Kebutuhan fisiologis manusia salah satunya adalah istirahat dan tidur. Kebutuhan tidur bervariasi pada tiap individu, umumnya dibutuhkan 6-8 jam perhari untuk mendapatkan kualitas tidur yang efektif. Namun, semakin bertambahnya usia semakin sulit pula untuk mendapatkan kualitas tidur yang efektif. Hal tersebut karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti stress dan kecemasan yang dapat menimbulkan insomnia.
Insomnia didefinisikan mengenai individu yang sulit untuk tidur. Terdapat 2 jenis insomnia, yaitu insomnia primer (seseorang yang mengalami masalah tidur yang tidak terkait langsung dengan masalah kesehatan lain), dan insomnia sekunder (seseorang mengalami masalah tidur karena kondisi kesehatan. misal, asma, depresi, nyeri ulu hati, dan lainnya). Gangguan insomnia akan meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut dr.Welly, sebagaimana dimuat liputan6.com, mengatakan sebanyak 10% dari populasi penduduk, atau setara dengan 28 juta orang adalah penderita insomnia. Penderita insomnia ini biasanya memunculkan gejala seperti:
- Sulit tidur nyenyak pada malam hari
- Merasa lelah saat bangun tidur
- Sulit berkonsentrasi
- Mengantuk di siang hari
Faktor lain yang menyebabkan individu mengalami insomnia yaitu, depresi, stress atau kecemasan, efek samping pengobatan, kelainan-kelainan kronis, pengaruh kafein, nikotin, dan alkohol. Selain itu, insomnia juga memberikan dampak pada produktivitas, kualitas hidup, hingga keselamatan seseorang. Dampaknya antara lain lebih mudah menderita depresi, kehilangan banyak waktu pekerjaan. Selain itu tidur malam yang buruk dapat menurunkan kemampuan dalam memenuhi tugas harian karena mengantuk di saat yang tidak tepat, seperti saat sedang bekerja, sedang mengemudi kendaraan dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Hal lain dari insomnia ialah bila diderita dalam jangka panjang, maka dapat menyebabkan hipertensi, kanker, dan stroke.
Selain itu, dr.Welly mengatakan perempuan lebih dominan menderita insomnia daripada laki-laki. Hal tersebut karena faktor hormonal, cemas, mudah depresi, serta perempuan lebih peka perasaannya daripada laki-laki dan cenderung melakukan pekerjaan hingga larut malam. Perempuan cenderung multitasking, memiliki berbagai peran yang harus dilakukannya, terlebih apabila mereka telah berkeluarga. Seperti misalnya selain dituntut untuk mengatur urusan domestik atau rumah tangga, perempuan juga dituntut untuk menjadi pengasuh bagi anak dan keluarganya. Jika perempuan memilih untuk berkarir, ia juga masih tetap dituntut untuk mengambil peran-peran dalam menjaga dan merawat lingkungan domestiknya. Apabila ada satu hal atau pekerjaan yang belum terselesaikan, para perempuan akan menyelesaikan hal tersebut meskipun harus sampai larut malam. Kemudian mereka pun harus bangun lebih pagi di keesokan harinya untuk melakukan pekerjaannya kembali (membuat sarapan, membersihkan rumah, mencuci, dan sebagainya.
Insomnia dapat diatasi dengan beberapa cara, misalnya mengubah jam tidur menjadi teratur; berbaring di tempat tidur saat sudah benar-benar mengantuk, mengurangi penggunaan alkohol dan nikotin, selain itu hindari menggunakan ponsel sebelum tidur. Jika kamu masih tidak dapat tertidur dan tidak merasa ngantuk, kamu bisa melakukan sesuatu yang merangsang kamu sampai kamu merasa ngantuk, misal membaca buku, atau mendengarkan musik.
Selain menggunakan resep dokter, kamu juga bisa mengikuti cognitive behavior therapy for insomnia (CBT-I) yang dapat membantu kamu untuk membuang pikiran negatif serta tindakan yang membuat kamu terjaga di malam hari. Strategi yang digunakan pada CBT-I adalah:
- Stimulus control therapy. Misalnya, kamu mungkin dilatih untuk mengatur waktu tidur dan waktu bangun yang konsisten serta menghindari tidur siang, gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, dan tinggalkan kamar tidur jika dalam 20 menit kamu tidak bisa tidur serta kembali ketika kamu mulai mengantuk.
- Teknik relaksasi
- Pembatasan tidur. Terapi ini mengurangi waktu yang kamu habiskan di tempat tidur dan menghindari tidur siang hari, yang kemudian membuat kamu lebih lelah pada malam berikutnya.
- Light therapy []
By: Safira Prabandani
Referensi
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1978319/
Dewi, P. A., & Ardani, I. G. A. I. (2013). Angka Kejadian serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi GangguanTidur (Insomnia) Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013. E-Jurnal Medika Udayana.
https://www.ciputramedicalcenter.com/fakta-insomnia-penyebab-gejala-cara-mengatasi/
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/insomnia/diagnosis-treatment/drc-20355173
0 Comments
Leave A Comment