“Where the mind goes the man follows.” Dimana pikiran kita berada, disitu tubuh kita berada. Sepenggal kutipan dari Joyce Meyer, yang merupakan seorang pembicara dan penulis buku terlaris New York Times. Ujaran ini terdengar klise bagi sebagian banyak orang. Namun, sesungguhnya pikiran sangat mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Pikiran dapat mempengaruhi kesehatan tubuh, emosi dan mental kita. Hal ini berbanding lurus dengan pendapat Ahli Saraf Kognitif, Dr. Caroline Leaf, yang menyatakan, 87 hingga 95 persen penyakit yang mengganggu kita saat ini adalah akibat langsung dari kehidupan pikiran kita. Apa yang kita pikirkan mempengaruhi kita secara fisik dan emosional.
Menilik lebih dalam lagi definisi dari pikiran. Pikiran adalah konsep atau ide yang dibangun melalui kumpulan ingatan. Pikiran secara terus-menerus, merasakan, dan memilih bagaimana pikiran-pikiran ini diekspresikan secara internal dengan diri sendiri dan orang lain. Membentuk pikiran adalah sesuatu yang secara alami kita lakukan sepanjang hari. Pikiran, adalah kekuatan pendorong di balik kondisi mental dan fisik kita, bagaimana kita berpikir, merasa, dan memilih dalam menanggapi apa yang terjadi di sekitar kita.
Selama masa hidupnya tentu manusia akan terus berpikir. Melalui proses berpikir ini, manusia akan banyak terpapar dengan konflik yang berujung pada masalah – masalah dan pergumulan. Apabila proses konfliknya tidak ditangani dengan baik maka meninggalkan luka didalam diri. Salah satu bentuknya adalah depresi. Menurut American Psychiatric Association, depresi adalah penyakit yang secara negatif mempengaruhi perasaan, cara berpikir dan bertindak. Depresi menyebabkan perasaan sedih dan/atau kehilangan minat pada aktivitas yang pernah dinikmati. Ini dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik dan dapat menurunkan kemampuan untuk berfungsi di lingkungan kerja dan di rumah.
Depresi terjadi bukan hanya karena luka dalam diri yang tidak tertangani dengan baik saja, namun terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami depresi antara lain, ketidak seimbangan kimiawi neurotransmiter di otak, seperti serotonin, akan tetapi penyebab kondisi ini seringkali lebih kompleks.
Faktor lain yang berperan adalah:
1. Riwayat genetik depresi
2. Hormon
3. Gangguan penggunaan zat
4. Kondisi medis lainnya
5. Faktor lingkungan seperti trauma dll.
Setelah berbicara tentang faktor penyebab, tidak kalah pentingnya juga jika kita membahas perihal gejala depresi. Namun, sebelum membaca gejala – gejalanya diharapkan agar Sahabat Pulih tidak melakukan diagnosa sendiri, karena diagnosa yang tepat hanya bisa dilakukan oleh ahli melalui berbagai macam rangkaian tes pemeriksaan. Merujuk pada sebuah artikel kesehatan dalam sebuah website yaitu healthline.com, Depresi biasanya di diagnosa berdasarkan gejala dan pola perilaku. Dokter akan meminta kita untuk mengisi kuesioner untuk membantu mereka menentukan apakah kita mengalami depresi dan seberapa parahnya.
Gejala-gejala depresi berat meliputi:
1. Perasaan sedih, marah, atau frustrasi yang terus-menerus dan intens
2. Pikiran untuk bunuh diri
3. Gangguan tidur, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
4. Apatis, kurangnya minat pada aktivitas atau orang
5. Kesulitan bekerja
6. Kebersihan pribadi yang buruk
7. Perubahan suasana hati yang parah atau perubahan temperamen
8. Perubahan berat badan, kenaikan atau penurunan
9. Kesulitan berkonsentrasi
10. Sering sakit seperti sakit kepala atau sakit punggung
Seperti disebutkan diatas depresi juga membawa dampak negatif bagi tubuh, beberapa dampaknya terhadap jasmani:
1. Insomnia
2. Masalah dengan ingatan atau keputusan
3. Resiko serangan jantung
4. Lelah
5. Sistem kekebalan tubuh melemah
6. Peningkatan sensitivitas nyeri
7. Pembuluh darah menyempit
8. Fluktuasi berat badan
9. Minat yang lebih rendah pada seks, dll.
Gaya hidup sehat menjadi bagian dari cara untuk menjaga kesehatan mental. Selain itu, guna menghindari diri dari gejala penyakit mental lainnya ada beberapa metode yang dapat kita pelajari dan lakukan secara mandiri yaitu dengan:
1. Manajemen pikiran
· Pertama, pahami pemicu dan sinyal pikiran toxic, tentang kapan, bagaimana, dan mengapa pikiran itu muncul.
· Selanjutnya, tanyakan pada diri: bagaimana dan mengapa pikiran ini membuat kita merasakan hal yang tidak nyaman.
· Ketiga, tulis semuanya. Menulis atau journaling, membantu kita untuk dapat mengatur pemikiran.
· Terakhir, terapkan metode diatas. Tujuannya adalah untuk mengubah sudut pandang tentang skenario pemicu stres untuk menemukan pola pikir yang lebih objektif yang tidak terlalu diwarnai oleh emosi.
Teknik manajemen pikiran bertujuan untuk membawa kesadaran kembali ke pikiran kita.
2. Tingkatkan kesadaran otak melalui meditasi
Meditasi adalah teknik pengaturan diri yang membawa kesadaran dan perhatian pada perasaan dalam pikiran dan tubuh pada saat ini. Teknik ini berguna untuk banyak aspek kesehatan. Sejumlah penelitian menunjukkan hubungan antara meditasi mindfulness dapat membantu menurunkan kadar kortisol/ hormon stress dalam tubuh. Meditasi bahkan telah terbukti meningkatkan tidur lebih nyenyak.
3. Gunakan visualisasi untuk menenangkan pikiran
Visualisasi adalah proses untuk mencapai keadaan pikiran yang lebih santai. Teknik ini memungkinkan individu untuk membayangkan diri mereka dalam skenario pemicu stres tertentu dan menerapkan bagaimana mereka meresponsnya. Visualisasi membantu individu mempersiapkan diri untuk dapat menghadapi stres, menjadi lebih tangguh.
Jaga kesehatan pikiran kita sama dengan menjaga kesehatan tubuh. Jika Sahabat Pulih mengalami atau mengetahui seseorang yang mempunyai gejala depresi, ketahuilah bahwa bantuan selalu tersedia. Sebaiknya, jangan ragu untuk menemui profesional seperti dokter, konselor, psikolog atau psikiater.
By: Zefanya Norman Todoan
Sumber:
https://www.healthline.com/health/depression/effects-on-body#immune-system-and-heart
https://www.prweb.com/releases/2012/4/prweb9398089.htm
https://www.psychiatry.org/patients-families/depression/what-is-depression
0 Comments
Leave A Comment