Avicii, dengan nama asli Tim Bergling yang merupakan salah satu dari sekian banyak jajaran DJ yang berkecimpung di industri musik genre EDM atau electronic dance music yang sukses, dan merupakan salah satu dari beberapa DJ yang mendapat nominasi Grammy Award. Seorang DJ kelas dunia yang hidup dalam lifestyle atau gaya hidup yang mewah, tapi siapa sangka, kemewahan tidak menjamin kebahagiaan seseorang, dan ia memilih mengakhiri hidupnya. Sebelum mengakhiri hidupnya di usianya yang baru 28 tahun, pada 20 April 2018 lalu ia telah menjalani ‘peperangan’ hebat dengan dirinya sendiri. Diterjang oleh rasa kesepian yang dahsyat hingga kerabat-kerabat dekatnya tidak bisa mengutarakan dengan kata-kata yang dirasa tepat untuk menggambarkannya. Selain Avicii, masih ada banyak lagi tokoh publik yang memilih mengakhiri hidupnya karena merasa kesepian, seperti Sulli (25), mantan member F(X) yang merupakan salah satu grup girl band di Korea Selatan, pada 14 Oktober 2019.
Sesuai dengan arti katanya sendiri, loneliness adalah rasa kesepian. Kata kesepian itu sendiri tampaknya memang sudah sangat akrab kita jumpai bukan? Baik dalam bahan perbincangan atau biasanya diasosiasikan dengan penuangan perasaan menjadi sebuah seni seperti lagu, puisi, dan lain sebagainya. Namun rupanya jika kita melihat dan memahami menggunakan lensa psikologi, istilah loneliness memiliki arti dan dinamika yang jauh lebih dalam dan lebih kompleks dari itu. Pada dasarnya, loneliness adalah suatu reaksi emosional dan kognitif individu sebagai respon dari sebuah kondisi di mana individu yang bersangkutan hanya mempunyai atau menjalani sedikit hubungan maupun interaksi sosial yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginannya. Atau dalam kata lain, adanya perasaan-perasaan negatif yang muncul sebagai respon dari terjadi atau hilang atau berkurangnya interaksi sosial maupun kualitas hubungan yang dimiliki individu karena faktor-faktor eksternal yang bersifat subjektif.
Sebagai manusia sosial yang memang akan selalu membutuhkan adanya orang lain, tentu saja adanya loneliness tidaklah memandang usia, gender, maupun jenis hubungan yang dijalin. Bisa saja dari hubungan keluarga, kerabat dekat seperti teman atau sahabat, rekan kerja, rekan organisasi, significant other seperti pacar atau hubungan menikah, dan masih banyak lainnya. Individu yang merasakan loneliness akan cenderung merasakan ‘kekosongan’ yang dahsyat, atau kehampaan dari kurang atau hilangnya interaksi sosial yang mereka inginkan. Individu juga merasa sendiri atau merasa seluruh beban pikiran negatifnya hanyalah dipikul oleh dia seorang, merasa putus asa, atau bahkan dapat muncul merasa tidak diinginkan atau tidak dicintai.
Maka dari itu, sangatlah mudah untuk menemui contoh-contoh adanya loneliness dalam kehidupan sehari-hari. Seperti seorang laki-laki yang mungkin terpaksa harus dihadapkan dengan rotasi lokasi kerja sehingga harus meninggalkan istri dan anak-anaknya, meskipun tetap dapat berhubungan melalui telepon, rasa kesepian bisa tetap ada sebab ia mungkin merasa tak mendapatkan kehangatan yang biasa didapatkan sepulang kerja ke rumahnya dengan pelukan keluarga kecilnya dan sekarang harus pulang ke asrama pegawai tanpa sambutan hangat keluarganya. Ada pula mungkin seorang mahasiswi yang harus melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri yang berlokasikan jauh dari kota kediaman atau kelahirannya dan harus berpisah dari orang tua dan adiknya, loneliness juga dapat muncul karena rasa rindunya akan perbincangan ringan yang biasa ia lakukan di kamar bersama adiknya, namun ia harus dihadapkan dengan realita dimana ia menempati kamar kost sendirian tanpa satupun figur yang dapat dijadikan tempat bercerita.
