk menuliskan kata-kata tersebut. Kita membutuhkan sedikit lebih banyak kebaikan untuk melawan stres dan ketidakpastian dari wabah virus ini. 
  • Kembangkan komunitasmu. Koneksi yang paling dasar adalah memiliki kesamaan. Apapun minatmu, pasti ada komunitas online yang berisi orang-orang dengan passion yang sama denganmu. Ada juga grup support online seperti grup untuk orang tua baru, grup mental health, atau grup pasien dengan penyakit-penyakit tertentu. 
  • Deepen or broaden. Pada dasarnya ada du acara untuk mengatasi kesepian, yaitu memupuk hubungan yang sudah ada atau membentuk yang baru. Renungkan keadaan kesehatan sosialmu saat ini dan pilih satu tindakan (digital) untuk memperdalamnya, seperti menghubungi teman atau keluarga yang sudah lama tidak berbicara denganmu. Atau memperluas hubungan, seperti dengan menjangkau seseorang yang ingin kamu kenal. 

Berbicara pada profesional seperti terapis atau psikolog. Saat ini sudah banyak profesional mental health yang melakukan praktek secara online. Kamu bisa bertemu dengan mereka secara virtual tanpa harus meninggalkan rumah.

Baca juga: Self-care yang Bisa Dilakukan Selama Masa Self-isolation

Ingat kalau situasi ini hanya sementara. Ingatlah kalau situasi ini pasti akan berakhir meskipun kita belum tau kapan pastinya. Kamu bisa menggunakan saat ini sebagai kesempatan untuk mengambil tekanan dari dirimu untuk ‘memperbaiki’ segalanya dan melakukan yang terbaik yang kamu bisa sambil belajar mendapatkan self-awareness, self-compassion dan keterampilan seperti meminta bantuan atau menghubungi orang lain.

by: Fairuz Nadia

 

Referensi:

www.psychologytoday.com/us/blog/the-squeaky-wheel/202003/how-manage-loneliness-during-pandemic

www.huffpost.com/entry/cope-with-loneliness-social-distancing-live-alone_l_5e84c3adc5b6871702a88642

www.scientificamerican.com/article/how-to-prevent-loneliness-in-a-time-of-social-distancing/