Eh, ukuran bra kamu berapa sih?”
Ada yang pernah mendapatkan pertanyaan seperti itu? Beberapa perempuan mungkin pernah mengalaminya, dimana teman laki-laki sering bercanda menanyakan hal itu di depan banyak orang, dan pertanyaan tersebut membuat mereka tertawa. Pada saat itu mungkin kalian tidak terlalu memikirkannya karena menganggap hanya bercanda saja. Tapi seiringnya waktu saat kalian mulai mengetahui apa itu humor seksis, dan saat mengingat kembali kejadian tersebut tentu akan merasa kesal.
Humor seksis adalah humor yang tujuannya merendahkan, menghina, memberikan stereotaip, memperdaya, dan menjadikan individu sebagai objek berdasarkan gender mereka. Humor seksis juga termasuk humor penghinaan, atau disparagement humor artinya merendahkan beberapa kelompok sosial.
Baca juga: Bagaimana Pelecehan Seksual terjadi di Dunia Kerja selama WFH?
Pelaku melontarkan komentar atau humor seksis biasanya untuk memperkuat ikatan antar mereka, tidak menghiraukan perasaan perempuan yang menjadi objek humor seksis mereka, dan mereka lebih memikirkan bagaimana teman-temannya menanggapi humor seksis yang sudah dilontarkan. Humor seksis menargetkan kelompok gender tertentu untuk maksud merendahkan dan humor jenis seperti inilah yang sering didengar dalam percakapan sehari-hari. Kamu bisa menemukannya di media sosial, dalam obrolan santai, dan kadang disampaikan pada siapa saja, termasuk kepada laki-laki dengan mengatakan: “lambat banget sih jalannya, kayak perempuan”. Tetapi humor seksis ini lebih sering dilontarkan kepada perempuan maupun gender lain yang dianggap minoritas. Hal ini terjadi karena adanya hegemoni maskulinitas yang “berkuasa” sehingga memunculkan subordinasi perempuan dan gender minoritas.
Humor seksis sudah ada sejak lama dan kita bisa melihat humor seksis bahkan di kartun anak-anak seperti Crayon Shinchan yang suka menggoda perempuan. Misalnya di salah satu episode saat Shinchan dan keluarganya makan siang di salah satu restoran, saat itu Shinchan berkata “apa aku boleh memesan senyuman kakak?” pada pramusaji perempuan yang melayaninya. Begitu juga pada beberapa film dalam negeri, antara lainnya film ber-genre komedi di era 80 dan 90-an juga memuat candaan seksis.
Baca juga: Kekerasan Seksual Pada Anak
Dalam konteks humor seksis, menurut Susan Krauss Whitbourne, saat perempuan yang mendengarkan atau dijadikan objek humor seksis, mereka masih bertanya-tanya, apakah itu seksisme, atau hanya berusaha bercanda, tetapi gagal? Menurutnya dari ambiguitas ini kecil kemungkinannya untuk perempuan menghadapi laki-laki yang melontarkan lelucon seksis. Hal yang mengejutkan lagi masih ada sebagian perempuan tidak merasa terganggu ketika seorang laki-laki melontarkan humor seksis dan tetap berbincang dengan laki-laki tersebut. Bahkan ada kemungkinan bagi seorang perempuan akan sampai di titik mereka semakin tidak paham apakah perkataan yang dilontarkan itu bercanda ataupun serius.
Mengapa kita tidak boleh mendiamkan humor seksis? Humor merupakan sesuatu yang disukai orang karena menyenangkan. Tetapi bila humor seksis ditoleransi, maka akan membuat seksisme dan pelecehan seksual menjadi lumrah. Bila sesuatu yang seksis dianggap lumrah, maka perendahan terhadap martabat perempuan tidak akan pernah berakhir.
Baca juga: Kenali Kekerasan dalam Pacaran dan Cara Menghindarinya
Apa sih yang sebenarnya harus perempuan lakukan jika ada laki-laki yang melontarkan humor seksis terhadap dirinya? Yang pertama harus dilakukan adalah berhenti untuk ikut tertawa saat mendengarnya. Jika kita ikut menertawakannya maka pelaku akan menganggap kita setuju dengan perilakunya dan tidak ada masalah. Dengan demikian ia tidak pernah sadar kalau tindakannya salah. Sebagai perempuan kalian juga berhak untuk menegur jika dijadikan objek humor seksis. Begitu juga dengan laki-laki, mereka pun boleh menegur temannya agar tidak melontarkan humor seksis terhadap orang lain. Sayangnya beberapa orang memilih terpaksa tertawa agar tetap dianggap asyik.
Kita berharap dengan menyampaikan keberatan kepada orang yang melontarkan humor seksis, mereka akan memahami sedikit demi sedikit bahwa hal itu tidak baik, dan mulai meninggalkan kebiasaan tersebut. []
Baca juga: Catcalling: Salah Gak Sih?
By: Nanda Novira
Referensi
http://digilib.uinsgd.ac.id/27283/
https://ejop.psychopen.eu/index.php/ejop/article/view/217/pdf
https://tirto.id/lelucon-seksis-bukan-sekadar-lelucon-cqyQ
https://magdalene.co/story/stop-jadikan-humor-seksis-wajar
1 Comment
Humor model gini sering nggak lucu, tapi tetap mengundang tawa orang.
Leave A Comment