Pernahkah mendengar istilah Narsis atau Narsistik? Istilah tersebut sering kita dengar dalam lingkup sosial kita untuk mendeskripsikan seseorang yang terlalu pede dan bangga akan diri sendiri, baik mereka yang hobi selfie berlebihan dan memamerkan foto koleksi dirinya di berbagai akun sosial media. Dalam KBBI dijelaskan bahwa narsistik merupakan sikap kepedulian yang berlebihan pada diri sendiri yang ditandai dengan adanya sikap arogan, percaya diri, dan egois atau singkatnya, Narsisme merupakan hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan.
Istilah Narsistik dijelaskan pertama kali oleh Sigmund Freud mengenai konsep narsisme yang berasal dari mitos Yunani kuno tentang Narcissus, putra dewa, yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri di dalam air. Didorong oleh cintanya pada dirinya sendiri, dia menghabiskan berjam-jam menatap bayangannya, tidak peduli dengan apa pun di sekitarnya, juga tidak makan atau tidur. Sehingga Narcissus menghembuskan napas terakhirnya seorang diri dan mati tenggelam dengan gambaran yang tidak akan pernah dia miliki tetapi sangat diinginkannya.
Apakah Narsisme itu sama dengan Percaya Diri?
Narsisme tentu memiliki perbedaan dengan Kepercayaan Diri dikarenakan, pribadi yang Percaya Diri kualitas diri dibangun atas dasar keberhasilan dan pencapaian yang telah diraih, keterampilan hidup yang sudah dikuasai, prinsip dan norma yang dipegang teguh, dan kepedulian yang ditunjukkan kepada orang lain. Sebaliknya, narsisme sering kali didasari oleh rasa takut kegagalan atau takut menunjukkan kelemahan diri, perhatian yang ingin ditujukan hanya kepada diri sendiri, dorongan yang tidak sehat untuk selalu menjadi yang terbaik, dan rasa ketidaknyamanan yang tertanam dalam di benak terhadap ketidakmampuan diri.
Narsisistik tidak memiliki sense of self yang kohesif, sehingga harga diri mereka sepenuhnya berasal dari perhatian dan validasi orang lain. Mereka cenderung menganggap segala sesuatu secara pribadi, menuntut kontrol dan perhatian dalam hubungan mereka dan merupakan manipulator yang ahli demi mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan.
Unhealthy Narcissism dan Healthy Narcissism
Dalam bukunya The Laws of Human Nature (2018), Robert Greene menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan narsisme dalam tingkatan tertentu. Dijelaskan bahwa dasarnya setiap manusia memiliki dorongan untuk memikirkan diri sendiri terlebih dahulu dan memiliki keinginan untuk diperhatikan. Manusia memiliki kemampuan alami untuk berempati dan terhubung dengan orang lain.
Narsisme yang tidak sehat terjadi ketika perkembangan sense of self dari masa kecilnya yang gagal berkembang. Alih-alih mengembangkan rasa kemandirian dan diri yang sehat, mayoritas narcissist gagal mengembangkan personhood atau sense of self karena orang tua mereka mengabaikan (neglectful), abusive, gagal mendorong/mendidik atau memberikan begitu banyak perhatian yang menjadikan mereka tidak pernah mengembangkan rasa diri (sense of self) yang dapat mengacu pada Narcissistic Personality Disorder (NPD) apabila tidak ditangani atau dikenali langsung.
Berikut Gejala umum NPD meliputi:
- Kesombongan dan rasa superioritas
- Kurangnya empati
- Meremehkan orang lain
- Keinginan untuk hanya bergaul dengan orang-orang yang dipandang lebih unggul dari yang lain
- Entitlement (merasa memiliki hak atas sesuatu yang tidak mereka miliki)
- Cemburu dan iri terhadap orang lain, sekaligus mempercayai bahwa orang lain cemburu terhadap dirinya.
- Kebutuhan yang berlebihan untuk dikagumi dan diperhatikan
- Eksploitasi orang lain demi memenuhi keinginannya sendiri
- Ekstrim, emosi negatif atau kurangnya emosi dalam menanggapi negatif atau kurangnya perhatian
- Rasa penting diri (Grandiose) dalam bakat, atau pencapaian yang ekstrem
- Perasaan unik, seolah-olah istimewa
- Rasa tidak aman dan rasa malu yang tersembunyi
- Memiliki ketidakmampuan atau ketidak inginan untuk mengakui kebutuhan dan perasaan orang lain.
- Manipulatif, dan doyan menuntut sesuatu.
Narcissistic personality disorder memungkinkan pengidapnya untuk memfokuskan diri pada hasil yang di luar akal sehat (misalnya, ketenaran) dan merasa sangat yakin bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan khusus dari orang di sekitarnya. Walaupun beberapa karakteristik di atas bisa terlihat sebagai kualitas kepercayaan diri, namun kedua hal ini tidak sama. Karakteristik orang-orang NPD melewati batas dari kepercayaan diri yang sehat.
