Memiliki kebutuhan untuk mencintai dan dicintai adalah fitrah bagi setiap manusia, tidak terbatas apapun baik jenis kelamin, agama, latar belakang budaya, keyakinan, dan atau status sosial. Namun seorang individu harus dapat mencintai dirinya secara utuh terlebih dahulu. Mengapa demikian? Karena untuk dapat menciptakan pikiran dan keadaan psikologis yang positif, haruslah dimulai dari dalam diri sendiri terlebih dahulu dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Sebab keadaan diri yang positif tersebut akan ikut mempengaruhi bagaimana pandangan kita akan segala hal, pengalaman, atau kejadian yang terjadi di sekitar kita dan mempengaruhi pandangan kita akan bagaimana kita merespon segala bentuk perubahan dan perlakuan dunia terhadap diri kita sendiri.

Untuk dapat mencintai diri sendiri secara utuh, perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa self-love itu sendiri terdiri dari beberapa aspek. Dan seluruh aspek tersebut harus diperhatikan untuk menggapai rasa cinta atau apresiasi terhadap diri sendiri secara keseluruhan:

 

  • Self-awareness

 

Self-awareness, sesuai dengan arti katanya sendiri yaitu merupakan kesadaran diri kita sendiri akan proses berpikir atau cara pandang kita. Kita sebagai seorang individu harus mampu menyadari atau aware akan pola pikir kita sendiri dan bagaimana pola pikir tersebut dapat mempengaruhi kita dalam bertindak, memandang sebuah kejadian, atau bagaimana pola pikir atau cara berpikir tersebut dapat mempengaruhi emosi atau psikologis diri kita sendiri.

Kesadaran atau awareness diri yang baik tentunya juga dapat membantu kita dalam merespon atau menanggapi sebuah kejadian, konflik, maupun pengalaman dengan tepat, baik, dan bijaksana atau tidak ceroboh dan impulsif ketika dihadapkan dengan menentukan pilihan atau pengambilan keputusan. Sebagai hasilnya, kita dapat terhindar dari sikon-sikon atau situasi-situasi yang mengakibatkan penyesalan atau ketidaknyamanan.

 

  • Self-worth

 

Sebagai salah satu aspek yang tidak kalah pentingnya dan mungkin kerap terlupakan, self-worth adalah keyakinan yang kita miliki mengenai ‘nilai’ dari diri kita sendiri. Nilai yang dimaksud bukan hanyalah mengenai hal atau kepercayaan apa yang kita yakini secara personal, namun juga melibatkan kesadaran akan ‘seberapa berharganya’ diri kita. Keyakinan bahwa diri kita layak menerima dan atau mendapatkan sesuatu atas hasil kerja keras dan usaha atau dedikasi yang telah dilakukan juga menjadi contoh dari penanaman self-worth dalam diri kita sendiri. Namun perlu diperhatikan bahwa kita harus menyadari bahwa diri kita berharga, terlepas dari terlibat atau tidaknya pencapaian atau baik atau tidaknya kualitas diri yang kita miliki. Meskipun hidup di zaman dan dalam society yang seolah menuntut kita untuk menjadi sebuah pribadi ‘tertentu’, perlu diingat bahwa seseorang tidak perlu memenuhi kriteria atau melakukan suatu hal tertentu yang dituntut oleh society untuk merasa berharga.

 

  • Self-esteem

 

Hampir serupa dengan self-worth, self-esteem juga melibatkan ‘kepuasan’ atau ‘merasa berharga atau mampu’. Namun self-esteem lebih fokus pada kualitas diri kita sendiri sebagai seorang individu, atau dalam kata lain kita harus merasa puas dan nyaman sebagai diri kita sendiri terlepas kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita atau merasa percaya diri walau dengan segala ketidaksempurnaan yang ada dalam diri kita sendiri. Uniknya, aspek self-esteem berkaitan dengan self-worth atau dalam kata lain self-esteem lahir dari self-worth yang baik. Jika kita dapat merasa diri kita adalah sangat berharga, maka tentunya perlahan kita juga akan ikut merasa nyaman dan puas akan diri kita sendiri dan dengan apapun yang saat ini kita miliki maupun yang kita gapai.

 

  • Self-care

 

Aspek yang terakhir ini condong pada praktik atau lebih dominan pada segala bentuk aktivitas-aktivitas yang kita lakukan untuk kebaikan diri sendiri. Seperti menjaga pola makan yang sehat, pola tidur yang teratur, cukup, dan disiplin, dan lain sebagainya. Namun tindak self-care tidak terbatas pada sebuah penjagaan kedisiplinan ‘ritme’ atau ‘pola’ dalam menjalankan kehidupan. Self-care dapat dilakukan sebagai bentuk apresiasi kita terhadap diri kita sendiri, seperti menonton film kesukaan saat weekend, menggunakan masker wajah, berbincang ringan dengan sahabat atau kerabat, atau bahkan membelanjakan diri dengan barang yang diinginkan, membuat atau membeli makanan kesukaan, dan masih banyak yang lainnya sesuai dengan kenyamanan atau preferensi pribadi.

Jika kita mampu memenuhi dan memperhatikan betapa pentingnya penerapan dari keempat aspek dari self-love, kemudian menanamkan dalam diri dan memudayakannya tentunya pemenuhan kebutuhan akan mencintai diri sendiri secara seutuhnya pun dapat dengan mudah diraih untuk menjadi pribadi yang lebih positif. Karena sudah terpeliharanya penerimaan diri yang optimal dengan segala kekurangan dan kelebihan, pemahaman dan kesadaran penuh akan diri sendiri, sehingga terpelihara pula pondasi diri yang kuat. Sehingga kemudian tertanam pandangan yang positif terhadap diri sendiri maupun apapun yang terjadi disekitar kita.

Yuk, simak lebih jauh tentang betapa pentingnya self-love bagi diri sendiri melalui artikel kami yang berjud Self Love.

 

by: Zevica Rafisna

 

Referensi

https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-upside-things/201911/self-love

http://digilib.unila.ac.id/59375/

https://health.kompas.com/read/2020/03/08/193400268/apa-itu-self-love-?page=all