Istilah gaslighting muncul pertama kali di tahun 1944 ketika George Cukor membuat film berjudul ‘Gaslight’ yang menceritakan pasangan suami-istri Gregory dan Paula. Dalam film tersebut, Gregory yang diperankan oleh Charles Boyer mengisolasi istrinya sendiri, Paula, sampai pada tahap dimana Paula merasa kalau dirinya sudah hilang akal (Sweet, 2019). Penggunaan kata gaslighting sendiri menjadi lebih sering digunakan ketika seorang psikoterapis bernama Robin Stern mengeluarkan bukunya di 2007 yang menjelaskan mengenai fenomena gaslighting (Sweet, 2019). Stern (2007; dalam Sweet, 2019) mengatakan kalau gaslighting terjadi dikarenakan partisipasi bersama antara pelaku (gaslighter) dan korban (gaslightee).

Dewasa ini, kata gaslighting sendiri dapat didefinisikan sebagai strategi manipulatif yang digunakan oleh seorang individu dalam hubungan interpersonal seperti hubungan romantis atau bahkan dalam strategi politik (Sweet, 2019). Dalam Stark (2019), gaslighting dapat dideskripsikan sebagai salah satu bentuk dari manipulasi yang salah dan dapat dikategorikan sebagai kekerasan emosional, dan dalam hal ini, tujuan dari gaslighting yang dilakukan oleh individu adalah untuk membuat korban gaslighting merasa kalau persepsi, kepercayaan, dan memori yang dimiliki adalah sesuatu yang tidak sesuai. 

Baca juga: Kenali Apa Itu Gaslighting

Gaslight dapat terjadi pada siapapun, tanpa memandang identitas gender, semua dapat menjadi korban maupun pelaku. Gaslighting dapat merampas kekuatan sosial untuk perempuan yang dapat membantu mereka memahami laki-laki (Sweet, 2019; Anderson 2010; Richie 1996; Stark 2007). Hal ini bukan berarti laki-laki tidak pernah menjadi korban dari gaslighting namun, dikarenakan ketidaksetaraan gender, perempuan menjadi individu yang lebih dimungkinkan pernah menjadi korban dari gaslighting (Sweet, 2019).

Lingkungan tempat kerja dapat menjadi salah satu tempat dimana seorang gaslighter dapat mempengaruhi dan merugikan individu di sekitar mereka. Gaslighter dalam tempat kerja dapat muncul akibat bias dalam perusahaan, sistematik perusahaan, dan media yang bersifat negatif (Ni, 2020). 

Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui jika seseorang di tempat kerja kita telah melakukan tindakan gaslighting? Ni (2020), telah memaparkan tujuh tanda seseorang dalam lingkungan tempat kerja adalah seorang gaslighter, sebagai berikut:

 

  • Narasi negatif yang terus-menerus mengenai performa kerja gaslightee yang biasanya didasari oleh pendapat bias, bukan fakta yang sebenarnya.
  • Sering memberikan gossip yang bersifat negatif tentang gaslightee baik secara professional ataupun personal. 
  • Komentar publik negatif yang terjadi terus-menerus baik melalui perbincangan tatap-muka, online, individual, kelompok, pertemuan, laporan, evaluasi kinerja, ulasan pelanggan dan klien, atau dalam skenario lainnya. Komentar ini, seperti sebelumnya dijelaskan, tidak sesuai dengan fakta melainkan pendapat bias gaslighter.
  • Humor dan komentar sarkastik negatif yang sering humor yang secara tidak langsung bersifat memusuhi gaslightee dan bertujuan untuk menggoda, mengejek, meremehkan, dan menyingkirkan gaslightee dan sering diikuti dengan kata-kata, ‘hanya bercanda,’.
  • Pengecualian profesional dari networking, pengembangan profesional, promosi, kepemimpinan, dan peluang lainnya dalam situasi dimana gaslightee sebenarnya mampu dan memenuhi syarat untuk berpartisipasi namun tidak diperbolehkan dengan alasan yang tidak jelas.
  • Bullying dalam tempat kerja yang dapat diverifikasi dan persisten yang mengintimidasi gaslightee di tempat kerja.
  • Perlakuan tidak adil yang dapat diverifikasi dan persisten yang berbeda jika dibandingkan dengan perlakukan terhadap karyawan lain, dan jika ditanyakan mengapa bertindak demikian, gaslighter akan mengarahkan tuduhan dan menyalahkan gaslightee.

