Pernah tidak, ketika sedang berargumen dengan pasangan, tapi, kok takut jika argumen tersebut akan menyebabkan hubunganmu akan berakhir? Atau pernah merasa takut ditinggal oleh pasangan? Atau ketika pasangan kamu sibuk, sehingga waktu berbincang dengannya menjadi berkurang, dan situasi tersebut membuat kamu merasa diabaikan dan kamu berasumsi yang tidak-tidak sehingga kamu jadi ketakutan akan ditinggalkan. 

Ketakutan diabaikan hingga ditinggalkan oleh pasangan atau sahabat, disebut sebagai abandonment issues. Lalu, apakah abandonment issues dapat berdampak pada diri sendiri, dan relasi dengan orang lain? Mengingat masalah abandonment issues selain terkait pada diri sendiri juga dengan orang lain.

Abandonment issues atau masalah pengabaian dalam bahasa Indonesia, muncul melalui ketakutan seseorang akan rasa kesepian yang bisa terjadi akibat phobia, atau salah satu bentuk dari kecemasan (Brennan, 2020). Bukan hanya mengganggu hubungan dengan pasangan saja, tapi abandonment issues juga bisa mengganggu hubungan baik dengan orang lain. 

Memiliki rasa takut ditinggal memang bukan diagnosis yang diakui, ataupun masalah kesehatan mental, namun, sebuah bentuk kecemasan yang biasanya muncul melalui pengalaman traumatis. Biasanya seseorang dengan masalah pengabaian tidak menyadari trauma emosional yang dahulu dirasakan dan dipendam, namun ketakutan akan diabaikan ini dapat menyabotase hubungan mereka dengan orang lain,  seperti mencari-cari kesalahan seseorang, atau mengabaikan orang terdekat dengan alasan yang tidak jelas, baik itu kepada pasangan, keluarga, ataupun teman dekat (Chloe, 2020).

Abandonment Issues, menurut Deni Heriyana (2018), ia hadir sebagai mekanisme pertahanan diri yang datang dari alam bawah sadar agar hati tidak lagi tersakiti. Tetapi masalahnya alam bawah sadar tidak memiliki filter apakah semua hal patut dikhawatirkan secara berlebihan, sehingga berimbas merasa insecure, yakni merasa tidak ada lagi yang peduli padanya, merasa tidak dihargai, hingga ia merasa bukan apa-apa.

Berikut adalah tujuh tanda yang memungkinkan seseorang memiliki abandonment issues (Chloe, 2020):

Kamu sering disebut sebagai poeple-pleaser

Menurut Deng et. al. (2019, dalam Chloe, 2020), ketika seseorang memiliki keinginan yang kuat untuk bisa menyenangkan orang lain dan mendapatkan validasi atau persetujuan dari orang tersebut, seseorang itu bisa saja memiliki abandonment issues yang belum terselesaikan. Hal yang demikian selalu berusaha untuk bisa melakukan sesuai ekspektasi orang lain, seperti teman, pasangan, atau anggota keluarga, dimana hal itu merupakan upaya untuk selalu berada di sisi baik mereka, dan menyetujui apapun yang dikatakan orang lain dengan alasan ingin diterima, dan yang demikian merupakan contoh dari sikap people pleaser.

Kamu sering merasa inscure

Individu yang memiliki abandonment issues biasanya juga merasa insecure dan terkadang merasa kalau ia tidak mencukupi standar yang dimiliki oleh orang-orang terdekat. Kedua perasaan tersebut bisa muncul akibat seseorang yang dahulu ia sayang bisa saja pergi dari kehidupannya tanpa alasan jelas dan menyebabkan ia memiliki trauma emosional yang disembunyikan dan memiliki kepercayaan yang salah, bahwa perginya seseorang dari dirinya karena kesalahannya yang tidak memenuhi standar (Cha, Lee, & Hwang, 2009; dalam Chloe, 2020).

Hasil dari pemikiran dan kedua perasaan tersebut memunculkan pertanyaan dari kepercayaan diri yang rendah, antara lain: “Apakah kamu lelah dengan aku?” “Kamu diam-diam membenci ku, ya?” Sikap clingy: “Kamu mau kemana?” “Dari Tadi kok gak balas chat aku?”, dan kepastian bahwa pasangan atau kawan-kawannya tidak akan meninggalkan dirinya menjadi kebutuhan yang ingin selalu dipastikan.

 

Memiliki kesulitan dalam mempercayai orang lain

Individu dengan abandonment issues akan merasa kalau mereka perlu memiliki kontrol penuh dalam hubungan yang dijalankan, hal ini dikarenakan ia sulit untuk mempercayai orang lain dikarenakan rasa sakit yang terjadi di masa lalu. Ia menjadi sulit untuk bisa mempercayai janji yang dibuat oleh orang lain kepada dirinya. Kesulitan untuk dapat mempercayai orang lain ini dapat menyebabkannya menjadi mudah cemburu, curiga, dan posesif terhadap teman-teman dan pasangan (Chloe, 2020; Leonard, 2020; Holland, 2019).