Narsisme yang sehat adalah perasaan diri (sense of self) yang positif yang sejalan dengan kebaikan. Konsep narsisme yang sehat pertama kali dicetuskan oleh Paul Federn dan menjadi terkenal pada tahun 1970-an melalui penelitian Heinz Kohut dan Otto Kernberg. Berbedanya dengan orang-orang Unhealthy Narcissism, mereka mampu Introspeksi diri, Berempati, kemampuan untuk mengagumi dan menerima kekaguman orang lain, Rasa harga diri dan harga diri yang kuat, Rasa bangga yang sehat pada diri sendiri dan pencapaian seseorang, Apresiasi terhadap kebutuhan orang lain dan kemampuan untuk berempati dengan mereka, Ketahanan emosional, Mencintai dan menghormati diri sendiri, Kemampuan untuk menyetujui diri sendiri dan menoleransi ketidaksetujuan orang lain dan Authenticity.
Narcissistic Abuse
Kekerasan Narsistik merupakan kekerasan yang dialami penyintas oleh pelaku pengidap NPD (Narcissist Personality Disorder) atau sikap Narsisme yang tidak sehat. Berikut beberapa ciri-ciri kekerasan Narcissist Abuse:
- Triangulasi
Merupakan taktik mencoba menarik orang ketiga ke dalam konflik hubungan, biasanya untuk memperkuat pendapat atau posisi mereka sendiri.
- Gaslighting
Menjadikan korban meragukan perspektif dan realitas korban sendiri, seringkali dengan memutarbalikkan fakta atau bersikeras bahwa hal-hal yang korban ingat tidak benar-benar terjadi.
- Hoovering
Taktik ini melibatkan upaya untuk menghubungkan kembali, atau menarik korban kembali ke dalam hubungan yang toxic atau kasar.
- Silent Treatment
Perilaku ini menjadi manipulatif ketika seseorang dengan sengaja mengabaikan korban untuk mengendalikan korban atau membuat korban merasa terisolasi.
- Kambing hitam/Scapegoat
Menempatkan semua kesalahan pelaku pada korban yang mereka tunjuk sebagai kambing hitam.
- Passive-Aggressive
Pergeseran kesalahan secara tidak langsung, sabotase, dan sarkasme semuanya dapat mengarah pada manipulasi narsistik terselubung.
Bagaimana sebaiknya dalam menyingkapi Abuse tersebut?
- Tetapkan batasan
Batas adalah aturan yang mengatur cara Anda ingin diperlakukan. Orang akan memperlakukan Anda seperti yang Anda izinkan. Anda harus tahu apa batasan Anda sebelum dapat mengomunikasikannya. Ini berarti berhubungan dengan perasaan Anda, mendengarkan tubuh Anda Mereka harus eksplisit Jangan mengisyaratkan atau mengharapkan orang untuk membaca pikiran Anda.
- Hadapi kekerasan secara efektif
Membiarkan pelecehan merusak harga diri Anda. Jadi, penting untuk menghadapinya. Itu tidak berarti berkelahi dan berdebat. Ini berarti berdiri tegak dan berbicara untuk diri sendiri dengan jelas dan tenang, dan memiliki batasan untuk melindungi pikiran, emosi, dan tubuh.
- Ketahui hak Anda
Anda harus merasa berhak untuk diperlakukan dengan hormat dan bahwa Anda memiliki hak khusus, seperti hak atas perasaan Anda, hak untuk tidak berhubungan seks jika Anda menolak, hak atas privasi, hak untuk tidak dimarahi, disentuh, atau Jika Anda telah dilecehkan untuk waktu yang lama (atau sebagai seorang anak), harga diri Anda mungkin telah berkurang.
- Memiliki konsekuensi.
Setelah menetapkan batasan, jika diabaikan, penting untuk mengomunikasikan dan meminta konsekuensi. Ini bukan ancaman, tetapi tindakan yang Anda ambil untuk melindungi diri sendiri atau memenuhi kebutuhan Anda.
- Dapatkan Dukungan
Untuk merespons secara efektif membutuhkan dukungan. Ketika Anda membela diri sendiri pasti akan ada perlawanan dari pelaku. Ini adalah alasan lain mengapa dukungan sangat penting. Anda akan membutuhkan keberanian dan konsistensi. Carilah support dari Konseling ke Psikolog terpercaya atau Support Group terpercaya.
- Akhiri Hubungan
Meskipun mungkin sulit, mengakhiri hubungan seringkali merupakan cara paling efektif untuk mengakhiri kekerasan.
By: Serene Rahayu
Referensi:
Dr. Durvasula, Ramani. 2016. “Speaking of Psychology:Recognizing a Narcissist”. https://www.apa.org/news/podcasts/speaking-of-psychology/narcissism (diakses 20 Juli 2022)
Quamila, Ajeng. 2021. “Bedanya Narsis dan Narcissistic Personality Disorder”. https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/beda-narsis-dengan-narcissistic-personality-disorder/ (diakses 20 Juli 2022)
Lone, Zauraiz. 2019. “Freud and the Nature of Narcissism”. https://psychcentral.com/pro/freud-and-the-nature-of-narcissism#4 (diakses 20 Juli 2022)
Dr. Olivine, Ashley. 2022. “Narcissistic Personality Disorder Traits in Children: What You Should Know”. https://www.verywellhealth.com/narcissistic-personality-disorder-in-children-5215093 (diakses 20 Juli 2022)
Jenkins, Robert. 2019. Healthy Narcissism and Narcissistic Personality Disorder”. “https://www.specializedtherapy.com/narcissism-and-narcissistic-personality-disorder/ (diakses 20 Juli 2022)
0 Comments
Leave A Comment