 

Baca juga: Mengenal Relationship Red Flag

Gaslighting memang secara tidak disadari dapat dilakukan oleh siapapun kepada siapapun dalam lingkaran sosial seseorang. Dengan semakin banyaknya informasi dan penelitian mendalam mengenai gaslighting, diharapkan tindakan ini dan individu-individu yang bertindak demikian dapat dihentikan sehingga tidak banyak korban-korban gaslightee.

Apa yang dapat kita lakukan jika kita merasa kalau atasan atau rekan kerja adalah seorang gaslighter? Burry (2021), memberikan lima saran mengenai tindakan yang dapat dilakukan ketika merasa kalau ada seorang gaslighter di lingkungan kerja kita, yaitu:

 

  • Pastikan kalau itu benar-benar gaslighting individu harus mengetahui apakah seseorang memang seorang gaslighter, hal ini dapat ditinjau melalui perilaku mereka. Seorang gaslighter akan berusaha untuk membuat kita mempercayai apapun yang ia katakan dan membuat kita mempertanyakan lagi apa yang kita lakukan.
  • Dokumentasikan bukti ketika sudah yakin kalau yang dilakukan adalah gaslighting, individu bisa memulai mendokumentasikan bukti bahwa kejadian itu terjadi melalui email, catatan, dan bukti-bukti lain, pastikan bukti memiliki tanggal dan waktu, dan pastikan juga bukti disimpan dalam file pribadi.
  • Tanya rekan kerja lain apakah hal yang sama juga terjadi kepada mereka meski seorang gaslighter biasanya memiliki satu target, dalam kondisi tempat kerja ia dapat merasa terancam dengan lebih dari satu orang sehingga orang-orang tersebut juga bisa menjadi korban, tanyakan kepada rekan-rekan dan lihat apakah mereka mendapat perlakuan yang sama atau tidak.
  • Melakukan perjanjian untuk bertemu dengan gaslighter jika bukti-bukti sudah dikumpulkan dengan baik, individu bisa melakukan perjanjian untuk bertemu dengan gaslighter untuk mendiskusikan perilaku gaslighter dan berusaha mencari jalan tengah. Individu harus menghindari kata-kata yang bersifat menyerang seorang gaslighter, hal ini dikarenakan gaslighter dapat melawan jika merasa terserang oleh individu.
  • Laporkan ke HR atau atasan individu bisa melaporkan kejadian ke HR atau ke atasan individu ataupun ke atasan gaslighter dan menceritakan pengalaman yang dialami selama bekerja dengan gaslighter.

 

Baca juga: Pelibatan Laki-laki dan Edukasi Sejak Dini Sebagai Pencegahan KBG

Gaslighting yang terjadi secara berulang dan terus-menerus dapat menyebabkan karyawan yang terkena gaslight untuk merasa ‘kurang’ sebagai anggota tim, kontributor, dan/atau penyedia produk atau layanan. Seseorang bisa sampai titik mempertanyakan kredibilitas profesionalnya, oleh karena itu, gaslight di tempat kerja harus bisa dihindari dan dilaporkan dengan tegas. []

 

By: Fathia Rachma Aurelia Zahra Natadisastra

 

Ed: WS & Magda

 

Referensi

Stark, C. A. (2019). Gaslighting, Misogyny, and Psychological Oppression. The Monist, 102(2), 221–235. doi:10.1093/monist/onz007

Sweet, P. L. (2019). The sociology of gaslighting. American Sociological Review, 84(5), 851-875. Diakses dari https://www.asanet.org/sites/default/files/attach/journals/oct19asrfeature.pdf

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/communication-success/202007/7-signs-gaslighting-the-workplace

https://www.health.com/condition/anxiety/gaslighting-at-work