Pernahkah kamu menjadi tempat curhat kawan, atau orang terdekatmu? Bagaimana responmu terhadap cerita yang ia atau mereka utarakan kepada kamu? Apakah kamu mengetahui bahwa peranmu sebagai seorang pendengar sangatlah krusial? Ya, itu karena kamu dianggap sebagai sosok good listener. Yakni seorang pendengar aktif, yang di mana ia tidak hanya mendengar melalui indera pendengaran namun juga melakukan komunikasi non-verbal dengan lawan bicara dengan melibatkan pemahaman, empati, dan rasa hormat terhadap lawan bicara terlepas apa yang menjadi topik dan terlepas kesetujuan atau ketidaksetujuan kita terhadap opini atau pendapatnya. Kepercayaan yang kamu dapati dari mereka, membuat mereka nyaman untuk terbuka atas masalah yang tengah dialami, dimana persoalan yang tengah dihadapi mulai mengganggu kesehatan mentalnya sehingga ia mulai mengalami depresi, dan saat tengah dalam kondisi tertekan ia merasa kamu adalah orang yang tepat menjadi pendengar.

Mendengarkan memang merupakan keterampilan sederhana, namun menjadi pendengar yang baik tidak sesederhana mendengar menggunakan indera pendengar saja. Namun melibatkan hampir seluruh anggota tubuh beserta pikiran yang tertuju dan terfokus pada lawan bicara. Terutama bila orang yang curhat kepadamu adalah korban kekerasan kekerasan dalam pacaran (KDP) yang pada dasarnya merupakan salah satu cabang dari bentuk kekerasan berbasis gender, yang umumnya kalangan perempuanlah yang menjadi korban dari pasangan lawan jenisnya. Bentuk relasi atau hubungan antara perempuan dan laki-laki sebagai pasangan kekasih atau yang diikat dalam hubungan pacaran yang merugikan salah satu pihak dapat disebut KDP bila adanya relasi kuasa yang tidak setara, sehingga mengakibatkan adanya penyalahgunaan ‘kekuasaan’ oleh salah satu pihak dan merugikan korbannya. Tindak kekerasan berbasis gender yang merupakan isu serius pun tidak selalu melalui proses tindak lanjut atau pelaporan oleh korban yang dirugikan. Tidak sedikit dari korban yang memutuskan untuk tidak melaporkan karena alasan-alasan pribadi, sehingga permasalahan tersebut ia pendam dan perlahan merusak kesehatan mentalnya hingga memicu depresi.

Baca juga: Mengenal Relation Red Flag

Mengingat depresi muncul dari kompleksitas proses mental yang rumit dan dipicu oleh hal-hal negatif yang dialami penderitanya, maka depresi juga menjadi salah satu pintu yang dapat memicu pengambilan keputusan paling akhir bagi para penderitanya atau melakukan tindak suicide atau bunuh diri. World Health Organization (WHO) bahkan memprediksikan depresi akan menjadi penyakit dengan angka kasus tertinggi kedua, setelah penyakit jantung. Dokter spesialis kedokteran jiwa Indonesia, Teddy Hidayat juga menyatakan bahwa Indonesia memiliki penderita depresi yang cukup besar dibandingkan negara-negara lainnya dan diprediksikan bahwa depresi akan menjadi ancaman atau isu utama pada tahun 2020, hal tersebut sejalan dengan survei WFO yang mencatat bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang tingkat bunuh diri sebagai akibat dari depresi tertingginya adalah kalangan perempuan. Maka menjadi seornag good listener adalah tindak paling bijaksana yang dapat kita lakukan sebagai bentuk tindakan yang paling mudah dan dapat diterapkan mulai kapan saja tanpa kenal kata terlambat untuk membantu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin telah dialami orang lain.

Berikut beberapa cara menjadi good listener:

  • Hargai Keterbukaan Lawan Bicara

Menjadi seorang good listener tidak melulu soal pemahaman, karena lawan bicara akan memfokuskan kisahnya padamu. Maka penting sekali untuk memperhatikan dan menunjukkan komunikasi non-verbal atau gesture yang baik atau dalam kata lain gesture tubuh yang ‘siap mendengarkan’ dan ‘tidak merasa keberatan’ sehingga membuat lawan bicara tidak merasa menjadi beban dan merasa kamu melakukannya secara terpaksa. Tunjukkan melalui gerak-gerik tubuh bahwa kamu siap mendengarkan dan bersedia menyimak kisah atau keluhan apapun. Menjaga gesture yang baik dapat dilakukan dengan menerapkan hal-hal yang cukup simple namun krusial ini, seperti memposisikan tubuh secara nyaman, tetap menjaga kontak mata dengan lawan bicara

  • Dengarkan dan Pahami

Selain gesture, simaklah dengan seksama alur kisah, kronologis, pemicu, semua hingga akhir kisah. Lakukan penganalisaan cepat atas kisah lawan bicaramu dengan seksama, terlepas dari cara penyampaian atau cara pengkomunikasian lawan bicaramu yang mungkin berulang-ulang, terdistract, atau kesulitan merangkai kata-kata yang tepat karena dahsyatnya luapan emosi yang terjadi dalam dirinya ketika menceritakan keluhan atau permasalahannya. Pahami bahwa keterbukaan bukanlah hal yang ringan dan mudah untuk sebagian orang, dan hal tersebut adalah wajar.