Apabila melihat contoh-contoh munculnya loneliness dengan lensa gender, perasaan ini mungkin muncul pada individu yang merupakan ‘minoritas’ di lingkup sosialnya. Seperti loneliness yang mungkin dirasakan oleh seorang mahasiswa laki-laki yang menekuni jenjang pendidikan psikologi di kampusnya yang dimana mahasiswa perempuan lah yang mendominasi program studi tersebut. Mungkin bukanlah masalah baginya jika memiliki banyak teman perempuan, namun rasa kesepian dapat muncul karena minimnya interaksi sosial yang ia dapat dengan teman sesama laki-laki di kampus yang merupakan satu program studi. Ia banyak menghabiskan waktu luangnya bercengkrama dengan teman laki-laki di luar program studinya. Namun kurangnya interaksi sosial yang mungkin akan tidak kalah menyenangkan apabila ia memiliki lebih banyak lagi jumlah teman laki-laki di program studinya membuat ia merasa kesepian. Hal yang sama juga mungkin dapat ditemui bagi mahasiswa perempuan yang menempuh pendidikan yang mayoritas diminati laki-laki. Kekurangan interaksi sosial dengan orang atau sekelompok orang yang spesifik tersebutlah yang menjadi pemicu utama dari loneliness. Masih banyak lagi contoh loneliness yang muncul karena faktor-faktor eksternal atau realita kehidupan yang dihadapkan dengan individu tersebut menyebabkan semakin kecilnya interaksi sosial atau sulitnya menjaga kehangatan hubungan yang sangat ia cintai atau hargai nilai kedekatan atau intimacy nya.
Apabila tidak segera dilakukan penanganan untuk meminimalisir rasa kesepian, hal tersebut dapat memberikan dampak negatif baik bagi psikologis nya sendiri yang kemudian merambat atau menjalar menjadi ikut rusaknya kesehatan fisik. Peneliti menemukan bahwa terdapat kemungkinan jauh lebih besar munculnya simptom-simptom depresi pada orang yang tengah dilanda loneliness. Atau bahkan memperparah keadaan psikologis seseorang yang memang sudah tidak stabil atau dalam artian memperparah kerusakan kesehatan psikologis individu yang tengah, pernah, atau memiliki riwayat depresi. Tekanan-tekanan psikologi tersebut turut berkontribusi pada rusaknya kesehatan fisik individu tersebut karena memiliki kecenderungan melamun atau overthinking atas kondisi dan situasi yang dihadapinya hingga kerap mengabaikan pola makan dan istirahat yang ideal. Yang kemudian mengarah pada beragam masalah kesehatan seperti menurunnya kualitas imun tubuh, keluhan mengalami sakit kepala, kehilangan nafsu makan yang mengarah pada kerusakan organ atau sistem pencernaan, dan masih banyak yang lainnya.
Menanggapi hal tersebut, sudah seharusnya kita mengetahui apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi atau melawan loneliness:
Fokuskan diri pada hal-hal yang menyenangkan
Memusatkan perhatian dan konsentrasi pikiran kita pada hal yang betul-betul kita nikmati atau sukai merupakan salah satu bentuk antisipasi cepat yang sangat efektif sebagai bentuk pendistraksi diri dari pikiran-pikiran negatif yang bersumber dari loneliness. Tidak hanya berguna untuk melawan dan mengantisipasi loneliness, terbuka dan meletakkan passion atau antusiasme penuh pada hal yang betul-betul kita sukai dapat juga membantu self-improvement atau pengembangan diri kita. Hal yang ‘enjoyable’ tidaklah terbatas pada hal yang menyenangkan seperti rileks dan bermain gitar, berjalan keluar kediaman untuk menghirup udara segar, namun juga bisa dengan.
