Anoreksia adalah keinginan untuk mewujudkan tubuh kurus yang melibatkan perilaku tertentu untuk menghasilkan berat badan yang rendah secara signifikan. Banyak orang dengan anoreksia nervosa akan dengan keras membatasi jumlah makanan yang mereka konsumsi dan menganggap diri mereka kelebihan berat badan. Saat ini, banyak perempuan yang sangat menjaga bentuk tubuh serta berat badan karena berbagai alasan. Salah satunya karena standar kecantikan yang dipersepsikan masyarakat ialah “kurus”. Bagi banyak perempuan muda, penekanan pada tubuh perempuan yang kurus ekstrim merupakan hal yang normal, ditambah dengan dominasi budaya yang berkembang dari media massa seperti film, televisi dan majalah, dimana hal itu dilakukan di profesi model dengan berpenampilan lebih kurus di paruh kedua abad 20. Bahkan untuk mendukung persepsi kurus itu cantik dan mengagumkan, penelitian menunjukkan kalau karakter dengan tubuh yang besar atau berat di dalam film dan program televisi, cenderung memerankan seseorang dengan status yang lebih rendah, menjadi target lelucon dan jarang menjadi pemeran utama atau berada dalam adegan romantis. Hal inilah yang kemudian menyebabkan para perempuan akhirnya menjalankan diet yang sangat ketat hingga menyebabkan gangguan makan.

Baca juga: Gangguan Body Image Pada Laki-laki

Gangguan makan didefinisikan sebagai gangguan yang ditandai oleh kebiasaan makan yang tidak teratur karena kekhawatiran tentang berat atau bentuk tubuh. Gangguan makan telah lama terjadi terutama pada perempuan, dan gangguan makan yang paling umum adalah Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, serta Binge Eating. 

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perilaku penderita anoreksia adalah membatasi jumlah makan dan menganggap diri mereka kelebihan berat badan padahal sebetulnya justru mereka kekurangan berat badan. Perilaku lainnya ialah menimbang berat badan berkali kali, sering berbohong jika ditanya apakah sudah makan. Walau berat badan turun lebih dari 15% dari berat sebelumnya, pelaku diet anoreksia nervosa tetap obsesif untuk kurus. Pencitraan diri yang menyimpang ini dipengaruhi oleh bias kognitif yang mempengaruhi cara berpikir seseorang serta bagaimana mereka mengevaluasi tubuh dan makanan.

Anoreksia dapat menimbulkan efek kesehatan, seperti kerusakan otak, kegagalan multi-organ, serta resiko paling tinggi adalah adanya kematian. Anoreksia paling mungkin terjadi pada usia 16-20 tahun. Menurut (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) DSM V,  gangguan makan pada pria tidak terdiagnosis karena adanya bias jenis kelamin. Kriteria seseorang untuk dapat dikategorikan sebagai anoreksia nervosa menurut DSM V adalah:

  • Pembatasan asupan energi relatif terhadap persyaratan, menyebabkan rendahnya bobot tubuh secara signifikan dalam konteks usia, jenis kelamin, lintasan perkembangan, dan kesehatan fisik.
  • Ketakutan yang intens mengenai bertambahnya berat badan atau menjadi gemuk, atau perilaku persisten yang mengganggu penambahan berat badan, meski dengan bobot yang sangat rendah.
  • Gangguan pada cara ketika berat badan seseorang atau bentuk tubuhnya, evaluasi diri pengaruh berat atau bentuk tubuh yang tidak semestinya, atau kekurangan yang persisten terhadap pengenalan mengenai keseriusan terhadap rendahnya berat badan terakhir.

Baca juga: Toxic Positivity

Lalu bagaimana cara penanganannya?

  • Medikasi dengan menggunakan antidepresan atau obat antipsikotik (olanzapine). Namun penggunaan obat ini tidak boleh sembarangan, harus dengan resep dokter. Karena obat ini juga merupakan jenis obat yang digunakan oleh penderita schizophrenia serta gangguan bipolar.
  • Terapi Keluarga biasanya melibatkan 10 sampai 20 sesi yang berjarak antara 6 sampai 12 bulan. Perawatan ini memiliki 3 fase. Pada fase pengulangan, terapis bekerja dengan orang tua untuk membantu anak mereka makan makanan sehat. Kemudian pada tahap penghentian perawatan, fokusnya adalah pada pengembangan hubungan yang lebih sehat antara pasien dan orangtuanya.
  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT) melibatkan perubahan perilaku dan gaya berpikir maladaptif. Fokus utama perawatan melibatkan modifikasi keyakinan terdistorsi tentang berat dan makanan, serta keyakinan terdistorsi tentang diri yang mungkin telah berkontribusi terhadap gangguan ini (misalnya “orang lain akan menolak saya, kecuali kalau saya kurus”).

Hindari Percaya dengan Standar Kecantikan

Standar kecantikan yang ada di masyarakat seperti harus putih, tinggi, langsing, membuat kita seringkali merasa insecure atau tidak percaya diri. Hal ini dikuatkan dengan hasil survei ZAP Beauty Index tahun 2018, sebanyak 73.1% perempuan Indonesia menganggap cantik adalah memiliki kulit yang bersih, cerah, dan glowing. Banyak perempuan yang langsung mengikuti standar kecantikan tersebut dengan berbagai alasan, misalnya agar diterima di masyarakat, agar terlihat lebih menarik di hadapan lawan jenis, dan lainnya. Kemudian mereka pun rela melakukan segala cara untuk memenuhi standar kecantikan tersebut, misalnya seperti melakukan operasi, meminum obat-obatan, dan sebagainya.

Hal yang dapat kita lakukan ialah lebih peduli pada diri sendiri, mencintai diri sendiri, tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain, sehingga penting bagi kita mencintai diri apa adanya,. Untuk itu hindari percaya pada standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat dan tetap lakukan hal positif untuk diri sendiri, dan orang lain di sekitarmu.[]

Baca juga: Bebaskan Dirimu dari Social Comparison

By:Safira Prabandani

 

Referensi:

Desk Reference to the Diagnostic Criteria From DSM-5. American Psychiatric Association.

Hooley, J., Butcher, J . N., Nock, M . K., Mineka, S. (2018). Psikologi Abnormal  edisi 17. Salemba Humanika.

http://journal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/18618

https://www.eatingdisorderhope.com/information/eating-disorder

http://www.yankes.kemkes.go.id/read-anoreksia-dan-bulimia–3885.html

https://www.its.ac.id/news/2019/10/13/menentang-standar-cantik-perempuan/