Baca juga: Move On

  • Empati

Menjadi pendengar yang empatik adalah di mana kamu tidak hanya mendengarkan dan memahami kronologis permasalahan, penyebab permasalahan, atau dalam kata lain ‘teknis’ dari kisah. Namun mendengar secara empatik fokus pada bagaimana kamu menempatkan diri kamu dalam permasalahan yang sama dengan lawan bicaramu. Seolah kamu berada diposisi yang sama dengannya, merasaka emosi-emosi yang sama seperti kekecewaan, keresahan, kebingungan, dan lain sebagainya. Atau dalam kata lain kamu melakukan mirroring atau pencerminan kembali pada dirimu atas apa yang diceritakan oleh lawan bicaramu. Sehingga kamu mendapatkan pemahaman utuh tidak hanya mengenai kronologis kisah, namun juga bagaimana kejadian atau kisah tersebut dapat mempengaruhi pikiran atau psikologismu  juga.

  • Tenangkan Lawan Bicara

Tidak semua situasi perlu mendapatkan kritik dan atau saran, terlebih mengingat keadaan psikologis lawan bicara kamu yang tengah kurang stabil karena telah meluapkan seluruh emosinya melalui menceritakan ulang atau mengkomunikasikan dan menceritakan hal-hal atau permasalahan yang telah ia alami atau ia rasakan. Maka sebuah respon vocal atau respon dalam bentuk ucapan tidak selalu dibutuhkan situasi-situasi seperti ini, apalagi mencela atau mengambil alih pembicaraan. Dengan memberikan ruang hening selama percakapan, biarkan lawan bicara menggunakan waktunya untuk meluapkan emosinya dengan nyaman. Karena bagi lawan bicara, adanya kehadiran orang yang peduli dan dengan tangan terbuka lebar senantiasa mendengarkan curhatannya tentu sudah meringankan banyak sekali beban yang dipikulnya.

Bagi kita yang menjadi seorang pendengar itu sendiri, mungkin mula-mulanya kita hanya menganggap ini sebagai ‘sesi curhat biasa’, namun kita tidak akan pernah tau kisah atau latar belakang yang menjadi pemicu apa yang dirasakan dan dicurahkan oleh lawan bicara. Maka mendengarkan dengan seksama dan membuka hati untuk senantiasa ‘mengulurkan tangan’ adalah tindak yang paling bijaksana. Karena kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak mendengarkan. Mendengarkan bisa saja menyelamatkan nyawa jika dilakukan dengan hati-hati dan dengan hati dan pikiran yang terbuka untuk lawan bicara. Namun perlu diketahui bahwa menjadi pendengar yang baik juga harus was-was atau berhati-hati dengan respon yang akan kita berikan. Ingat bahwa kita tidak semestinya melakukan diagnosis terhadap lawan bicara jika kita tidak memiliki latar pendidikan yang cukup untuk melakukannya dan menimbulkan misinformasi yang bisa berujung kesalahan fatal.

Baca juga: Kenali Kekerasan dalam Pacaran dan Cara Menghindarinya

By: Zevica Rafisna

 

Referensi

https://surabaya.tribunnews.com/2019/01/04/begini-sikap-yang-benar-saat-teman-curhat-menurut-psikolog

https://www.kompasiana.com/yudikurniawan/552c868a6ea834dd638b4574/sudahkah-kita-menjadi-pendengar-yang-baik#:~:text=Hal%20pertama%20yang%20bisa%20Anda,tak%20nyaman%20dengan%20lawan%20bicara.

https://www.liputan6.com/on-off/read/4183652/tips-menjadi-pendengar-yang-baik

https://bandung.kompas.com/read/2019/10/14/12421151/angka-bunuh-diri-tinggi-baru-9-persen-penderita-depresi-dapat-pengobatan?page=all

https://www.merdeka.com/sehat/banyaknya-depresi-berujung-bunuh-diri-disebabkan-gagalnya-deteksi-masalah-tersebut.html

https://tirto.id/statistik-bunuh-diri-dan-darurat-kesehatan-mental-ck1u

https://fairygodboss.com/career-topics/good-listener

https://www.merdeka.com/khas/menjadi-korban-kekerasan-dalam-pacaran.html