Di antara kita mungkin ada yang pernah mengalami bagaimana rasanya mendapat “serangan” dari orang yang bahkan kita tidak kenal melalui kolom komentar di media sosial pribadi. Penggunaan kata yang menyakitkan, menuduh, bahkan melecehkan, merupakan perilaku brutal dari beberapa pengguna media sosial yang tidak bijak dan tidak bertanggung jawab. Padahal kita tahu, imbas dari serangan digital dapat berdampak buruk pada psikologi korbannya, bahkan banyak media mainstream memberitakan fenomena bunuh diri akibat serangan ke media sosial pribadi milik korban.
Ya, perilaku sebagaimana di atas saat ini cukup marak, dimana fenomena itu disebut sebagai internet trolling. Jannah (2020) menjelaskan internet trolling sebagai suatu sikap yang mengganggu (disruptive), merusak (destructive), bahkan menipu (deceptive), di dalam ruang lingkup media sosial dengan tujuan yang tidak jelas. Internet trolling berupa komentar-komentar pedas netizen, atau bahkan komentar seksisme yang terkadang digunakan sebagai bahan lelucon.
Lalu, apa sebenarnya yang mendasari seseorang menjadi internet troll? Apa dampak terhadap kesehatan mental bagi korban? Bagaimana cara menghadapinya?
Baca juga: Selau Ingin Menghindari Hubungan Sosial? Kenali Avoidant Personality Disorder
Penyebab Internet Trolling
Jannah (2020) menyebutkan beberapa hal yang mendasari seserang melakukan internet trolling, diantaranya:
- Dilanda perasaan bosan
- Ingin mencari perhatian
- Melakukan balas dendam
- Meningkatkan rasa kepuasan
- Memiliki keinginan untuk merusak suatu komunitas
- Pelaku merasa aman karena dibatasi jarak, dan merasa tidak akan terlacak
Jenis-Jenis Internet Troll
Moreau (2016) menjelaskan, ada 10 jenis internet troll, dimana pelaku internet trolling disebut dengan sebutan internet troll, dan mereka memiliki beberapa kriteria yang sering kita temui di media sosial, yaitu:
- The insult troll
Jenis internet trolling yang sering pelaku lakukan adalah melakukan penghinaan secara murni. Tidak ada alasan mendasar yang mendorong pelaku melakukan penghinaan. Penghinaan yang sering dilakukan diantaranya memanggil menggunakan nama yang buruk, melakukan tuduhan atas hal-hal tertentu, serta melakukan apapun yang dapat memunculkan respon emosional yang negatif.
- The persistent debate troll
Jenis internet troll yang ini memiliki sebutan “troll” debat kusir. Internet troll jenis ini menyukai adu argumen dengan lawan bicaranya. Saat melakukan adu argumen, pelaku seringkali menganggap argumennya selalu benar dan yang lain salah.
- The grammar and spellcheck troll
Internet troll jenis ini disebut sebagai pengoreksi ejaan. Pelaku sering sekali dianggap menggurui orang lain ketika orang tersebut salah mengetik suatu kata atau ejaan, biasanya sering kita sebut sebagai typo. Tidak ada salahnya apabila kita membetulkan adanya kesalahan ejaan kata tetapi banyak dari sebagian orang menggunakan kesalahan ini sebagai alasan untuk menghina korban dan membuat korban merasa bodoh.
Baca juga: Digital Dating Abuse: Jangan sampai kamu jadi korban!
- The forever offended troll
Media sosial sering sekali memuat isu-isu kontroversi yang terkadang dapat menyinggung individu atau kelompok tertentu. Hal tersebut wajar terjadi di media sosial, namun akan menjadi tidak wajar apabila pelaku internet trolling secara terus-terusan menyinggungnya.
- The show-off, know-it-all or blabbermouth troll
Pelaku internet trolling jenis ini sering memamerkan pengetahuannya mengenai suatu isu tertentu dan menganggap dirinya sebagai orang yang paling mengetahui isu-isu yang sedang menjadi topik perbincangan. Selain itu, troll jenis ini terkadang gemar untuk menyebarkan rumor atau rahasia mengenai suatu isu.
