Beberapa dari kita mungkin pernah merasakan rasa takut mengenai kritik atau penolakan dari orang lain. Seperti misalnya, hasil kerja kita di kritik atau bahkan ditolak oleh atasan karena belum sesuai dengan harapan. Sebenarnya, berada dalam situasi seperti demikian merupakan hal yang wajar. Namun, apabila perasaan atau ketakutan sering kali terjadi hingga membuatmu menganggap diri sendiri tidak mampu bahkan tidak ingin terlibat dalam aktivitas sosial dan menghindari orang lain, itu hal yang perlu diperhatikan, apakah kamu sedang mengalami gangguan kepribadian menghindar atau avoidant personality disorder (AVPD).

Gangguan kepribadian dibagi ke dalam tiga cluster, AVPD termasuk ke dalam cluster ketiga atau disebut cluster C. Individu dengan gangguan dalam cluster ini sering kali tampak cemas dan takut. Menurut American Psychiatric Association dalam Buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (2013), AVPD merupakan gangguan kepribadian yang melibatkan pola perilaku bertahan lama terkait dengan hambatan sosial, perasaan tidak mampu, kepekaan yang berlebihan terhadap penolakan dan kritik. Individu dengan gangguan ini sangat takut akan kritik dan penolakan dari orang lain sehingga cenderung menghindari pekerjaan atau hubungan yang melibatkan kontak interpersonal untuk melindungi diri. Dalam situasi sosial, mereka juga sering merasa terkekang karena sangat takut akan mengatakan sesuatu yang bodoh, merasa malu, dan sering kali menunjukkan tanda-tanda kecemasan. Individu dengan gangguan ini juga memiliki keyakinan bahwa orang lain akan memberikan tanggapan atau respon seperti yang ia yakini, lebih tepatnya ia yakin bahwa orang lain akan memiliki tanggapan negatif terhadap apa yang ia lakukan.

Baca juga: Perasaan Takut ditinggal Pasangan? Kenali 7 Tanda Abandonment Issues

Prevalensi penderita Avoidant Personality Disorder (AVPD)

AVPD diketahui mempengaruhi sekitar 2,5% populasi, dengan jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan (Cuncic, 2020). AVPD biasanya dimulai pada masa dewasal awal (Kring, Johnson, Davison & Neale, 2012). AVPD tidak didiagnosis pada orang dengan usia kurang dari 18 tahun karena pada gangguan kepribadian ini harus dibuktikan bahwa terdapat pola perilaku yang bertahan dan tidak mudah hilang dalam jangka waktu yang lama (Cleveland Clinic, 2020).

Lalu, apa saja yang menjadi gejala dari gangguan ini? Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM V) dijelaskan beberapa perilaku yang menjadi gejala dari gangguan ini diantaranya:

  1. Menghindari aktivitas pekerjaan yang melibatkan kontak interpersonal yang signifikan dengan orang lain karena ketakutan akan kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan.
  2. Tidak ingin terlibat dengan orang lain kecuali ia yakin bahwa ia diterima dan disukai.
  3. Kesulitan membentuk intimate relationships.
  4. Disibukkan dengan kritik atau penolakan dalam situasi sosial.
  5. Terhambat dalam situasi interpersonal baru karena perasaan tidak mampu.
  6. Memandang diri tidak kompeten secara sosial, tidak menarik secara pribadi, atau inferior dibandingkan orang lain.
  7. Keengganan yang tidak biasa untuk mencoba aktivitas baru karena memicu rasa malu yang berlebihan atau takut memalukan di depan orang lain.

Baca juga: Memaafkan: Sebuah Upaya Menyembuhkan Luka Batin

Penyebab dari Avoidant Personality Disorder (AVPD)

Penyebab dari AVPD diduga melibatkan beberapa faktor seperti genetik. Diketahui, heritabilitas dari gangguan kepribadian ini sekitar 27 – 35% (Kring, Johnson, Davison & Neale, 2012). Selain itu, faktor lingkungan, sosial, dan psikologis juga berperan. Kekerasan emosional, kritik, ejekan atau kurangnya kasih sayang dan pengasuhan pada masa kanak-kanak dapat menjadi pertimbangan akibat perkembangan gangguan kepribadian ini (Cuncic, 2020). Sering kali, individu dengan gangguan ini pada masa kanak-kanaknya sangat pemalu dan rasa malunya tidak dapat diatasi seiring bertambahnya usia. Namun, bukan berarti setiap anak yang pemalu akan mengalami AVPD, begitu pula tidak setiap orang dewasa yang pemalu akan mengalami AVPD.

Beberapa jenis treatment yang dapat dipertimbangkan untuk mengobati gangguan ini diantaranya adalah exposure, social skills training, cognitive behavioral therapy (CBT), psychodynamic therapy. Selain itu, obat-obatan (dengan resep dokter) juga dapat digunakan, contohnya seperti antidepressant.

Jika kamu mengalami gejala-gejala perilaku di atas dalam kurun waktu yang sudah cukup lama dan sering kali menganggu aktivitas sehari-harimu, kamu disarankan untuk menemui psikolog atau professional untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Ingat, jangan self-diagnose ya!

Baca juga: Mengenal Rumination: Terjebak dalam Pikiran Negatif dan Berulang

By: Athira Salsabila Fauzie

 

 

Referensi

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical of manual mental disorders 5th edition. Washington, D.C: American Psychiatric Publishing.

Cuncic, A. (2020). Avoidant personality disorder: definition, symptoms, traits, causes, treatment. https://www.verywellmind.com/search?q=avoidant+personality+disorder 

Kivi, R. (2017). Avoidant personality disorder. https://www.healthline.com/health/avoidant-personality-disorder 

Kring, A.M., Johnson, S.L., Davison, G., & Neale, J. (2012). Abnormal psychology 12th edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.