Sejak lama peran gender perempuan dikonstruksi hanya menjadi ibu rumah tangga, akibatnya banyak yang memandang perempuan tidak perlu mendapat pendidikan tinggi karena akhirnya hanya akan mengurus keluarga dan membereskan rumah.
Selain itu peran gender yang bias juga membangun stereotip bahwa perempuan sosok yang lemah, emosional, tidak memiliki skill, dan sebagainya, sehingga perempuan diragukan kemampuannya ketika mengakses dunia kerja, terutama pada sektor formal. Stereotip pada perempuan akhirnya menjadi penghambat tersendiri bagi perempuan mengembangkan karirnya. Hal ini berkaitan dengan masih kuatnya norma sosial yang diskriminatif terhadap perempuan.
Seiring waktu, sedikit demi sedikit representasi angkatan kerja perempuan yang menduduki posisi top management di beberapa perusahaan di Indonesia, mulai menunjukan peningkatan. Tetapi begitu keterwakilan perempuan pada beberapa sektor dan bidang masih minoritas, dan masih adanya stereotip terhadap perempuan menjadi salah satu faktor penghambat, seperti perempuan dianggap tidak memiliki mental leadership, tidak memiliki ketegasan, lamban, dan lainnya sehingga dianggap tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan penting.
Baca juga: Masalah Rumah dibawa ke Kantor, Wajar Gak, Sih?
Dampak dari stereotip ialah perempuan dianggap tidak mampu berada di posisi manajerial dalam perusahaan, padahal kita tahu pada posisi tersebut yang dibutuhkan adalah kompetensi, bukan apa jenis kelamin seseorang. Terkait hal itu, McShane dan Glinow, (2010) dalam surveinya melaporkan, perempuan dinilai lebih tinggi dalam hal kualitas pelatihan, kerja tim, dan pemberdayaan pekerja dibandingkan laki-laki.
Terkait dengan masih sedikitnya keterwakilan perempuan di dunia kerja pada level top management, menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), hal itu berdampak pada kebijakan yang kurang berpihak pada perempuan dan rendahnya indeks kesetaraan gender di tempat kerja.
Menurut Bank Dunia (2012), apabila laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk aktif untuk membuat berbagai keputusan dan kebijakan akan mencapai pembangunan yang lebih baik. Hal ini juga dikemukakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Harvard Business Review (dalam Soerjoatmodjo, 2020), bahwa laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki perilaku yang unggul dalam memimpin. Laki-laki dikatakan unggul dalam penguasaan teknis dan mengembangkan perspektif strategis sedangkan perempuan dikatakan lebih unggul dalam berinisiatif, mengembangkan potensi diri, meraih capaian, kejujuran serta berintegritas tinggi.
Baca juga: Meningkatkan Kesetaraan Gender di Tempat Kerja
Bagaimana kondisi kepemimpinan perempuan di Indonesia?
Hasil survei yang dilakukan Grant Thornton pada Woman in Business 2021, menyatakan, telah terjadi peningkatan keterwakilan perempuan terhadap pemimpin perempuan di perusahaan di Indonesia, dimana perempuan yang menduduki jabatan sebagai Chief Executive Officer (CEO) berada di angka 25%. Selain itu, berbagai macam posisi senior yang paling banyak diduduki perempuan di Indonesia saat ini diantaranya adalah Chief Finance Officer (CFO) sebanyak 56%, Human Resources Director sebanyak 40%, dan Chief Information Officer sebanyak 31% (Hamdani, 2021). Hasil peningkatan ini cukup signifikan dan sangat menggembirakan dimana sebelumnya memiliki persentase posisi Chief Finance Officer (CFO) sebanyak 48%, Human Resource Director sebanyak 26%, dan Chief Information Officer (CIO) sebanyak 25%. Hal ini menjadi pertanda yang sangat baik dalam sektor kepemimpinan perempuan di Indonesia. Hasil tersebut juga tidak luput dari upaya Indonesia dalam menanamkan kesetaraan gender seperti memberikan bimbingan dan pembinaan, menciptakan budaya inklusif, serta penetapan target terkait keseimbangan gender di tingkat senior (liputan6.com).
Laki-laki maupun perempuan memiliki sisi yang sama-sama baik dalam menjadi pemimpin. Bahkan, adanya pemimpin perempuan justru akan membantu memperbaiki stereotip dan prasangka terhadap pekerja perempuan yang selama ini masih terjadi. Yuk, wujudkan kesetaraan gender dalam lingkungan kerja di Indonesia.[]
Baca juga: Memahami Beban Ganda dan Stres pada Perempuan Bekerja
By: Athira Salsabila Fauzie
Ed: WS
Referensi
https://media.neliti.com/media/publications/56956-ID-none.pdf
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/189-perempuan-dan-diskriminasi-di-tempat-kerja
0 Comments
Leave A Comment