Sebelum memulai dan memahami lebih dalam mengenai ‘pembebasan’ diri dari social comparison, yuk simak bersama terlebih dahulu sebenarnya apa sih social comparison itu? Dan apa saja jenis-jenisnya melalui artikel kami berikut ini (sertakan link artikel social comparison yang sebelumnya). 

Jika kamu sudah mengetahui dan menyimak artikel sebelumnya, tentunya kamu akan familiar dengan istilah social comparison dan dinamikanya yang sebetulnya terjadi secara terus menerus seiring interaksi sosial kita dengan orang-orang disekitar kita. Bentuk-bentuk social comparison sebetulnya sangat mudah ditemui dalam setting atau kejadian-kejadian dalam kehidupan. Seperti membandingkan diri kita dengan teman sebangku ketika ujian, ia bisa dengan mudah dan ringan ketika menuliskan jawaban saat ujian ketimbang diri kita sendiri, atau perbandingan yang kita lakukan ketika melihat rekan kerja yang mendapat omelan dari boss karena tertangkap bermalas-malasan dalam melakukan pekerjaannya di kantor, dan masih sangat banyak contoh keseharian lainnya. Oleh karena itu, dilakukannya evaluasi diri dengan menjadikan orang lain sebagai ‘patokan’ nya adalah hal yang sangat alami dan wajar terjadi walau tanpa disadari sekalipun.

Baca juga: Mengenal Sosial Comparison

Namun social comparison juga tidak terbatas one time moment atau kejadian-kejadian yang datang hanya sekali maupun sejenisnya seperti yang dicontohkan sebelumnya. Social comparison juga berlaku untuk hal-hal yang lebih serius, seperti membandingkan diri kita dengan orang lain dalam segi penampilan, status sosial atau tingkat eksistensi diri di mata publik atau lingkup sosial, kekayaan material, atau bahkan segi kekuatan hubungan baik romansa, kedekatan keluarga, atau persahabatan, dan masih banyak yang lainnya.

Pada hakekatnya melakukan perbandingan antar diri sendiri dengan orang lain adalah tindak alami sebagai manusia sosial yang hidup berdampingan dengan satu sama lain dalam sebuah lingkungan sosial, dan melakukan perbandingan tersebut membantu kita untuk dapat belajar dari orang lain, menjaga diri kita dengan melakukan yang terbaik sesuai dengan potensi diri kita sendiri, atau lebih merasa percaya diri.

Betul bahwa social comparison akan terasa sangat rumit dan memusingkan, bahkan dapat membuat diri kita memiliki rasa ‘bersaing’ dengan semua orang yang menjadi pembanding secara berlebihan atau membuat kita merasa inferior atau kekurangan karena merasa kurang berusaha dengan baik, atau merasa tidak layak, dan lain sebagainya. Kerumitan tersebut dapat mengakibatkan keresahan dan stress, yang kemudian sangat memungkinkan memicu depresi.

Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengetahui batasan dan melakukan ‘pembebasan’ diri demi kebaikan keadaan psikologismu. Jika kamu merasa terperangkap dalam social comparison, atau merasa terlalu bergantung dengan merasa superior ketika melakukan downward social comparison maupun merasa terlalu sedih dan kecewa dengan diri sendiri ketika melakukan upward social comparison, hal paling bijaksana yang dapat kamu lakukan adalah membebaskan dirimu dari ‘jebakan’ mental yang diciptakan diri sendiri ini. Berikut ini adalah cara-cara yang dapat kamu lakukan untuk membebaskan dirimu:

  • Temukan Role Model

Competitiveness atau rasa bersaing yang berlebihan tentunya dapat melukai sebuah hubungan, seperti misal sebuah hubungan pertemanan yang terpaksa harus kandas karena persaingan karir yang seharusnya tidak terjadi namun tidak dapat dihindari. Maka salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah menjadikan seorang atau sekelompok orang role model yang dapat dijadikan ‘patokan’ yang tentunya dapat membantu kamu memotivasi atau menginspirasi diri dengan kesuksesan-kesuksesan mereka tanpa perlu mengkhawatirkan ‘hubungan’. Seperti misal menjadikan aktor atau tokoh terkenal lainnya sebagai role model dan menjadikan dia atau mereka sebagai pendorong motivasi. Karena tidak memiliki sebuah hubungan yang harus dijaga antar kamu dengan role model, maka kekhawatiran akan merasa ‘lebih payah’ atau merasa kurang baik dengan mereka pun tidak ada pula.

