Kesalahan merupakan hal yang wajar ketika anak sedang melalui fase perkembangan dirinya. Oleh karena itu, penting bagi kedua orang tua untuk melakukan pengawasan dan memberikan pola asuh yang tepat. Namun, tanpa disadari terdapat beberapa pola asuh yang kurang tepat dan berdampak pada kondisi emosional anak lho! Lalu, seperti apa sih pola asuh yang berdampak pada anak?
Hasil dari pertumbuhan dan perkembangan anak selalu dihubungkan dengan bagaimana peran orang tua dalam memberikan pola asuh kepada anak sejak dini. Baumrind (dalam Devi, 2012) menjelaskan pola asuh sebagai bentuk interaksi orang tua dalam mengontrol, membimbing dan mendampingi anak dalam melakukan tugas perkembangan menuju proses pendewasaan. Baumrind pun menjelaskan tiga bentuk pola asuh yang sering ditemukan yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis/otoritatif, dan pola asuh permisif. Namun, terdapat satu bentuk pola asuh yang diyakini dapat berdampak buruk terhadap kondisi emosional anak, yaitu pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter dapat dicirikan sebagai berikut
- Memperlakukan anaknya dengan keras
- Sering melakukan hukuman fisik apabila apa yang dilakukan anak tidak sesuai dengan keinginan orang tua
- Kurang memberikan afeksi terhadap anak
- Kurang simpati pada anak
- Mudah menyalahkan setiap kegiatan anak ketika anak ingin berlaku kreatif.
Tidak jarang orang tua dengan pola asuh otoriter ini melakukan kekerasan verbal dengan maksud membuat anak tetap patuh atau tunduk terhadap keinginan orang tua. Walaupun maksud dari orang tua baik, namun secara tidak sengaja perkataan-perkataan yang tidak pantas dilontarkan terhadap anak merupakan salah satu ciri dari verbal abuse.
Bentuk-Bentuk Verbal Abuse
Kekerasan verbal atau verbal abuse adalah kekerasan yang dilakukan melalui tutur kata (Choirunnisa dalam Erniwati & Fitriani, 2020). Vardigan (2019) menyebutkan beberapa ciri dari verbal abuse yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak, yaitu:
- Meremehkan, mengumpat, dan menghina
Contoh: ‘kamu adalah anak yang bodoh’ ‘anak tidak tahu diri’
- Meremehkan atau menjelek-jelekkan anak
- Menolak atau mengecam keberadaan anak
Contoh: ‘aku berharap kamu tidak pernah lahir’ ‘sebaiknya kamu ditempatkan di panti asuhan’
- Mengancam untuk melukai bagian tubuh anak
Contoh: membentak dan mengancam untuk memukul
- Menyalahkan anak
Contoh: ‘semua ini terjadi karena kamu’ ‘aku akan memiliki kehidupan yang lebih baik apabila aku tidak harus menjaga kamu’
- Mengeluarkan kalimat sarkastik
Dampak Verbal Abuse pada Anak
Kekerasan verbal ini dapat mengancam kesehatan emosional anak, bahkan anak dapat mengalami trauma yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupannya. Selain itu, Wirawan et al (dalam Mahmud, 2019) menyebutkan beberapa dampak yang mungkin terjadi pada anak yang mengalami kekerasan verbal dari orang tuanya, yaitu:
- Gangguan emosi pada anak
- Perkembangan konsep diri yang kurang baik
- Terganggunya hubungan sosial anak
- Anak menjadi lebih agresif
- Membentuk anak untuk memusuhi orang dewasa
- Anak menarik diri dan lebih senang menyendiri
- Anak suka mengompol, hiperaktif, sulit tidur, bahkan sering tantrum
- Anak mengalami kesulitan belajar
- Besar kemungkinan anak akan meniru perilaku orang tuanya
Saran Pola Asuh yang Dapat Diterapkan para Orang Tua
Pola asuh memiliki peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan emosional anak. Dari ketiga pola asuh yang diterangkan oleh Baumrind, pola asuh yang tepat dalam tumbuh kembang anak adalah pola asuh demokratis. Pola asuh dengan bentuk authoritative memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Anak dan orang tua memiliki hak dan kewajiban yang seimbang
- Anak dan orang tua saling melengkapi satu sama lain, dalam proses pengambilan keputusan orang tua melibatkan keputusan anak.
- Orang tua memberikan kebebasan kepada anak namun masih dalam batas normal.
- Orang tua akan memberikan penjelasan dan alasan yang jelas serta menggunakan kalimat yang tepat atas hukuman yang diberikan kepada anak
- Tidak membatasi potensi dan kreativitas yang dimiliki anak.
Anak adalah harapan bagi para semua orang tua, oleh karena itu penting untuk para orang tua mengevaluasi dan melakukan pola asuh yang tepat. Saran pola asuh demokratis merupakan saran yang tepat untuk para orang tua. Firdausy (2017) menyebutkan beberapa dampak positif pola demokratis diantaranya:
- Anak lebih mudah untuk menyesuaikan diri
- Lebih menghargai orang lain
- Terbuka untuk menerima kritik
- Aktif dalam kehidupan sehari-hari
- Emosi lebih stabil
- Memiliki rasa tanggung jawab
Penting bagi para orang tua untuk memberikan pola asuh yang tepat kepada buah hari. Oleh karena itu, yuk praktikan pola asuh yang tepat agar sang buah hati dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pola asuh yang tepat pun dapat mendukung kesehatan mental baik bagi para orang tua dan anak. []
By: Larasati Widya Putri
Referensi:
http://etheses.uin-malang.ac.id/2225
http://eprints.walisongo.ac.id/7415/
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/annisa/article/download/667/495
0 Comments
Leave A Comment