Self-isolation dan work from home (WFH)  yang saat ini sedang dilakukan karena penyebaran virus Covid 19 yang semakin meluas membuat psikolog di Amerika memberikan peringatan pada pasangan-pasangan disana karena hal tersebut dapat memengaruhi hubungan mereka. Mungkin beberapa pasangan akan memutuskan hubungan mereka, dan tanpa mengambil langkah untuk menyelamatkan hubungan tersebut. Di Xi’an, ibukota provinsi Shaanxi, jumlah permintaan untuk bercerai mencapai jumlah yang tidak terbayangkan sebelumnya. Lonjakan permintaan cerai merupakan salah satu akibat dari pandemi yang menyebabkan pasangan untuk terus menerus berada di rumah  dan hal tersebut membuat konflik dalam rumah tangga semakin besar.

Lalu bagaimana self-isolation dan karantina mempengaruhi sebuah hubungan? Seorang psikolog, David Cates, mengatakan bahwa karantina dan self-isolation dapat menyebabkan stres dan memiliki efek psikologis termasuk rasa marah, bingung, dan pada beberapa kasus terdapat tanda-tanda post-traumatic stress. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan stres selama masa self-isolation termasuk durasi kita melakukan self-isolation, ketakutan akan terinfeksi, persediaan yang tidak memadai, kurangnya informasi, dan berkurangnya keuangan.

Selalu bersama di ruang gerak yang terbatas, dalam kurun waktu yang lama, serta dibawah kondisi stres dapat memperkuat dinamika positif dan negatif dalam sebuah hubungan. Hubungan dengan fondasi yang kuat akan bertahan, bahkan berkembang. Tetapi hubungan dengan kemampuan negoisasi yang lemah, komunikasi yang buruk dan kurang memberikan apresiasi cenderung terikat di dalam stres. Hal inilah yang kemudian dapat meningkatkan risiko-risiko terjadinya konflik serta kekerasan dalam rumah tangga yang lebih besar dibanding biasanya.

Baca juga: Tips untuk Orang Tua yang Bekerja dari Rumah dan Memiliki Anak

Berikut adalah beberapa hal yang dapat kamu lalukan untuk menjaga hubungan dengan pasangan dan seluruh orang di rumahmu tetap sehat dimasa sulit seperti ini:

Tidak berasumsi. Terkadang kita merasa orang lain memiliki perasaan atau pikiran yang sama dengan kita. Membuat asumsi seperti ini dapat membangun perspektif tertentu terhadap orang lain yang dapat berujung pada rasa marah yang besar. Terutama ketika kita tidak mengkonfirmasi mengenai perasaan ataupun pikiran orang lain. Konflik juga bisa semakin besar ketika masing-masing pihak saling membuat asumsi satu dengan yang lain. Biasakan untuk membangun komunikasi secara terbuka untuk memperjelas persepsi kita terhadap orang lain untuk menghindari membaca pikiran orag lain dan menyusun asumsi yang tidak beralasan.

Tetap berkomunikasi. Dengan banyaknya hal yang terjadi dan tekanan yang tinggi, akan sulit untuk tetap melakukan dialog terbuka, terutama jika kamu merasa takut atau kesal. Meningginya perasaan cemas dapat membuat reaksi emosi negatif yang kuat, seperti marah atau frustasi. Ketika kamu merasakan emosi-emosi tersebut, cobalah untuk memperhatikan responmu. Jika kamu memiliki kesulitan dengan kecemasan dan bagaimana kami merespon sesuatu, hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah komunikasi. Berikan dirimu sendiri waktu atau beritahu orang-orang yang kamu cintai tentang kesulitan yang kamu alami. Jika kamu merasa frustasi atau stres, coba gunakan statmen ‘aku’ untuk memberitahukan perasaanmu, contohnya ‘aku merasa sedih’. Kalimat ‘aku merasa…’ sangat berbeda dengan ‘ketika kamu melakukan X, aku merasa X’ atau ‘kamu membuatku merasa…’. Akan sangat mudah perkataan tersebut menjadi permainan saling menyalahi dan hal tersebut tidak akan membantu siapapun.

Baca juga: Bagaimana Agar Tidak Panic Buying

Saling Mengharagi. Sesuatu hal dari pasanganmu yang kamu anggap menyebalkan bisa menjadi sesuatu yang berguna dalam krisis atau mereka mungkin saja mengejutkanmu dengan seberapa baik mereka menangani sebuah permasalahan. Saling apresiasi dan beritahu mereka seberapa besar kamu menghargai hal-hal yang sudah dilakukannya selama ini.

Kendalikan Emosi Negatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan dalam situasi krisis akan membuat setiap orang yang berada dalam satu rumah merasakan stres yang lebih besar dibanding sebelumnya. Dengan adanya tekanan, maka konflik juga semakin mungkin terjadi. Pertengkaran ataupun argumentasi yang dapat memperburuk situasi rumah juga menjadi perlu diwaspadai. Kuncinya adalah mengendalikan emosi negatif. Tetap saling menjaga dan belajar untuk saling menjaga perasaan satu sama lain dan belajarlah untuk menenangkan diri sebelum mulai mengungkapkan pendapat.

Saling Berbagi. Masih ingatkan kamu, ketika mengucapkan janji pernikahan di depan pasanganmu? Saling berbagi dalam suka maupun duka. Ingatlah kembali hal ini, ketika kamu mulai merasa kesal dengan pasangamu karena harus terus menerus berada di rumah. Saling berbagi tempat kerja yang nyaman dan saling berbagi pekerjaan rumah tangga untuk dilakukan berdua, tentunya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan romantisme kalian. Seling berbagi tugas pengasuhan juga penting, karena anak-anak terutama usia sekolah saat ini juga melakukan school from home yang memiliki beban yang juga berat. Ajaklah seluruh anggota keluarga untuk dapat berbagi peran dan tempat agar lingkungan rumah juga semakin sehat serta harmonis.

Baca juga: Laki-laki dalam Peran Domestik: Apa Untungnya?

Jalin SilaturahmiJika kamu tidak tinggal di tempat atau rumah yang sama, kalian harus lebih kreatif untuk tetap menjalin komunikasi serta silarurahmi. Sebagai contoh, kalian bisa mengatur date night melalui video call dimana kalian berdua sama-sama makan malam dan saling mengobrol. Menghubungi sanak keluarga di lokasi yang berbeda ataupun teman-teman kalian juga menjadi salah satu cara untuk menjaga hubungan kalian tetap baik.

Komitmen untuk menyelesaikan masalah. Jika kalian sudah memiliki masalah dalam hubungan, kalian harus paham jika berada di dalam satu rumah yang sama dapat membuat masalah tersebut muncul ke permukaan atau bahkan semakin memperburuk keadaan hubungan kalian. Kamu mungkin harus berpikir untuk melakukan konseling hubungan melalui video atau webcam untuk membantumu mengatasi masalah-masalah tersebut.

by: Fairuz Nadia & Jane L. Pietra

 

Referensi:

https://www.newsweek.com/coronavirus-lockdown-partner-divorce-1492780

https://www.independent.co.uk/life-style/love-sex/coronavirus-tips-self-isolation-family-partner-argument-a9411851.html

https://www.walesonline.co.uk/news/uk-news/how-help-your-relationship-through-17953101