Seperti yang telah kita ketahui, gelombang kedua Covid-19 menghantam Indonesia, per 15 Juli 2021 tercatat telah ada 2,670,046 kasus, dan 69,210 meninggal dunia. Menyikapi situasi demikian, Pemerintah kembali mengambil kebijakan dengan melakukan pembatasan berskala besar tahap dua, atau disebut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa-Bali, dengan harapan dapat menekan laju penularan virus Corona.
Kebijakan tersebut tentu memiliki sejumlah dampak pada aktivitas masyarakat, khususnya di pulau Jawa-Bali, yang menerapkan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah bagi seluruh pekerja di sektor non esensial. Sebagaimana dimuat pada beberapa media, bahkan sektor esensial yang diperbolehkan bekerja dari kantor hanya 50% saja.
Situasi tidak pasti seperti sekarang ini tentu berat bagi semua orang untuk di beberapa aspek, terutama pada aspek psikologis, karenanya sangat tepat bila kita saling mendukung satu sama lain, dan dukungan tersebut dapat dimulai dari relasi keluarga.
Baca juga: Situasi Pandemi dan Tuntutan yang Semakin Menekan: Lakukan 5 Hal Ini Untuk Membuatmu Lebih Lega.
Norma Gender dan Beban Perempuan di Masa Pandemi
Sebagaimana kita tahu, norma gender tradisional mewajibkan perempuan menyelesaikan semua pekerjaan domestik walaupun ia juga bekerja mencari nafkah (dalam Widyasrini, 2016). Sementara laki-laki oleh norma tradisional tidak diwajibkan, bahkan dianggap tabu bila ada laki-laki melakukan pekerjaan domestik.
Dalam konteks situasi yang sedang tidak pasti saat ini, kita tahu hampir semua orang resah dengan pandemi yang tak kunjung berakhir dan kian mengganas, tetapi di sisi lain ada orang yang hanya karena ia perempuan mengalami kelelahan seorang diri akibat tuntutan budaya tradisional yang mewajibkan ia menyelesaikan tugas-tugas domestik sendirian. Padahal di satu sisi kita harus menjaga imun agar tidak drop, namun di sisi lain akibat kelelahan dan stres, hal tersebut bisa berpotensi menurunkan kekebalan tubuh.
Maka dari itu, di masa sulit ini sudah semestinya kita saling peduli dan saling dukung satu sama lain, terutama pada relasi keluarga dengan menerapkan berbagi peran domestik.
Baca juga: Praktik Mindfulness untuk Kesehatan Mental di Saat Pandemi
Saatnya Berbagi Peran Domestik
Ada banyak manfaat yang diperoleh dengan berbagi peran domestik, seperti mengurangi tingkat stress, memperbaiki komunikasi dalam rumah tangga, memberikan contoh yang baik kepada anak, dan hemat waktu (dalam Pratama, 2018).
Lalu, seperti apa sih berbagi peran terutama di masa WFH?
1. Mengatur Waktu
Mengerjakan tugas kantor di rumah dibutuhkan kebijaksanaan dalam mengatur waktu agar berjalan dengan efektif. Maka dari itu kita harus menjadwalkan kapan waktunya untuk bekerja dan kapan waktunya menyelesaikan urusan domestik dan bersama dengan keluarga. Misalnya, sebelum menyentuh pekerjaan kantor, dimulai dengan melakukan pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah, menyiapkan sarapan, mengkoneksikan jaringan internet untuk keperluan sekolah anak melalui gadget, dan sebagainya.
2. Membuat jadwal pekerjaan
Sebetulnya bisa saja tanpa perlu membuat jadwal, tetapi untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana maka tidak ada salahnya membuat catatan kecil untuk membantu mengingatkan. Apalagi bila dalam sebuah keluarga menggunakan mekanisme melakukan pekerjaan secara bergilir, maka mencatat penjadwalan menjadi sangat penting untuk mengingatkan tugasnya masing-masing.
3. Diperlukan kesadaran dan komitmen
Untuk menjaga agar berbagi peran di dalam keluarga selalu dilakukan, maka diperlukan kesadaran dan komitmen dari semua anggota keluarga akan pentingnya berbagi peran. Kita tahu, keluarga yang saling dukung dan bekerja sama, akan dapat menjaga kehangatan dan keharmonisannya.
Mengingat kita hidup di lingkungan yang masih menerapkan norma gender tradisional, maka membangun keluarga yang berbagi beban pekerjaan rumah tangga tentu membutuhkan waktu, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Bahkan situasi yang tidak pasti ini dapat kita jadikan momen untuk saling dukung dan membangun kekompakan keluarga, serta sekaligus menjadi role model keluarga yang menerapkan keadilan gender bagi lingkungan di sekitar kita.[]
Baca juga: Peduli Kesehatan Mental di Tengah Situasi yang Serba Tidak Pasti
By: Mary Swarahapsari
Ed: WS
Daftar Referensi
http://yayasanpulih.org/2018/11/laki-laki-berbagi-peran-domestik-apa-saja-sih-manfaatnya/
https://magdalene.co/story/berbagi-peran-domestik-lebih-banyak-dibahas-daripada-dilakukan
http://eprints.ums.ac.id/45308/24/NASKAH%20PUBLIKASI%20pdf.pdf
0 Comments
Leave A Comment