Perasaan khawatir yang muncul atas ketidakpastian masa depan, atau quarter life crisis (QLC), banyak dialami masyarakat saat memasuki usia 20-30 tahun. Apalagi bila ada dorongan dari keluarga, terutama orang tua yang membandingkan anak mereka dengan orang lain yang seusianya, semakin membuat seseorang merasa bingung, khawatir, dan bahkan insecure. Perempuan adalah pihak yang kerap berada di situasi QLC, dimana pada usia tersebut, baik teman, maupun pihak keluarga, kerap menyampaikan pertanyaan yang mendesak, seperti: “kapan nikah” “kapan lulus” “kapan punya anak” “udah umur segini kok belum kerja?” dsb. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya membuat mereka merasa insecure dan khawatir.

QLC bisa muncul karena beberapa faktor seperti lingkungan sosial yang kompetitif, lingkungan kerja, serta media sosial (seringkali membandingkan diri sendiri atau kehidupan pribadi dengan orang lain). Dilansir dari tirto.id, menurut dr.Oliver (peneliti & pengajar Psikologi University of Greenwich) bahwa terdapat 4 fase dalam QLC, yaitu 1) Perasaan terjebak dalam suatu situasi (pekerjaan, relasi, atau hal lain); 2) Pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi; 3) Membangun hidup kembali; 4) Mengukuhkan komitmen (terkait ketertarikan, aspirasi, serta nilai yang dipegang oleh individu tersebut.

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Kecemasan

Lalu seperti apa tanda-tanda apabila seseorang mengalami QLC?

  1. Khawatir dengan keadaan di masa depan. Pada usia 20-30 tahun, mereka mulai melakukan berbagai cara agar masa depan mereka lebih baik.
  2. Sering mempertanyakan tentang hidupnya. Seperti bertanya apakah hidup yang dijalani saat ini sudah tepat atau belum, yang kemudian menyebabkan individu tersebut merasa bimbang akan kehidupannya.
  3. Berbeda pendapat dengan orang tua. Kamu pasti memiliki tujuan kamu sendiri, hal inilah yang kemudian memicu perbedaan pendapat antara kamu & orang tuamu yang pada akhirnya justru membuatmu bingung harus menuruti kemauan orang tua atau tujuan mu sendiri.
  4. Seringkali merasa gagal serta kurang motivasi. 
  5. Merasa tertinggal dengan teman-temannya. Kamu mungkin berpikir mengapa teman-temanmu sudah terlihat sukses sedangkan kamu masih berkutat dengan kehidupanmu yang mungkin tertinggal jauh. Hal ini justru makin memperparah rasa ketidakpercayaan dirimu.

Baca juga: Bagaimana Mengelola Stres?

Lalu bagaimana cara kita menghadapi quarter life crisis? 

  1. Usahakan untuk tidak mengikuti standar sosial. Misal standar usia pernikahan, apa yang sudah harus dimiliki, jumlah pendapatan, dan lainnya.
  2. Ketahui apa yang menjadi prioritas. Pastikan kamu tahu apa yang terpenting dalam hidup & jadikan hal tersebut menjadi prioritas agar apa yang diinginkan dalam hidup semakin terlihat nyata.
  3. Tanyakan pada diri sendiri apa impian terbesar dalam hidup. Setelah itu buatlah rencana untuk mewujudkannya.
  4. Jangan biarkan orang lain menentukan apa yang terbaik untuk kamu. Sebagai seorang perempuan, seringkali kemampuan yang dimiliki diragukan oleh orang lain & hal tersebut membuat kamu menjadi merasa khawatir. Jika ada yang meragukanmu, cobalah untuk membuktikan & meyakinkan mereka kalau kamu akan baik-baik saja dengan apa yang kamu lakukan.[]

Baca juga: Bebaskan Dirimu dari Social Comparison

By: Safira Prabandani

 

Referensi

Habibie, A., Syakarofath, N. A., & Anwar, Z. (2019). Peran Religiusitas terhadap Quarter-Life Crisis (QLC) pada Mahasiswa. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 5(2), 129-138.

https://tirto.id/quarter-life-crisis-kehidupan-dewasa-datang-krisis-pun-menghadang-dkvU

https://greatdayhr.com/id/blog/mengenal-quarter-life-crisis/

https://www.idntimes.com/life/inspiration/kartika-trissanti-khasanah/penyebab-kamu-alami-fase-quarter-life-crisis-c1c2/2

https://kumparan.com/kumparanwoman/7-hal-tentang-quarter-life-crisis-dan-cara-menghadapinya-1rnRPrbRn6g/full