Perjuangan kaum perempuan untuk membangun kesetaraan dan keadilan gender, secara berangsur kian terlihat. Merujuk pada Tingkat Angka Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), menunjukan adanya peningkatan tenaga kerja perempuan di Indonesia (Meriko dan Hadiwirawan, 2019). Lebih dari itu, bidang profesi yang dimasuki perempuan kian beragam, termasuk profesi yang selama ini didominasi laki-laki, seperti pada bidang STEM (science, technology, engineering, and maths), hingga dunia politik.
Bila sebelumnya perempuan bekerja dianggap aneh, kini, sebagian dari masyarakat memandang perempuan bekerja sebagai suatu hal yang wajar. Apalagi belakangan ini mulai bermunculan tempat bekerja yang lebih mengedepankan kompetensi dibanding jenis kelamin, dan kita tahu, kompetensi dan skill pada bidang tertentu tidak hanya dimiliki laki-laki, tapi juga perempuan.
Walau sebagian perempuan dapat mengakses dunia kerja, sayangnya budaya kita masih terpaut pada norma gender tradisional, yakni menganggap urusan rumah tangga atau yang biasa disebut urusan domestik, tetap dianggap menjadi tanggung jawabnya perempuan. Dengan kata lain, walau perempuan bisa mengakses dunia kerja dan berdaya secara finansial, tetapi ia tetap memiliki kewajiban melakukan pekerjaan domestik, seperti mengasuh, mencuci, mengepel, memasak dan lainnya (Hill Asean dalam Pietra, 2019), dimana hal yang demikian disebut sebagai beban ganda.
Baca juga: Hindari Kekerasan Pada Anak di Masa Sulit dengan Berbagi Peran Domestik
Konflik Peran dan Norma Gender Tradisional Bagi Perempuan yang Bekerja
Relasi keluarga yang masih menerapkan norma gender tradisional, tidak mengenal konsep berbagi peran domestik, dan menempatkan perempuan, seperti istri, atau anak perempuan sebagai orang yang bertanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas domestik sebagai tanggung jawabnya. Norma gender yang demikian tentu akan membuat istri yang disatu sisi juga bekerja akan mengalami beban ganda (Suryakusuma, dalam Meriko & Hadiwirawan, 2019), dan situasi tersebut (beban ganda) memiliki sejumlah resiko bagi perempuan, mulai dari kelelahan secara fisik hingga mental (Fauzie, 2021).
Fauziah (2020), mengatakan, dalam mengurus rumah tangga perempuan dapat menghabiskan waktu tiga kali lipat dibandingkan dengan laki-laki, sehingga lebih banyak perempuan yang dapat mengalami tekanan dan depresi daripada laki-laki. Selain itu, pekerja perempuan yang mengalami stres dapat mengakibatkan konflik peran yang membuat mereka sulit dalam mencapai keseimbangan dalam bekerja. Konflik peran ganda adalah suatu bentuk konflik peran dalam diri yang muncul karena adanya tekanan peran dari pekerjaan, yang bertentangan dengan tekanan peran dari keluarga (Greenhaus dan Beutell dalam Fauziah, 2020). Konflik peran ganda ini dapat terjadi karena individu menjalankan dua peran pada saat bersamaan, yakni dalam pekerjaan dan keluarga.
Konflik Peran Pada Perempuan yang mengalami Beban Ganda
Tidak dipungkiri, melakukan peran secara bersamaan bukan hal yang mudah, baik dalam membagi waktu, energi, hingga konsentrasi. Perempuan yang bekerja akan mengalami dampak fisik dan psikologisnya, mengingat disatu sisi ia juga dibebani tugas domestik (Marliana, dkk., dalam Putri, 2021). Perempuan yang mengalami beban ganda berpotensi memiliki emosi yang kurang stabil karena ia harus memberikan kinerja yang terbaik bagi perusahaan, dan di sisi lain juga harus mengurus rumah, melayani suami, dan mengasuh anak-anaknya. Hal demikian dapat memicu timbulnya stres, kecemasan, depresi, hingga gangguan psikosomatis (Imanti & Triyono, dalam Putri, 2021). Akibatnya ia rentan mengalami konflik antara pekerjaan dan keluarga karena kesulitan dalam memisahkan kehidupan pribadi (mengurus rumah tangga) dengan pekerjaannya. Oleh karena itu, dalam menjalankan kedua peran tersebut, perempuan membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang terdekat salah satunya dari suami.
