Menurut kompas.com (2020) situasi pandemi Covid-19 tentu bukan situasi yang menyenangkan untuk semua manusia, situasi ini cenderung memberikan dampak negatif seperti menurunkan kesejahteraan hidup manusia, karena pandemi Covid-19 sudah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia mulai dari spiritual, sosial, finansial, keluarga, bahkan aspek mental dan emosional. Terlebih untuk perempuan, dalam penelitian yang dilakukan Pragholapati (2020) menunjukan bahwa perempuan lebih rentan mengalami kecemasan dibandingkan laki-laki. Sebelum terjadinya pandemi perempuan rentan terkena gangguan psikologis seperti hasil penelitian di atas dan sekarang di tengah pandemi dimana ekonomi buruk, lingkungan sosial buruk, komunikasi dibatasi, dan sedang menerapkan social distancing, membuat psikologis perempuan jauh lebih buruk daripada sebelumnya. Selain itu kerentanan perempuan salah satunya disebabkan adanya norma gender yang masih belum setara, bagi perempuan yang berkeluarga mereka di “harus” kan belajar untuk multitasking menjadi ibu rumah tangga dan ikut membantu menopang ekonomi keluarga, ditambah lagi adanya ancaman KDRT dari pasangan. Selain karena masih adanya ketimpangan relasi kuasa, KDRT terjadi juga karena norma gender yang mengharuskan laki-laki menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah utama. Dilansir oleh BBC News bahwa laki-laki lebih banyak terdampak pemutusan hubungan kerja dibandingkan perempuan karena melihat statistik menunjukkan angka partisipasi kerja laki-laki di sektor industri yang kaitannya sangat erat dengan siklus ekonomi, seperti konstruksi dan manufaktur lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Baca juga: Mengapa Penting Mencintai Diri Sendiri?

Dengan berbagai kerentanan yang ada pada perempuan maka penting bagi perempuan untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dukungan ini tentunya akan sangat membantu perempuan untuk memiliki resiliensi yang baik. Menurut Pragholapati (2020) resiliensi adalah kemampuan manusia untuk cepat pulih dari perubahan, sakit, kemalangan, atau kesulitan. Menurut Grotberg dalam Hendriani (2018) terdapat 3 sumber resiliensi individu, yaitu; I Have, I am dan I Can. Ketiga sumber ini saling berinteraksi dan menentukan bagaimana resiliensi individu nantinya. Apa maksud dari masing-masing sumber ini;

  1. I have merupakan sumber resiliensi yang diperoleh dari sekitar, seperti yang dipersepsikan atau dimaknai oleh individu. Individu yang memiliki kepercayaan yang rendah terhadap lingkungannya akan memiliki lebih sedikit jaringan sosial dan individu seperti ini menganggap bahwa lingkungan sosial memberikan dukungan yang sedikit untuk individu tersebut, dan I have sendiri mempunyai kualitas yang menentukan pembentukan resiliensi, yaitu;
  • Hubungan yang dilandasi oleh rasa percaya (trust)
  • Struktur yang ada di dalam keluarga atau lingkungan rumah
  • Model-model peranan
  • Dorongan seseorang untuk mandiri (otonomi)
  • Akses yang baik terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, pendidikan, keamanan, dan kesejahteraan
  1. I am merupakan sumber resiliensi yang berhubungan dengan kekuatan pribadi dalam diri individu, mencakup perasaan, sikap dan keyakinan pribadi. Beberapa kualitas pribadi yang memengaruhi I am untuk membentuk resiliensi dibagi menjadi 5 yaitu;
  • Penilaian individu bahwa individu itu sendiri memperoleh kasih sayang dan digemari oleh orang banyak.
  • Mempunyai rasa empati, kepedulian yang tinggi dan mempunyai rasa cinta terhadap orang lain.
  • Mampu merasa bangga dengan diri sendiri
  • Memiliki tanggung jawab kepada diri sendiri dan bisa menerima konsekuensi terhadap segala tindakannya
  • Optimis, percaya diri, dan mempunyai harapan yang tinggi terhadap masa depan.
  1. I Can merupakan sumber resiliensi yang berhubungan dengan usaha yang dilakukan oleh individu untuk memecahkan masalah menuju keberhasilan dengan kekuatan diri sendiri. I can menjelaskan penilaian atas kemampuan diri yang meliputi kemampuan penyelesaian masalah, keterampilan sosial dan interpersonal. Sumber resiliensi ini terdiri dari;
  • Kemampuan berkomunikasi
  • Pemecahan masalah
  • Kemampuan pengelolaan perasaan, emosi, dan impuls
  • Kemampuan mengukur temperamen diri sendiri dan juga orang lain
  • Kemampuan menjalin hubungan yang penuh rasa percaya.

Baca juga: Mengenal Relationship Red Flag

Jadi perempuan yang mendapatkan dukungan yang baik dari suami, keluarga, dan lingkungan akan mempunyai resiliensi yang tinggi tetapi jika perempuan tidak mendapatkan dukungan itu maka perempuan akan merasa dirinya tidak dihargai, tidak ada rasa percaya, dan akan terkena gangguan psikologis seperti depresi dan lainnya.

by: Nanda Novira

Referensi

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/05/194911420/menjadi-pribadi-yang-resilien-di-tengah-pandemik-covid-19?page=all

https://edarxiv.org/895ed/

https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=P8NoDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=resiliensi+psikologis&ots=hsT-uioEXW&sig=h_80liHKaca1JXEsuaqRFqtpnyQ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

https://drive.google.com/file/d/18fePLROxYEoNbDuFvH9IEshykn_y9RpT/view

https://www.academia.edu/download/63305204/RESILIENSI_PADA_KONDISI_WABAH_COVID20200514-31117-1la9zwl.pdf

https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-52266162