Konstruksi sosial yang menggambarkan laki-laki atau perempuan yang ideal salah satunya adalah mereka yang memiliki pasangan, atau bahkan telah menikah, pada akhirnya menjadi tekanan tersendiri pada orang yang selama ini belum memiliki pasangan. Di sisi lain, sekalipun nanti punya pasangan maka pasannya ialah orang dengan persona yang membagakan. Untuk memenuhi konstruksi sosial tersebut salah satu cara yang ditempuh saat ini ialah dengan memanfaatkan media sosial dalam mencari pasangan, atau biasa disebut dating online.
Tapi, seperti apa orang-orang memfungsikan media sosial? Terutama media sosial yang khusus untuk dating online? Apakah digunakan sebagaimana mestinya, atau sebaliknya, menyalahgunakannya?
Pertanyaan di atas terkait dengan perlunya kehati-hatian dalam memfungsikan internet terutama dalam platform dating online. Apalagi dalam catatan Komnas Perempuan 2019, kekerasan berbasis cyber kian meningkat.
Tidak dipungkiri, ada orang-orang yang tidak memberikan informasi secara jujur di media sosial tentang identitasnya. Hal tersebut tentu memiliki tujuan tertentu, ada yang hanya sekedar ingin membangun persona yang memukau, hingga ada yang ingin melakukan penipuan. Membuat identitas baru atau memalsukan identitas di media sosial disebut catfishing.
Munculnya catfishing menjadi masalah nyata di dalam komunitas dating online. Akibatnya kian banyak pihak yang menaruh kecurigaan dan ketakutan, apakah ia benar-benar mengobrol dengan orang sebagaimana identitas pada profilnya? Apakah ia benar-benar ada atau nyata? Apakah kualitas atau karakteristik yang ada di profil mereka akurat, dsb. Pada akhirnya catfishing dapat menciptakan perasaan tidak pasti, ragu pada diri sendiri, frustasi, membuat gelisah, depresi, dll.
Dalam sebuah hubungan yang dibangun, korban sudah “menginvestasikan” emosinya pada pelaku, tetapi sebaliknya pelaku catfish tidak menaruh perasaan pada korbannya. Lalu, apa dampaknya bagi orang yang terkena catfish?:
1. Menciptakan keraguan pada dirinya
2. Berkurangnya self-esteem
3. Jatuh cinta pada orang yang tidak nyata atau tidak ada
4. Korban merasa malu
5. Emotional devastation
6. Kerugian materi (beberapa pelaku catfish akan meminta uang atau hadiah dari korban mereka)
7. Mempertanyakan kemampuan pengambilan keputusan di masa depan
8. Merasakan terbuangnya waktu, energi dan resources di dalam hubungan atau seseorang yang tidak nyata
9. Berpotensi memiliki masalah kepercayaan terhadap orang lain
Beberapa alasan mengapa seseorang terlibat di dalam perilaku catfish:
1. Self-esteem yang rendah
2. Balas dendam karena cintanya ditolak atau pernah disakiti dimasa lalu
3. Membuat hidup atau persona tidak seperti dirinya
4. Mengumpulkan uang atau hadiah dari orang lain
5. Mencari perhatian
6. Sexual-identity anxiety
7. Kesepian
8. Bosan atau ingin membawa kegembiraan kedalam hidup
9. Kurangnya rasa percaya diri
10. Merasa tidak aman akan dirinya sendiri (insecure)
11. Kesulitan untuk jujur
Terjadinya catfishing karena pelaku berhasil mengelabui korbannya sehingga korban menjadi terobsesi pada pelaku, dan menyebabkan ia kehilangan kontrol.
Catfishing adalah perilaku yang dapat menimbulkan kerusakan emosional pada korbannya, dimana korban akan merasa tertekan akibat penipuan tersebut, sehingga ia akan merasa sangat malu, dan mengalami rasa sakit yang membekas.
Bagaimana agar tidak menjadi korban catfish:
· Jangan memberikan informasi personalmu secara detail di platform online, seperti: nama lengkap, alamat, sekolah, tempat kerja, atau siapa orang tuamu. Dengan internet akan sangat mudah untuk menemukan dimana seseorang tinggal.
· Di dunia maya jangan mudah mempercayai siapapun. Itu karena kamu tidak mengenal secara langsung. Di dunia maya orang bisa membangun persona yang dirasa dapat memikat korbannya. Sekalipun bertemu face to face melalui sambungan online, tetap saja harus hati-hati karena kita tidak tahu apakah ia seperti yang dikatakan?
· Jika ingin menjalin hubungan dekat, ada baiknya dengan orang yang sudah kamu ketahui, seperti teman dari sekolah, tempat kerja, tempat ibadah, dsb.
· Jangan memposting sesuatu atau foto yang berisiko disalahgunakan orang.
· Untuk orang tua, sebaiknya memantau aktivitas online, terutama bila anak-anak masih di bawah umur. Bagi anak remaja, di era saat ini mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang internet dibanding orangtua, hal yang dapat dilakukan orang tua ialah membangun komunikasi dengan anak agar mereka terbuka mengenai aktivitas onlinenya. Hal tersebut selain untuk membangun interaksi dengan anak, juga untuk memastikan ia tetap aman dalam menggunakan internet.
· Gunakan internet untuk mencari tahu tentang teman online-mu agar kamu lebih tahu tentang dirinya dan mencegah kamu tertipu.
· Kamu juga bisa melakukan pencarian dengan menggunakan namamu untuk memastikan tidak ada hal yang merugikan disebar di dunia maya tentang dirimu. []
By: F. Nadia
Ed: WS
Referensi:
https://psychcentral.com/blog/relationship-corner/2016/12/264
https://www.psychologytoday.com/us/blog/teen-angst/201302/catfishing-hook-line-and-sinker
0 Comments
Leave A Comment