Kita semua menghabiskan terlalu banyak waktu di kepala kita. Terlalu banyak berpikir dapat merusak kesehatan mental kita, jika pikiran tersebut negatif, jadi penting untuk diingat bahwa anda bukanlah pikiran anda. Para psikolog di sebuah universitas di Kanada telah menghitung rata-rata jumlah pikiran sehari-hari yang dimiliki orang dewasa sebanyak 6.200. Angka ini sepertinya menegaskan bahwa kita menghabiskan banyak waktu di kepala kita. Sebuah artikel yang diterbitkan di majalah Science melaporkan bahwa kita menghabiskan lebih dari 46 persen waktu kita untuk memikirkan hal-hal yang tidak berhubungan dengan apa yang sedang kita lakukan pada saat tertentu. Berpikir bukanlah hal yang buruk, membiarkan pikiran mengembara dapat bermanfaat. Namun, dari sudut pandang kesehatan mental, penting untuk menyadari isi pikiran kita, dan dampaknya jika kita membiarkannya. Di awal tahun 2000-an, para peneliti di United States National Science Foundation memperkirakan bahwa 80 persen pikiran kita negatif, dan 95 persen di antaranya berulang. Melihat statistik ini, mudah untuk memahami seberapa besar pengaruh pikiran kita terhadap kualitas hidup dan potensi kita dalam menikmati hidup.

Psikiater Sigmund Freud pernah bertanya, “Kemana perginya sebuah pikiran jika sudah dilupakan?” Meskipun pertanyaan rumit ini tidak memiliki jawaban yang pasti, ada satu hal yang diketahui: pikiran anda meninggalkan jejak di benak Anda. Terkadang, itu bisa menjadi bagian dari identitas anda, tetapi anda bukanlah pikiran Anda. Kita semua memiliki kemampuan untuk mengendalikan pikiran kita dan memoderasi dampaknya.

Efek Negatif dari Brain Chatter (Obrolan Otak)

Bicara terhadap diri sendiri, brain chatter atau obrolan otak, kebisingan mental apa pun sebutannya, perlu dipahami, apabila tidak dikendalikan berpotensi untuk menjadi berbahaya. Jika kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berfokus pada pikiran, itu bisa berarti bahwa kita terlalu sedikit bertindak, dan hidup membutuhkan keseimbangan yang sehat antara berpikir dan bertindak. Jika kita tidak mengontrol obrolan otak, kita mungkin akan kehilangan pandangan tentang apa yang nyata dan apa yang tidak. Pikiran bukanlah fakta, dan Anda bukanlah pikiran Anda.

 Selain itu, jika kita tidak belajar mengekang dialog batin negatif kita, kita dapat mengekspos diri kita sendiri pada penderitaan dan ketidakbahagiaan. Hidup di kepala kita dan memikirkan pikiran kita dapat menyebabkan perenungan. Kebiasaan yang berpotensi beracun ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental dan fisik, mulai dari depresi hingga tekanan darah tinggi, termasuk insomnia, kecemasan, dan konsumsi alkohol berlebihan.

Ketika kita memasuki keadaan perenungan atau rumination, kita lebih cenderung terjebak dalam pemikiran siklus dan percaya bahwa kita tidak memiliki kekuatan untuk bertindak atas apa pun yang membuat kita khawatir. Hasilnya adalah pandangan hidup yang pesimistis dan pasif, ini merupakan kebalikan dari kehidupan kita yang sebagaimana mestinya yaitu hidup dengan keyakinan untuk menjadi sehat secara mental maupun jasmani. Sementara kita terjebak merenungkan masa lalu atau masa depan, kita tidak bertindak di masa sekarang, yang merupakan satu-satunya hal yang dapat kita kendalikan.

Pelajari cara berhenti berpikir berlebihan

Anda bukanlah pikiran anda

  • Pertama, kenali apa yang menyebabkan anda berpikir secara berlebih dan tidak seimbang. Buat catatan harian tentang pikiran anda untuk melihat apakah anda dapat menemukan pola atau apa yang memicunya. Pemicu umum adalah karena menonton berita, menelan semua informasi di media sosial tanpa menyikapinya dengan bijak.
  • Setelah anda mengidentifikasi pemicunya, pikirkan sesuatu yang akan membuat pikiran anda sibuk saat pikiran itu muncul. Misalnya, jika ini terjadi saat sedang mengemudi, biasakan mendengarkan podcast tentang hal yang memotivasi atau mendengarkan audio book. Detoksifikasi digital dapat menjadi langkah besar dalam membantu menyadari bahwa anda bukanlah pikiran anda.
  • Beri diri Anda waktu 15 menit sehari untuk mempertimbangkan apa yang menjadi kekhawatiran anda. Setel alarm dan setelah berbunyi, ingatkan diri bahwa anda bukanlah pikiran anda
  • Jika pikiran yang tidak terkendali telah menjadi gangguan mental yang menghabiskan energi, anda dapat belajar untuk membungkamnya dengan kesadaran penuh, mindfulness. Latihan ini melatih otak kita untuk mengamati pikiran kita. Kuncinya adalah mengamati pikiran dengan rasa ingin tahu dan tanpa penilaian, memperhatikan bagaimana perasaan masuk dan keluar dari pikiran.
  • Buat catatan apakah pikiran berjalan cepat atau lambat, apa tema umumnya, cari tahu apakah itu berulang atau berbeda. Saat Anda melakukan ini, anda dapat membayangkan aliran air yang jernih, kemudian ada daun yang jatuh berguguran. Bayangkan setiap daun adalah sebuah pikiran, dan perhatikan mereka jatuh, masuk ke sungai, dan hanyut sampai tidak dapat melihatnya lagi.
  • Setelah latihan mindfulness, anda juga bisa mencoba mencari tahu maksud dibalik pemikiran tersebut. Setiap emosi memiliki tujuan yang positif, tetapi terkadang pikiran kita tidak mengizinkan kita untuk melihatnya, karena secara otomatis masuk ke mode perenungan. Misalnya, pikiran cemas dapat menandakan perlunya perawatan dan perlindungan diri. Kesedihan dapat mendorong kita untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
  • Setiap kali pikiran negatif membuat anda merasa cemas, carilah ruang tenang duduk atau berbaring dalam posisi yang nyaman dan berfokus pada bagaimana perasaan tubuh anda
  • Jika obrolan otak mencoba mengganggu, bersikaplah tegas dan katakan anda yang memegang kendali sekarang. Ingat: anda bukanlah pikiran anda. Pikiran anda tidak selalu merupakan cerminan dari kenyataan.
  • Seiring waktu, anda akan melihat bagaimana kekuatan anda untuk menangkis pikiran yang tidak diinginkan meningkat, dan bagaimana gagasan bahwa anda bukanlah pikiran anda menjadi sebuah kenyataan.
  • Fokuslah pada penerimaan diri. Butuh waktu untuk menguasai kebiasaan berpikir anda dan untuk sepenuhnya memahami bahwa anda bukanlah pikiran anda, jadi jangan terlalu keras pada diri sendiri, karena anda sering tidak melakukannya dengan benar 100 persen.

By:  Zefanya Norman Todoan