Jelajahi dan pelajari hal-hal baru
Jangan batasi diri dalam zona nyaman karena sudah merasa ‘terlalu nyaman’ di dalamnya, jika terlalu bergantung dengan zona nyaman maka tidak menutup kemungkinan jika akan semakin sulit bagi kita untuk keluar dari loneliness ketika ia menyerang psikologis dan pikiran kita. Maka dari itu, mencoba bentuk aktifitas-aktifitas yang mungkin belum pernah kita tekuni sebelumnya seperti mencoba membuat makanan atau minuman mengikuti resep unik dan kreatif di internet, mencoba gerakan yoga yang menantang melalui video tutorial di internet, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, mempelajari ilmu baru yang mungkin dirasa menarik atau self-educate atau mengedukasi diri tentang hal-hal yang diluar pemahaman atau dirasa unik untuk menambahkan wawasan. Seperti misal mempelajari sejarah sebuah karya seni lukisan yang populer, mempelajari perubahan tren fashion dari zaman ke zaman, dan banyak yang lainnya. Hingga mungkin saja dengan ‘mencoba-coba’, kita dapat menemukan hobby atau passion baru yang dapat menjadi bentuk pengalihan negativitas dalam diri kita menjadi sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Kemudian tidak menutup kemungkinan untuk kita semakin mendalami hal baru tersebut dan mengenal, bertemu, dan berinteraksi dengan banyak orang baru yang memiliki interest yang sama dengan kita.
Jaga diri dan hubungan yang sudah ada
Menjaga diri yang dimaksud adalah turut sadar dan enggan ‘dibutakan’ oleh loneliness bahwa diri kita tidak pantas dirusak oleh pikiran-pikiran negatif tersebut. Menjaga diri agar tetap sehat, memiliki keadaan psikologis yang baik atau stabil juga sangatlah penting seperti senantiasa menjaga pola tidur yang baik dan tidak mengabaikan jadwal makan yang teratur. Hindari diri dari pengkonsumsian hal-hal yang merusak tubuh seperti minum minuman beralkohol maupun merokok, dan lain sebagainya. Tidak hanya demi kebaikan diri kita, namun juga demi orang-orang yang berarti atau kita sayangi. Maka menjaga diri saja tidak cukup, jangan lupa untuk tetap menjaga kehangatan atau kedekatan hubungan yang sudah dimiliki. Seperti sesekali menelpon kerabat dekat atau keluarga ketika waktu luang, mengirimkan pesan singkat dengan menanyakan kabar, pastikan apapun alasan berkurangnya interaksi sosial yang kita dapati dengan orang lain tidaklah terus ‘mengendurkan’ kehangatan atau kedekatan hubungan yang kita miliki baik keluarga, persahabatan, dan lain sebagainya guna tidak meregangkan intimacy hubungan secara permanen.
\Dengan menerapkan ketiga metode tersebut secara bijaksana dan konsisten, tentunya kita akan terbebas dari jerat loneliness dan dampak-dampak buruk yang bisa mengikuti karenanya. Ketahuilah bahwa rasa kesepian adalah hal yang wajar, namun janganlah kita terlarut dan dikonsumsi oleh pikiran-pikiran negatif yang disebabkannya. Karena meskipun jarak maupun situasi dan kondisi tidak selalu sesuai dengan ekspektasi, setiap individu sangatlah berharga dan dicintai.
By: Zevica Rafisna
Ed: FN, WS, JLP
Referensi:
http://202.52.52.22/index.php/jipt/article/view/2136/2284
https://www.verywellmind.com/how-to-cope-with-loneliness-3144939
https://www.bustle.com/p/8-unexpected-physical-symptoms-of-loneliness-8750984
https://medium.com/@bareivy/so-you-want-to-know-the-cause-of-aviciis-death-a4fcf62e6e2f
0 Comments
Leave A Comment