Takut terlihat lemah

Thelen et. al. (2000; dalam Chloe, 2020), menyatakan individu dengan abandonment issues terkadang merasa tidak nyaman dengan momen-momen hangat seperti keintiman emosional atau ketika harus membuka diri lebih jauh pada teman atau pasangannya. Alhasil, ia bisa saja mendorong orang lain untuk menjauh, dan ia sulit untuk bertahan dengan komitmen dan memiliki kesulitan dalam menjalankan hubungan dengan jangka waktu yang panjang.

Mencari-cari alasan untuk bisa meninggalkan hubungan 

Ia berusaha untuk tidak terlalu merasa ‘lekat’ dengan orang lain dan akan selalu mencari alasan untuk bisa meninggalkan orang lain tersebut. Dalam hal ini, ia akan memberikan orang-orang yang terdekat standar tinggi yang tidak realistis dan tidak memberikan mereka kesempatan, dan ia akan terfokuskan pada ketidaksempurnaan atau kesalahan, dan menurut Rodman (2008, dalam Chloe, 2020), ia melakukan itu untuk mencari alasan agar dapat meninggalkan orang tersebut.

Terlalu cepat untuk move on

Individu yang memiliki siklus dimana ia akan cepat berpindah dari satu pasangan ke pasangan lain dalam hubungan romantis. Ketika hal ini dilakukan, ia tidak memberikan diri sendiri waktu dan tempat agar ia bisa menangani rasa emosional yang dirasakan, melainkan, ia justru memilih untuk kembali memasuki hubungan baru yang menarik untuk mengalihkan perhatian diri sendiri. Ia tidak ingin hubungan yang bertahan lama, hal itu karena ia takut terpaksa harus menghadapi masalah pribadi yang telah ditutupi dari dahulu, selain itu, ia juga takut bila pada akhirnya ia hanya akan ditinggalkan (Chloe, 2020; Leonard, 2020; Holland, 2019).

Berpegang teguh pada hubungan yang tidak sehat 

Tidak jarang bagi individu dengan abandonment issues untuk secara tidak langsung memilih pasangan yang memberikan mereka perlakuan buruk dan pada akhirnya meninggalkan mereka. Menurut Reder & Duncan (2001, dalam Chloe, 2020), hal ini dapat terjadi karena ketika masih kecil, ia mempelajari rasa sayang yang tidak benar, dan meskipun pengalaman buruk di masa lampau bisa dilupakan, ia cenderung menciptakan kembali pengalaman masa kecil karena hal itu memberikan kenyamanan dalam rasa ‘familiar’.

Individu yang pernah merasakan rasanya ditinggalkan memiliki kemungkinan besar untuk mempunyai gangguan kesehatan mental dalam jangka waktu panjang, dimana abandonment issues sendiri dapat menyebabkan kecemasan, depresi, codependence, dan isu lain. Salah satu isu lain yang bisa disebutkan adalah bagaimana abandonment issues dapat menjadi salah satu tanda gejala seseorang memiliki borderline personality disorder (BPD) (goodtherapy.org, 2019).

Seseorang dengan abandonment issues dapat berjuang mengatasi abandonment issues dengan berbagai cara, antara lain:

  1. Melakukan konseling dengan psikolog untuk mengetahui apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi perasaan tersebut.
  2. Dapat melakukan self-help dengan berusaha memikirkan kembali alasan dibalik munculnya abandonment issues yang dirasakan. 
  3. Dapat berbicara dengan teman untuk membantu ia agar bisa memahami masalah yang dirasakan dan dapat memiliki perspektif baru dari teman. 
  4. Memaafkan seseorang mungkin bisa menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan, namun, kamu dapat pelan-pelan memaafkan dia yang dahulu meninggalkanmu agar kejadian itu tidak memberikan dampak bagimu kedepannya.
  5. Walau terkadang sulit untuk meninggalkan emosi-emosi negatif yang traumatis, kamu dapat berusaha untuk bersikap positif, dan secara perlahan kamu akan bisa mencapai sikap positif atas kejadian yang telah terjadi.

Abandonment issues, jika dibiarkan dapat menciptakan hubungan yang tidak sehat antara individu yang memiliki isu ini dengan orang terdekatnya. Evaluasi diri yang baik dan penanganan tepat dapat membantu kamu untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat muncul di kemudian hari akibat abandonment issues

 

By: Fathia Rachma Aurelia Zahra Natadisastra

 

Ed: WS

 

Referensi

https://psych2go.net/7-signs-you-have-abandonment-issues/

https://www.webmd.com/mental-health/abandonment-issues-symptoms-signs#1-2

https://www.goodtherapy.org/learn-about-therapy/issues/abandonment

https://psychologenie.com/abandonment-issues-in-relationships

https://101mind.com/therapy/tentang-abandonment-issues/