- The profanity and all-caps troll
Pelaku internet trolling ini gemar menggunakan kata-kata kotor dan huruf besar di setiap pesan yang Ia kirimkan.
- The one word only troll
Jenis “troll” ini tidak terlalu buruk seperti jenis “troll” lainnya. Internet troll ini cenderung akan membalas pesan secara sangat singkat, seperti “lol” “apa” “k” “iya” “tidak”. Sebenarnya hal ini tidak terlalu mengganggu, namun akan menjadi mengganggu apabila internet troll membalas pesan secara singkat ketika sedang berdiskusi mengenai topik-topik yang serius dan akan dianggap mereka sedang tidak serius menanggapi topik tersebut.
- The exaggeration troll
Internet troll jenis ini gemar sekali membesar-besarkan suatu topik masalah di luar topik yang sedang dibicarakan.
- The off topic troll
“Troll” jenis ini sering sekali mengalihkan topik. Hal ini akan mengganggu apabila Ia berhasil menggiring orang lain untuk mengalihkan pembicaraan dari satu topik ke topik yang lain.
- The greedy spammer troll
“Troll” jenis ini sering sekali berkomentar hanya untuk keutungan diri sendiri, seperti Ia akan mampir ke media sosial kita dan mempromosikan hal-hal yang dapat menguntungkan dirinya sendiri. Beberapa contohnya adalah Ia ingin kita untuk mengikuti akun sosial medianya, membeli barang-barang dari link yang Ia berikan, menggunakan kode kupon miliknya, dan hal-hal lain yang dapat menguntungkan dirinya sendiri.
Baca juga: Bijak Menggunakan Media Sosial Selama Masa Pandemi Covid-19
Dampak Internet Trolling
Akibat Internet strolling memiliki beberapa dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental korbannya, dan menurut March (2020), dampak tersebut terdiri dari:
- Gangguan tidur
- Self-esteem atau harga diri yang rendah
- Memicu depresi
- Perilaku menyakiti atau merugikan diri sendiri (self-harm)
- Muncul pikiran untuk mengakhiri hidup
Cara Bijak Menggunakan Bermedia Sosial
Agar kita tidak terjebak menjadi pelaku internet trolling kita perlu untuk menjadi pengguna internet yang baik dan bijak, seperti menjaga untuk tidak berkomentar yang negatif. Selain itu, Ramadhini (XXXX) membahas mengenai bagaimana cara untuk menggunakan internet secara bijak terutama pada kalangan remaja. Namun, cara ini pun bisa digunakan oleh semua kalangan. terdapat 4 cara untuk menjadi pengguna internet yang bijak, yaitu RT2P yang terdiri dari:
- Rasakan: Cermati dan cari tahu sebelum menyebarkan konten, apakah konten atau postingan tersebut perlu diketahui orang banyak? Apakah konten tersebut bersifat positif atau negatif?
- Tahan: Dalam menyebarkan suatu konten atau postingan, perlu sekali untuk tidak terburu-buru dan harus pastikan bahwa konten yang disebarkan merupakan konten yang positif.
- Pikirkan: Selagi kita tidak terburu-buru untuk menyebarkan konten, kita bisa memikirkan beberapa hal, misalnya apakah konten tersebut valid dan berasal dari sumber yang terpercaya.
- Putuskan: Setelah kita mempertimbangkan mengenai keseluruhan konten atau postingan tersebut, kita bebas untuk memutuskan apakah konten atau postingan tersebut perlu disebarluaskan atau tidak.[]
Baca juga: Dating Online: Hati-hati Identitas Palsu!
By: Larasati Widya Putri
Ed: WS
Link:
https://pijarpsikologi.org/internet-trolling-bukti-panas-nya-komentar-netizen-di-media-sosial/
https://mn.gov/law-library-stat/archive/urlarchive/a160133-5.pdf
https://metrum.co.id/ragam-trolls-di-penjuru-internet/
https://id.theasianparent.com/bijak-menggunakan-internet
0 Comments
Leave A Comment