Setiap orang pernah mengalami kegagalan dan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dimana hal itu tidak dapat dihindari, dan peristiwa tersebut (kegagalan dan kesulitan) tidak bisa diprediksi. Begitu juga dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan dalam hidup, setiap orang memiliki caranya masing-masing. Namun begitu sebagian orang ada yang terjebak dalam keterpurukan, tapi sebagian yang lain memilih untuk berusaha bangkit dari keterpurukannya.

Mengapa ada orang yang bisa cepat bangkit dari keterpurukan, dan sebaliknya? Itu karena perbedaan cara dalam bereaksi terhadap kesulitan dipengaruhi oleh sumber daya psikologis yang dimiliki oleh seseorang. Salah satu sumber daya psikologi yang dapat mendorong seseorang untuk bangkit dari keterpurukan adalah resiliensi.

Baca juga: Petingnya Personal Boundaries

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit dari keterpurukan, dapat beradaptasi dengan perubahan, dan terus maju dengan kesulitan-kesulitan yang menimpanya. Menurut Grotberg (1999), resiliensi adalah seseorang dalam mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat, dan mentransformasikan pengalaman-pengalaman yang sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif. Seseorang yang memiliki resiliensi yang baik dapat menjalani kehidupannya lebih bermakna, dapat melewati masa keterpurukan dengan cepat, percaya diri, tidak mudah putus asa, pandangan hidupnya akan lebih positif, dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.

Seseorang yang memiliki resiliensi bukan berarti tidak merasakan stress dan kecemasan. Namun, ia lebih menerima keadaan dan dapat mengendalikan stress yang dialaminya agar tidak mengambil alih kehidupannya.

Beberapa ciri orang yang memiliki resiliensi:

Tahu batas

Individu yang mengetahui batasan maka mengenal jati dirinya lebih dalam, sehingga tahu apa yang terbaik untuk dirinya. Misalnya orang yang memiliki resiliensi kuat tidak akan membiarkan stres mengambil alih hidup mereka.

Suportif

Seseorang yang suportif dapat membuat situasi menjadi lebih tenang, juga tahu kapan harus mendengar keluh kesah orang lain dan kapan harus memberikan saran tanpa mencoba untuk menyelesaikan masalah atau menggurui.

Lebih menerima keadaan

Seseorang yang memiliki resiliensi akan menerima keadaan lebih baik karena ia tahu bahwa suatu peristiwa yang tidak menyenangkan adalah bagian dari perjalanan hidup. Ia juga lebih memilih untuk berdamai dengan stres ketimbang mengabaikan, menekan, dan menyangkalnya.

Baca juga: Mengenal Self Control

Merawat diri dengan baik

Orang yang memiliki resiliensi yang baik akan merawat kesehatan fisik maupun mental. Seperti melakukan olahraga rutin, mengkonsumsi makanan sehat, dan melakukan self care untuk merilekskan diri.

Lebih terbuka

Orang yang memiliki resiliensi lebih terbuka terhadap berbagai kemungkinan dan kesempatan yang ada serta tidak terpuruk dengan kegagalan yang dialami. Individu akan menelaah situasi dari banyak sisi dan berpikir positif bahwa setelah ini berlalu akan berjalan dengan baik.

Lalu apa yang terjadi jika individu tidak bisa memiliki resiliensi yang baik? Individu yang tidak memiliki resiliensi sulit untuk beradaptasi dengan perubahan, sulit untuk mengatasi keterpurukan yang terjadi dalam hidupnya, tidak bisa mengambil keputusan, dan dapat mengalami depresi dan stress yang berkelanjutan.

Untuk dapat melakukan resiliensi kita perlu mengetahui aspek-aspeknya. Resiliensi terdiri dari lima aspek yang menandakan seseorang memiliki kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan. Berikut ini aspek-aspek resiliensi yang dijelaskan oleh Connor dan Davidson:

Kompetensi Personal, Standar yang Tinggi, dan Kegigihan

Saat berada dalam situasi sulit, seseorang yang resilien memiliki sikap optimis, tidak putus asa dalam mencapai tujuan hidup yang telah direncanakan dan berusaha melakukan yang terbaik dalam menghadapi setiap tantangan dalam hidup.

Percaya terhadap Naluri, Toleransi terhadap Afek Negatif, dan Kuat Menghadapi Tekanan

Orang yang resilien memiliki keteguhan hati dan rasa percaya diri untuk mampu mengatasi tantangan hidup dengan kekuatan yang dimilikinya. Seperti, membantu seseorang untuk tenang, fokus, dan mampu membuat keputusan sulit saat berada di bawah tekanan.

Penerimaan Positif terhadap Perubahan dan Kemampuan Menjalin Hubungan yang Aman dengan Orang Lain

Orang yang memiliki resiliensi berusaha untuk menerima diri dan situasi hidupnya dengan apa adanya. Sehingga memudahkan individu untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang terjadi dalam hidup.

Kontrol diri

Orang yang resilien dapat berfikir jernih, mengatasi pikiran-pikiran buruk yang datang saat ditimpa kesulitan, dapat membuat individu untuk pulih secara emosional, tidak larut dalam suasana hati yang kelam, berusaha bertindak secara hati-hati dalam situasi apa pun, dan individu dapat memastikan segala yang dilakukan dibawah kontrol dan kesadaran dirinya.

Spiritualitas

Orang yang resilien berpegang teguh pada nilai-nilai spiritual, sehingga senantiasa meyakini bahwa Tuhan akan menyertai, menolong, dan memberikan yang terbaik bagi setiap makhluk-Nya. Dengan spiritualitas, individu dapat menemukan makna dan pelajaran dibalik pengalaman hidup yang pahit. Sehingga dapat dijadikan bekal yang menjadikan individu lebih tangguh dan kuat untuk menjalani setiap fase kehidupan.[]

Baca juga: Apa itu Self Doubt?

By: Erisca Melia Safitri

 

Ed: WS, JLP

Referensi

https://www.kompasiana.com/luckey/5529f1806ea834200e552d0e/membangun-resiliensi

https://www.sehatq.com/artikel/cara-membangun-resiliensi-agar-anda-punya-mental-kuat

https://pijarpsikologi.org/kita-semua-butuh-resiliensi-untuk-bisa-bangkit-dari-keterpurukan/

https://psychology.binus.ac.id/2020/03/31/mengenal-resiliensi-dalam-ilmu-psikologi/