Baca juga: Apa Itu Worklife Balance dan Bagaimana Cara Menerapkannya?
Manfaat Berbagi Peran dalam Keluarga
Hal tersebut selaras dengan pernyataan oleh Hidayati (dalam Putri, 2021), beban ganda sebenarnya tidak akan menjadi sebuah masalah atau suatu bentuk ketidakadilan gender selama tugas domestik yang dijalankan oleh istri dapat dibagi secara seimbang dengan suami. Idealnya dalam suatu keluarga diperlukan pola relasi yang berbasis kemitraan antara suami dan istri. Bila terjadinya pembagian tugas domestik secara adil, maka akan mendapatkan keuntungan, yaitu:
- Kondisi fisik dan psikologis tetap terjaga
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, pekerja perempuan yang telah berkeluarga akan memiliki tanggung jawab yang bertambah. Hal tersebut akan membuat kondisi fisik dan psikologis terganggu. Perempuan akan lebih cepat lelah dan stres sehingga mudah terkena sakit. Maka untuk terhindar dari kondisi tersebut dibutuhkan peran dari suami.
Baca juga: Memahami Beban Ganda dan Stres Pada Perempuan Bekerja
- Mempunyai waktu yang lebih
Suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan bersama-sama pastinya akan cepat selesai. Adanya kerja sama dengan suami dalam melakukan pekerjaan domestik akan lebih efektif dan efisien. Sehingga, istri memiliki waktu yang lebih banyak untuk istirahat, refreshing atau bermain dengan anak.
- Role Model yang baik pada anak
Dalam mengasuh anak pastinya ingin memberikan yang terbaik. Anak cenderung akan meniru semua perilaku yang dilakukan orang tua. Maka dari itu, dalam hal membagi tugas ini dapat melatih anak untuk memiliki keinginan saling membantu dan lebih peduli.
Setelah mengetahui konflik peran ganda di atas, ternyata tidak mudah ya, menjadi perempuan yang telah berkeluarga dan bekerja. Maka dari itu, keterlibatan peran suami/laki-laki di dalam keluarga sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan, setiap manusia, termasuk perempuan Ibu rumah tangga mempunyai hak untuk mengembangkan diri sendiri, seperti berkarir pada bidang yang ditekuni.[]
Baca juga: Menimbang Kembali Manfaat Berkarier, Sebelum Memutuskan untuk Resign
By: Mary Swarahapsari
Ed: WS
Daftar Referensi
Fauziah, Z. F. (2020). Pengaruh konflik peran ganda dan keseimbangan kehidupan kerja terhadap motivasi kerja pada karyawati tambang batu bara. Jurnal
Ilmiah Psikologi, 8, (2).Diakses melalui http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/4909
Meriko, C., & Hadiwirawan, O. (2019). Kesejahteraan psikologis perempuan yang berperan ganda. Jurnal Psikologi Unsyiah, 2, (1). Diakses melalui https://www.researchgate.net/publication/337765333_KESEJAHTERAAN_PSIKOLOGIS_PEREMPUAN_YANG_BERPERAN_GANDA
Pietra, J. L. (2019). “Pekerjaan laki-laki” dan “pekerjaan perempuan”. Apa bedanya?. Artikel dipublikasi. Diakses melalui https://buletin.k-pin.org/index.php/daftar-artikel/427-pekerjaan-laki-laki-dan-pekerjaan-perempuan-apa-bedanya
Putri, Y. A. (2021). Mengungkap beban ganda pada ibu di masa pandemi cobid-19. Jurnal UNUSIA Psikologi, 1, (1). Diakses melalui http://journal.unusia.ac.id/index.php/Conferenceunusia/article/view/195/145
http://yayasanpulih.org/2021/02/tanda-tanda-kamu-kelelahan-secara-mental-dan-cara-mengatasinya/
0 Comments
Leave A Comment