Sering kali kita merasa kesulitan untuk memiliki personal boundaries atau batasan pribadi yang kita buat untuk diri kita sendiri. Padahal menetapkan batasan adalah bagian penting dari pembentukan identitas diri seseorang dan merupakan aspek penting dari well-being dan kesehatan mental kita. Berdasarkan Parkview Student Assistance Program (IPFW), boundary adalah batas atau ruang antara diri kita dengan orang lain. Tujuan dari menetapkan batasan adalah untuk melindungi dan menjaga diri kita baik-baik. Personal boundaries mungkin sulit dilakukan karena beberapa hal, diantaranya:

  1. Kita selalu mengutamakan kebutuhan dan perasaan orang lain
  2. Kita tidak mengenal diri kita sendiri
  3. Kita merasa tidak memiliki hak
  4. Kita percaya kalau menetapkan batasan akan merusak hubungan
  5. Kita tidak pernah belajar untuk memiliki batasan yang sehat

Baca juga: Mengenal Self Control

Tetapi pada kenyataannya, menetapkan batasan pribadi adalah kunci untuk memastikan masing-masing individu dalam sebuah hubungan sama-sama saling menghargai, mendukung dan peduli. Batasan-batasan tersebut juga bisa menjadi tolak ukur self-esteem seseorang karena mereka menetapkan batas untuk apa saja perilaku-perilaku orang lain yang dapat diterima, menentukan apakah mereka merasa dapat menjatuhkanmu, mengolok olok mu, atau memanfaatkan kebaikan dirimu. Ada beberapa bentuk personal boundaries, yaitu:

  • Material boundaries menentukan apa yang diri kita perbolehkan untuk memberi atau pinjamkan ke orang lain, seperti uang, mobil, pakaian, buku, makanan, dsb.
  • Physical boundaries berkaitan dengan ruang pribadi, privasi, dan tubuh kita. Contohnya, kepada siapa dan kapan kita memutuskan untuk bersalaman atau berpelukan; bagaimana kita merasa ketika orang lain memutar musik yang keras, atau ketika seseorang mengirimkan atau meminta foto bugil kepada kita
  • Mental boundaries berlaku untuk pikiran, nilai, dan pendapat kita. Kamu bisa menilai batasan dirimu dengan menjawab pertanyaan berikut: “Apakah kamu mudah terombang-ambing?”; “Apakah kamu mengetahui betul yang kamu percayai dan dapatkah kamu mempertahankan pendapatmu?”; “Dapatkah kamu mendengarkan pendapat seseorang dengan pikiran terbuka tanpa berubah menjadi kaku?”. Jika kamu menjadi sangat emosional, argumentatif, atau defensif, kamu mungkin memiliki mental boundaries yang lemah
  • Emotional boundaries membedakan pemisahan emosi dan tanggung jawab kita dari orang lain, seperti garis bayangan yang memisahkan kita dengan orang lain. Batasan yang sehat mencegah kita untuk memberikan nasihat, menyalahkan orang lain atau menerima disalahkan. Batasan ini juga menjaga kita dari perasaan bersalah atas perasaan negatif atau masalah orang lain dan menjaga kita dari pendapat personal orang lain terhadap kita. Batasan emosi yang sehat membutuhkan batasan internal yang jelas, mengetahui perasaan kita sendiri dan tanggung jawab kita kepada diri kita dan orang lain.
  • Sexual boundaries menjaga tingkat kenyamanan kita terhadap sentuhan dan aktifitas seksual (apa, dimana, kapan, dan dengan siapa).
  • Spiritual boundaries berhubungan dengan kepercayaan kita dan pengalaman kita terkoneksi dengan Tuhan atau dengan yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi.

Baca juga: Mengapa Penting Mencintai Diri Sendiri

Boundaries atau batasan sebetulnya didapat melalui pengajaran. Jika saat kanak-kanak kita tidak dihargai sebagai seorang anak, maka kamu tidak belajar kalau kamu memiliki batasan. Segala bentuk pelecehan melanggar batasan pribadi kita, termasuk digoda oleh orang tua atau anggota keluarga lain. Salah satu contohnya: kakakmu mengabaikan permintaan mu untuk berhenti menggelitikimu sampai kamu kesulitan bernapas, hal tersebut dapat membuat diri kita merasa tidak memiliki kekuatan dan merasa kita tidak memiliki hak untuk mengatakan “stop” ketika kita merasa tidak nyaman. Pada kasus lainnya, pelanggaran batasan pribadi dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab.

Meskipun batasan-batasan pribadi didapat melalui pengajaran sewaktu kita kanak-kanak, dan tidak semua orang mendapatkan pengajaran tersebut, tetapi tidak ada kata terlambat untuk menetapkan batasan-batasan tersebut. Kita pun bisa belajar untuk memiliki dan menetapkan batasan untuk diri kita. Metode “Five thing (5 hal)” bisa menjadi cara untuk membantu kita menetapkan batasan pribadi:

  • Buat daftar 5 hal yang kamu inginkan dari orang lain untuk berhenti melakukan hal tersebut di sekitarmu. Contohnya: mengkritik orang lain secara berlebihan
  • Buat daftar 5 hal yang kamu inginkan dari orang lain untuk berhenti melakukan hal tersebut kepadamu. Contohnya: bersikap kasar, tidak pengertian, atau mengabaikanmu
  • Buat daftar 5 hal atau perkataan yang tidak boleh lagi orang lain katakan kepadamu. Contohnya: kamu selalu menyerah; atau kamu tidak akan pernah mendapatkan promosi.

Pikirkan juga tentang batasan pribadi yang kamu miliki saat ini dan tanyakan pada dirimu:

  • Seberapa besar perhatian yang orang lain harapkan dari dirimu dan pada saat ini juga?
  • Apakah kamu selalu membuat dirimu “ada”? Misalnya, kamu selalu mengangkat telepon tanpa peduli apa yang sedang terjadi atau apakah kamu sedang sibuk
  • Seberapa banyak pujian dan penerimaan yang kamu terima?
  • Mengapa kamu popular di pertemananmu?
  • Apa yang kamu rasakan setelah menghabiskan waktu bersama dengan masing-masing teman atau anggota keluargamu?

Seiring berjalannya waktu, batasan-batasan pribadi kita mungkin perlu diperbarui, seperti seberapa banyak waktu yang bisa kita berikan kepada orang lain setelah kita memiliki hubungan atau pacar baru, atau setelah kita memiliki anak. Ingatlah pentingnya mengatakan “tidak” untuk permintaan yang tidak masuk akal; permintaan yang mungkin masuk akal tapi terjadi terus menerus; atau ketika permintaan tersebut bentrok dengan rencanamu. Tantangannya, banyak orang yang menerima penolakan tersebut dengan memberikan penghinaan yang ditutupi dengan humor.

Mengartikan ulang batas-batas pribadi berarti kamu menukar kepercayaan “saya ingin menyenangkan semua orang” menjadi “saya menghargai waktu saya dan saya mau menyimpannya untuk diri saya sendiri”. Ketika kamu memperluas batasan pribadi dirimu, jangan lupa untuk menyesuaikannya juga dengan perilakumu supaya kamu tidak diinjak-injak oleh orang lain.

Baca juga: Apa itu Self Doubt?

By: Fairuz Nadia

 

Ed: JLP

Referensi:

https://positivepsychology.com/great-self-care-setting-healthy-boundaries/

https://psychcentral.com/lib/what-are-personal-boundaries-how-do-i-get-some/

https://psychcentral.com/lib/the-importance-of-personal-boundaries/