(Indonesia-English)

PRESS RELEASE 30 April 2019

Laki-laki Melangkah Bersama Perempuan untuk Kesetaraan Gender

Yayasan Pulih bekerja sama dengan Katadata dan Aliansi Laki-Laki Baru (ALB) dengan dukungan Investing in Women, sebuah inisiatif dari Pemerintah Australia yang mempromosikan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia, Filipina, Vietnam dan Myanmar, menyelenggarakan diskusi dengan tema The Missing Voice in the Gender Equality Conversation. Kegiatan ini merupakan bagian dari sesi pararel konferensi Katadata yang bertajuk “Mempercepat Ekonomi Indonesia Melalui Kesetaraan Gender”. Program ini bertujuan untuk mengadvokasi kesetaraan gender, mendorong keterlibatan laki-laki di Indonesia dalam peran domestik dan mendengarkan suara perempuan, memahami hambatan pemberdayaan ekonomi perempuan serta mengadvokasi bersama-sama terhadap akses dan kesempatan yang setara terutama dalam bidang ekonomi.

Para pembicara berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam pelibatan laki-laki terkait isu kesetaraan gender di tempat kerja, rumah dan masyarakat serta manfaat yang didapatkan. ”Perlu ada keterlibatan serta konfirmasi dari laki-laki dalam mengusung isu kesetaraan gender, agar tidak ada salah persepsi di masyarakat soal perempuan dan kesetaraan. Advokasi kesetaraan gender, jika dilakukan oleh perempuan saja, rentan terjadi miskonsepsi terhadap perempuan itu sendiri”, tegas Mariana Amiruddin, Komisioner Komnas Perempuan dan salah satu pendiri Aliansi Laki-Laki Baru (ALB).

ALB, merupakan aliansi yang lahir dari organisasi perempuan salah satunya Yayasan Pulih, yang memiliki tujuan untuk mempromosikan dan memperjuangkan nilai-nilai kesetaraan gender serta membangun paradigma baru tentang menjadi laki-laki.

“Pelibatan laki-laki dapat dimulai dengan mengajak mereka untuk menerapkan praktik-praktik baru yang lekat dengan kehidupan sehari-harinya. Intinya adalah menimbulkan perilaku yang terlihat jelas dan di scale up agar menjadi norma baru di masyarakat,” tambah Nur Hasyim, salah satu pendiri ALB, dalam penjelasannya mengenai salah satu cara melibatkan laki-laki di ruang domestik.

Penulis dan eksekutif periklanan Henry Manampiring sebagai salah satu pembicara juga mengatakan: “Kesetaraan adalah hal penting, terlepas dari gendernya. Laki-laki perlu terlibat dalam isu ini, tidak hanya dalam mindset namun terutama pada perubahan perilakunya. Kita juga perlu menekankan manfaat bagi laki-laki jika ia terlibat dalam peran-peran domestik.”

“Jika berbicara dari segi perusahaan, saat ini sebenarnya sudah banyak yang menerapkan kesetaraan gender. Semoga ada peraturan-peraturan pemerintah yang juga lebih peka terhadap isu kesetaraan ini, sehingga menjadi mandatori bagi sebuah perusahaan dalam membuat kebijakan yang ramah terhadap perempuan,” kata CEO Opal Communication, Kokok Dirgantoro yang juga menjadi narasumber diskusi.

Sesi ini menandai puncak dari Kampanye #KitaMulaiSekarang, yang dalam satu tahun melibatkan lebih dari 1,6 juta perempuan dan laki-laki milenium urban dengan pesan tentang menormalisasi peran laki-laki di rumah untuk membantu meringankan beban ganda keluarga dan tanggung jawab pekerjaan yang dihadapi sebagian besar perempuan. Peserta diskusi berasal dari berbagai kalangan termasuk perwakilan dari Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) yang turut menyuarakan suara kaum disabilitas laki-laki dan perempuan, serta Serikat Pekerja Nasional yang menyuarakan tentang permasalahan kesetaraan gender dalam konteks buruh.

“Kesetaraan gender tidak terlepas dari peran para laki-laki, perempuan, maupun gender lain yang ada. Saat ini sangat penting bagi kita untuk mendorong laki-laki mau terlibat dalam isu gender ini. Pak Henry dan Pak Kokok adalah segelintir contoh nyata, dan saya yakin masih banyak laki-laki di luar sana yang mau berperan serta dalam memperjuangkan isu kesetaraan gender,” kata Dian Indraswari, Direktur Eksekutif Yayasan Pulih.

 

Kontak media: Jane Pietra, Yayasan Pulih

E-mail: jane.pietra@gmail.com

 

———————————————————————————————————————-

(English)

 

Men Stepping Up Beside Women for Gender Equality

Advocates for gender equality on Tuesday, 30 April, urged Indonesian men to listen more to women, investigate barriers to women’s economic empowerment and stand up beside women in advocating for equal access to economic opportunities.

At a session during the Katadata Conference called “Accelerating the Indonesian Economy Through Gender Equality,” speakers shared best practices in engaging men in gender equality conversations in the workplace, at home and in the society. They also share the benefits for men in doing so.

“The gender equality conversation needs to involve men so that there is no misperception in society about women and equality. It would be useless if advocacy for gender equality was carried out by women only, as we also need to address misconceptions towards women,” said Mariana Amiruddin, chair of Komnas Perempuan and one of the co-founders of Aliansi Laki-Laki Baru (ALB).

ALB, an alliance of women organisations that engage with men in promoting gender equality and Yayasan Pulih, organised the session as partners of Investing in Women, an initiative of the Australian Government that promotes women’s economic empowerment in Indonesia, Philippines, Vietnam and Myanmar.

“If we want to involve men, it is necessary to start from inviting them to apply new practices that are related to their daily lives. The point is to create new behaviour that is visible and scale up to become a new norm in the community, added Nur Hasyim, one of the founders of ALB, in his explanation on way of involving men in domestic area.

Author and advertising executive Henry Manampiring said “I attach the importance of equality, if someone cannot achieve what they aspire to, regardless of their gender, it harms all parties. To invite men to be involved in this issue and to change behaviour, we should also emphasise the benefits for men if they are involved in domestic roles.”

“Actually, there are many companies who are currently already implementing gender equality. Hopefully there are government regulations that also more sensitive to this equality issue, so that it becomes mandatory for a company to establish policies that are supportive for women”, Opal Media CEO Kokok Dirgantoro said.

The session marks the culmination of the #KitaMulaiSekarang Campaign, which in one year engaged more than 1.6 million urban millennial women and men with messages on normalising the role of men at home to help ease the double burden of family and work responsibilities that most women face.

The participants of the session came from various backgrounds and included a representative from the Indonesian Disability Women Association (HWDI), who also spoke about the need to consider the voices of men and women with disabilities, as well as the National Workers’ Union who voiced the issue of gender equality in the context of workers.

“Gender equality is inseparable from men and women. It is very important for us to encourage men to be involved in this issue. Our speakers today are a few real examples of how men can contribute to gender equality and I’m sure there are many men out there who want to participate” said Dian Indraswari, Pulih Executive Director.

-END-

Media contact: Jane Pietra, Yayasan Pulih

E-mail: jane.pietra@gmail.com

Telepon: +62 816 774 822