Beberapa minggu terakhir ini, kekhawatiran akan penularan Covid-19 terus meningkat seiring dengan semakin banyak orang yang terinfeksi. Kondisi ini menyebabkan banyak orang menjadi cemas dan panik, terutama setelah ada keputusan untuk work from home. Tidak tanpa sebab, keputusan ini juga mengakibatkan munculnya desas desus bahwa Jakarta bahkan Indonesia akan lock down. Kondisi dan desas desus seperti ini menimbulkan semakin banyak orang semakin khawatir dengan keadaan ke depan. Sehingga, perilaku panic buying pun semakin meningkat. Tidak hanya cairan desinfektan yang diburu, tapi kali ini berbagai barang kebutuhan pokok juga diburu. Pada akhirnya, ketersediaan barang pangan mulai dari susu, pembersih lantai, hingga sereal dan makanan kaleng semakin menipis.

Panic buying adalah sebuah situasi ketika banyak orang tiba-tiba membeli sebanyak mungkin makanan, gas, dan barang-barang lainnya dikarenakan kekhawatiran akan sesuatu yang buruk yang mungkin saja terjadi. Kita juga mungkin pernah melihat bagaimana rak-rak di swalayan yang biasanya terisi penuh, sekarang menjadi kosong. Beberapa orang membeli banyak persediaan untuk diri mereka dan keluarga mereka ketika mereka memutuskan untuk melakukan self-isolation agar tidak kekurangan barang-barang yang dibutuhkan dan mereka tidak harus keluar dari rumah.

Baca juga: Move On

Tetapi video dan gambar yang menunjukkan rak-rak kosong di swalayan, antrian yang panjang, dan menipisnya persediaan masker justru membuat masalah baru, yaitu ketakutan. Tidak hanya itu, panic buying juga dapat membuat kita mengeluarkan terlalu banya uang, memengaruhi kondisi ekonomi kita, menambah hutang, hingga membuat kita semakin cemas akan kondisi keuangan kita. Stres karena keuangan justru akan memberikan efek negatif pada kesehatan fisik dan mental kita.

Sebenarnya, panic buying bukanlah persiapan. Ada beberapa cara lain yang dapat kamu lakukan untuk mempersiapkan diri jika memutuskan untuk melakukan self-isolation tanpa melakukan panic buying.

  • Mempersiapkan segala sesuatu untuk situasi yang sulit tergantung pada saat-saat buruk yang mungkin akan kamu hadapi. Situasi seperti gempa bumi, mati listrik, atau mungkin global pandemick adalah kondisi yang sebenarnya masih bisa membuat kita bertahan hidup. Kita perlu membuat rencana yang matang, persediaan, dan usaha. American Red Cross merekomendasikan setiap orang untuk memiliki persediaan makanan dan minuman untuk 2 minggu. Artinya, seharusnya kamu sudah memiliki barang-barang persediaan yang cukup.
  • Persiapkan obat-obatan yang cukup. Dibandingkan kamu harus pergi ke apotek dan bertemu dengan banyak orang yang sedang tidak sehat, akan lebih baik jika kamu sudah mempersiapkan obat-obatan yang diperlukan. Terutama jika kamu memiliki penyakit tertentu. Persediaan pertolongan pertama seperti band-aids dan antibiotik merupakan barang-barang yang sangat penting harus dimiliki.
  • Jika kamu mulai merasa panik dan merasa harus membeli banyak persediaan, hal yang bisa kamu lakukan adalah menyamakan perilaku membelimu dengan aktifitas berbelanja yang normal sebelum adanya pandemik. Tenanglah terlebih dahulu dan cerna setiap informasi yang kamu dapatkan. Akan lebih baik jika kamu membeli barang-barang yang biasanya kamu beli dan barang yang memang kamu gunakan di saat-saat seperti ini.

Baca juga: Self Love atau Narsistik?

by: F. Nadia & Jane L.Pietra

Referensi:

www.dictionary.cambridge.org/dictionary/english/panic-buying

www.psychologytoday.com/us/blog/why-bad-looks-good/202003/coronavirus-is-coming-prepare-pandemic-without-panic

www.psychologytoday.com/us/blog/the-science-behind-behavior/202003/how-panic-buying-affects-our-personal-finances

www.reason.com/2020/03/18/panic-buying-isnt-prepping-for-covid-19/