Apakah kalian pernah merasa tidak aman, tidak nyaman, tertekan, dan stres berada di rumah kalian sendiri? Atau apakah kalian merasa tidak aman berada di rumah karena sering bertengkar dengan orangtua, orangtua tidak pernah mendukung apa yang kalian inginkan, dan orangtua pun tidak hadir secara emosional di dalam keluarga? Ya, situasi yang demikian merupakan gambaran relasi keluarga yang toxic.
Relasi yang toxic, atau toxic family adalah sikap yang “beracun” dari anggota keluarga atau kerabat lain yang bisa menyakiti baik secara fisik maupun mental. Lalu, apakah ada dampak dari toxic family? Ya, toxic family menghambat perkembangan anak dengan mengajarkan hal yang tidak patut dilakukan, dan bisa merusak kemampuan anak untuk membentuk hubungan yang baik dengan keluarga, teman, dan pasangan. Toxic family menimbulkan kecemasan dan perasaan yang tertekan, tetapi banyak anggota keluarga terutama anak, ia merasa tidak bisa berbuat apa-apa.
Umumnya dalam suatu hubungan keluarga, situasi yang tidak baik berasal dari permasalahan komunikasi dan penerapan batasan-batasan yang tidak jelas. Hal ini dapat terlihat dari pola perilaku anggota keluarga yang terlibat. Menurut Science of People keluarga “toxic” terlihat suka mengatur hidup orang lain, suka mengutamakan dirinya atau menunjukkan sikap yang narsis (selalu memandang semua hal sebagai negatif dan membuat situasi menjadi pesimis atau berantakan), senang memulai drama dan mencari kesalahan dari seseorang atau sesuatu (mudah cemburu dan suka menghakimi), senang memanipulasi atau berbohong, mengabaikan perasaan dan pandangan orang lain dan juga selalu merasa paling benar.
Baca juga: Kenali Kekerasan Emosional Pada Anak
Berikut beberapa gambaran keluarga yang “toxic”:
- Cenderung mengeluarkan reaksi yang berlebihan terhadap situasi dan senang membuat keributan. Ini adalah salah satu ciri jika kalian mempunyai keluarga yang toxic. Salah satu anggota keluarga kalian yang suka membesar-besarkan masalah yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan.
- Jika ada konflik, sering menggunakan blackmail secara emosi. Seperti jika anggota keluarga kalian mengancam dengan menggunakan apa yang membuat emosi kalian “tersentuh”
- Jika anggota keluarga kalian menuntut sesuatu yang tidak masuk akal dan juga bersikap tidak masuk akal
- Jika anggota keluarga kalian mencoba untuk selalu mengendalikan hidup kalian, seperti melarang kalian untuk melakukan hal yang tidak kalian suka atau “do it my way or not at all”
- Cenderung suka membanding-bandingkan kalian dengan orang lain juga mengkritik kalian
- Cenderung tidak mendengarkan apa yang kalian rasakan atau katakan
- Jika anggota keluarga kalian mencoba untuk memanipulasi kalian dengan menggunakan rasa bersalah yang kalian rasakan
- Tidak menghormati batasan fisik dan emosional kalian
- Tidak pernah meminta maaf pada kalian
- Selalu atau cenderung mengabaikan perasaan dan kebutuhan kalian
Baca juga: Anak Kecanduan Game, Bagaimana Mengatasinya?
Apa yang dapat dilakukan jika kita berada dalam keluarga yang “toxic”? Beberapa cara yang bisa dilakukan agar tidak terjebak di dalam keluarga yang toxic, antara lain:
- Bersikap Tegas: Kalian harus bisa mengatakan ketidaknyamanan kamu dengan hal itu
- Mencoba untuk Menerima: Jika kalian sudah mencoba untuk mengkomunikasikannya dan tidak berhasil maka biarkan saja mereka berkata apa, karena tidak semua hal bisa kalian kontrol.
- Membuat Batasan: Buatlah batasan antara kamu dengan anggota keluarga yang “toxic”
- Meditasi: Cobalah untuk mencari ketenangan dalam diri kalian dan coba untuk lupakan masalah itu sejenak.
- Hubungi Tenaga Profesional: Jika kalian sudah merasa tidak bisa menahan apa yang kalian rasakan coba hubungi tenaga profesional.
Mengatasi situasi dimana kita terjebak dalam situasi keluarga yang toxic berawal dari diri sendiri dengan mengelola perasaan dan sikap. Walaupun keluarga tidak berubah, tetapi kita sendiri bisa berubah agar tidak turut terjebak menjadi salah satu orang yang turut membangun relasi yang toxic. Memaafkan mereka terkadang diperlukan, atau mencoba untuk berkomunikasi dengan keluarga.
Beberapa hal yang harus kamu ketahui tentang keluarga yang “toxic” adalah:
- Keluarga tidak perlu berubah, agar kalian bisa sembuh.
- Memotong atau tidak berhubungan lagi dengan keluarga juga tidak bisa menyembuhkannya.
- Kamu adalah pribadi yang berbeda dari keluargamu
- Kalian tidak perlu menyukai keluarga, tetapi kalian akan tetap terikat dan mencintai mereka.
- Kekerasan yang keluarga lakukan dapat memicu rasa marah kamu, jadi kalian harus menetapkan batasan.
- Kalian tidak bisa mengubah atau menyelamatkan keluarga kalian.
- Membenci orang lain dapat mengganggu kalian untuk mencintai diri sendiri.
- Rasa marah dan dendam dapat melukai kalian.[]
By: Nanda Novira
Referensi
https://tirto.id/toxic-family-ketika-sikap-anggota-keluarga-terasa-mencekik-djWL
Post Instagram @iamokay.id dengan judul ketika keluarga bukan sumber rasa aman selama self-quarantine
https://www.happifyourworld.com/mylife/toxic-family-pasrah-atau-hadapi-776html
https://www.scienceofpeople.com/toxic-people/
0 Comments
Leave A Comment