Baca juga: Mengenal Fobia Spesifik

  • Buatlah ‘Support Circle’

Ketimbang memusatkan fokus diri sendiri pada persaingan yang muncul dari membandingkan diri sendiri dengan orang lain, akan lebih baik jika kamu memusatkan fokusmu pada supprt circle mu. Circle yang dimaksud adalah sekelompok orang yang kamu rasa dapat menjadi rekan dan keberadaan mereka disekitarmu membawa kenyamanan dalam meraih goals atau apapun yang ingin kamu gapai. Sekelompok orang itu tidak terbatas siapa dan kalangan apa, mereka juga bisa merupakan sekelompok orang yang memiliki goals yang sama denganmu. Sehingga kamu tidak mengejar goals tersebut sendirian, namun akan dilakukan bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dengan mereka. Sehingga perhatianmu akan tertuju pada keberhasilanmu dan orang-orang didalam kelompok support tersebut.

  • Berpartner

Serupa dengan support circle, namun menentukan seorang partner akan lebih efektif dan menjadi pilihan paling tepat jika kamu pribadi lebih prefer bentuk support dalam jumlah kecil ketimbang berkelompok. Karena pengerjaan tugas atau pengejaran goals dilakukan berdua, kedekatan antar kamu degan partner-mu akan sangat berharga dan berperan besar dalam peraihan goals atau kesuksesan yang telah kalian patok. Berpartner dalam mengejar goals atau melakukan pekerjaan akan jauh lebih menyenangkan dan membuat kekhawatiran akan perbandingan tidak akan lagi menjadi gangguan psikologis sebab kalian diumpamakan seperti berjalan berdampingan di jalur yang sama, dan dengan tujudan yang sama pula. Kemudian dapat merayakan keberhasilan bersama dan saling menarik tangan satu sama lain apabila dihadapi dengan lubang-lubang atau rintangan di jalan.

  • Hindari ‘Frenemies’

Sebagai salah satu hal yang wajar sebagai mahluk sosial, mengenal atau mengetahui seseorang dalam lingkup sosialmu yang dirasa merupakan pribadi yang judgmental atau terlalu suka membanding-bandingkan dan competitive dalam hampir segala hal adalah hal yang sangat wajar dan tentunya tidak dapat dihindari. Jika memang dirasa tidak memungkinkan untuk memutus hubungan dengan orang atau sekelompok orang tersebut, setidaknya jagalah jarak atau hindari circle pertemanan dengan dia atau mereka. Sebagai individu yang independen, tentunya kamu adalah pemilik dan pengatur jalan hidup mu sendiri, termasuk dengan siapa saja yang ingin kamu libatkan dalam pergaulanmu demi kebaikan dan kesehatan psikologismu pula. Meminimalisir kontak atau menghindari diri dengan cara menjaga percakapan dengan topik se-netral mungkin akan sangat membantu, atau tidak menyinggung topik-topik sensitif yang memungkinkan dia atau mereka untuk menilai dan menganggapmu sebagai rival dalam ‘persaingan’ dia atau mereka.

  • Hitung Kebaikan

Singkatnya, jika kamu mulai melakukan perbandingan terhadap dirimu sendiri, cobalah untuk ‘menyeimbangkan skor’ nya. Atau dalam kata lain, jika kamu mulai merasa ada muncul sedikit rasa iri akan kesuksesan yang diraih orang lain, cobalah untuk mengingatkan atau menegur diri sendiri dengan merefleksikan kembali ke diri sendiri akan kelebihan-kelebihan atau kekuatan yang kamu miliki dan tidak dimiliki orang lain. Atau jika kamu merasa sedikit judgmental terhadap kekurangan orang lain, ingat-ingat bahwa orang atau sekelompok orang tersebut memiliki kelebihan-kelebihan yang hanyalah milik mereka dan tentunya ada sisi-sisi lain dalam diri mereka yang unggul dan atau patut diapresiasi.

Baca juga: Self Love dan Aspek-aspeknya

Social comparison juga akrab kaitannya dengan rasa syukur sebagai salah satu hasil atau outcome positif dari perbandingan tersebut. Maka melakukan beberapa atau mungkin hanya salah satu dari lima tips tersebut sangatlah berguna untuk menetralisir rasa-rasa negatif dalam diri yang muncul dan baik untuk menjaga kesehatan psikologismu. Mengapa demikian? Karena dengan melakukannya, secara tidak langsung kamu telah berusaha menjaga atau mengelola dan membudayakan pola pikir dan fokus diri terhadap hal-hal yang positif saja ketimbang fokus pada hal-hal yang negatif dan segala bentuk kekurangan yang ada di dalam diri. Dan dengan membudayakan pembebasan diri dari social comparison, kamu juga akan semakin fokus pada pengembangan diri ketimbang ‘melirik’ perkembangan atau penurunan orang lain.[]

By: Zevica Rafisna

Referensi

 

https://www.verywellmind.com/the-stress-of-social-comparison-4154076

https://www.psychologytoday.com/us/blog/in-practice/201304/the-3-types-frenemies