Menurut Puspitasari (2019) isu yang sangat krusial di Amerika Serikat adalah catcalling karena belum ada hukum atau undang-undang yang menjelaskan dengan detail perihal isu ini. Apa sih sebenarnya catcalling itu? Chhun dalam Hidayat & Setyanto (2020) mendeskripsikan catcalling sebagai penggunaan kata-kata yang tidak senonoh, ekspresi verbal dan non-non-verbal yang terjadi di tempat publik seperti; jalan raya, trotoar, dan halte bus. Secara verbal catcalling biasanya dilakukan dengan siulan juga komentar mengenai penampilan dari seorang individu lebih tepatnya perempuan. Ekspresi non-verbal termasuk lirikan atau gerak fisik yang memberikan penilaian terhadap penampilan seorang perempuan. 65% perempuan pernah mengalaminya, sementara 57% mengalami pelecehan verbal (siulan, panggilan tidak senonoh) dan 41% mengalami pelecehan di jalan disertai sentuhan tanpa izin dari korban dapat disimpulkan bahwa perempuan dan kaum minoritas masih tidak mendapatkan keadilan bahkan di negara yang dianggap “progresif” seperti Amerika Serikat. Fenomena ini juga cukup banyak terjadi di Indonesia, namun masih sering dianggap sebagai hal yang biasa, sehingga belum terdata secara baik.

Puspitasari (2019) juga menjelaskan bahwa pelaku catcalling sering kali dilakukan oleh laki-laki yang tidak dikenal kepada perempuan yang berjalan sendirian. Banyak orang berasumsi bahwa terjadinya catcalling disebabkan oleh pakaian. Namun, pakaian bukanlah alasan terjadinya catcalling, sebab banyak juga korban catcalling yang menggunakan pakaian tertutup masih tetap menjadi korban. Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa wajar jika laki-laki menggoda perempuan justru merupakan salah satu hal yang menyebabkan catcalling tidak pernah hilang. Hal ini tentunya juga tidak terlepas dari implikasi ketidaksetaraan gender yang menempatkan perempuan sebagai subordinat dari laki-laki. Sehingga seolah laki-laki “berhak” melakukan apa saja kepada perempuan.

Baca juga: Mengenali Kekerasan Seksual

Dampak psikologis yang akan terjadi kepada korban bisa bermacam-macam yaitu merasa risih, takut, tidak nyaman, marah, dan juga bisa merasa tidak dihargai (Pratama, 2020). Dampak yang lebih parah terhadap catcalling dari sebuah hasil penelitian yang dilakukan di Norwegia adalah depresi, kecemasan, rendah diri dan citra negatif terhadap tubuh (Magdalene.co, 2017).

Nah bagaimana sih kita bisa menghindari atau melawan pelaku catcalling? Dilansir dari magdalene.co ada 5 cara untuk melakukannya..

  1. Berhenti dan menatap mereka dengan berani. Kita harus beranikan diri dan tidak perlu merasa takut terhadap mereka. Jika terjadi pada siang hari jangan menunduk ketika kamu berhadapan dengan mereka, berhenti di tempat kamu diteriaki dan tengok ke arah mereka dan katakan “Stop!”. Pada saat kamu melakukan ini kamu akan merasa puas melihat ekspresi mereka yang bersiul seolah tidak melakukan apa-apa, dan cara ini pun cukup membuat nyali mereka ciut karena mereka tidak akan menyangka bahwa kamu akan melakukan hal itu.
  2. Percaya diri dan selalu pastikan kamu aman. Kemungkinan besar kamu tidak bisa melawan mereka secara frontal karena jumlah mereka biasanya lebih banyak. Hal yang paling penting untuk kita lakukan adalah melawan secara aman seperti memberikan tanda pada mereka bahwa kamu tidak suka dan jangan coba main-main dengan itu. Karena salah satu bentuk pelecehan seksual dengan catcall, mereka merasa memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan untuk dengan bebas memanggil perempuan asing dan menertawakannya.
  3. Beranikan diri untuk melapor atau meminta tolong. Laki-laki sering melakukan catcalling ketika berkelompok, karena mereka merasa aman untuk mengganggu perempuan yang melewati pandangan mereka. Laki-laki yang sedang berkumpul mempunyai kemungkinan besar untuk menggoda, menertawakan perempuan yang ekspresi wajahnya sedang kesal ataupun sombong saat mereka melakukan catcalling. Jika kamu memiliki kesempatan untuk menghindari kumpulan laki-laki itu dan mencari jalan alternatif lain, ini bisa menjadi salah satu alternatif. Namun, akan lebih baik jika kamu juga mulai berani melaporkan kepada petugas (satpam dan polisi) yang terdekat atau meminta bantuan kepada orang sekitar jika kamu memang merasa takut.
  4. Jalan terus dan tinggalkan. Catcall biasa dilakukan oleh laki-laki lebih dari dua orang maka mereka akan melakukan cara untuk membuat kamu kesal. Contohnya jika ada seseorang yang berhijab lewat dan mereka akan bersahut “Assalamualaikum..” dan jika perempuan itu tidak menjawab maka akan diteriaki sombong dan ditertawakan tetapi jika dijawab pun mereka akan bersamaan bilang “Alhamdulillah..” lalu ditertawakan juga. Pada situasi ini jika kamu ingin menjawab, jawablah dengan kata yang singkat dan sekenanya tanpa memandang mereka sedikit pun, atau kamu juga bisa pura-pura angkat telepon dan sibuk berbicara di telepon. Jika kamu terlihat kesal tentunya pelaku akan merasa sangat senang. Namun jika kamu tidak menghiraukannya maka kamu sebetulnya sudah “menang” melawan para pelaku catcall.
  5. Coba hindari menggunakan perhiasan yang mencolok. Jika yang kamu takutkan catcalling yang berakhir perampokan maka coba untuk menyimpan perhiasan mu di dalam tas. Dengan cara seperti ini akan membuatmu lebih percaya diri melewati keadaan yang tidak menyenangkan.

Nah sekarang kita tahu kan bahwa catcalling itu sebenarnya salah banget, jadi berhati-hati terus yaa teman-teman.

Baca juga: Gunung Es Kekerasan Seksual

by: Nanda Novira

Referensi:

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3217915/catcalling-pelecehan-seksual-yang-bisa-picu-depresi

http://digilib.unila.ac.id/61291/

https://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/view/6487/4832

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/10399/

https://magdalene.co/story/5-cara-hadapi-catcall