Di Banyuwangi, belum lama ini terjadi kasus bunuh diri yang dilakukan seorang laki-laki yang telah berkeluarga. Ia merasa putus asa karena adanya pandemi membuat perekonomiannya semakin terpuruk. Hal serupa juga terjadi di Surabaya, seorang laki-laki memilih mengakhiri hidupnya karena ia merasa putus asa dengan penyakit yang dideritanya tidak juga kunjung sembuh. Contoh kasus di atas mungkin berkata lain bila telah terbangun iklim yang ramah atas persoalan kesehatan mental, tidak judgemental, dan menyimpulkan sebagai orang yang lemah atau kurang iman. Dapat dibayangkan bila orang-orang yang memiliki persoalan kesehatan mental mendapat dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, terutama dari orang terdekat seperti keluarga, hal itu tentu sangat membantu.

Isu kesehatan mental masih menjadi salah satu perhatian, terlebih karena masih kurangnya edukasi yang ada di masyarakat mengenai kesehatan mental dan membuat para seseorang yang mengalami gangguan ini merasa tidak adanya dukungan maupun perhatian dari lingkungan. Manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan peran orang lain baik secara langsung ataupun tidak. Menurut Gottlieb, social support atau dukungan sosial adalah informasi baik verbal maupun non verbal, saran, atau bantuan yang diberikan oleh orang terdekat yang dapat berpengaruh pada emosional dan tingkah laku penerimanya. Hal ini dapat membuat seseorang merasa diperhatikan dan dicintai. Ketika ia merasda didukung oleh lingkungannya, maka ia akan merasa lebih mudah menghadapi kehidupannya.

Dukungan sosial bukan hanya soal memberikan bantuan, hal paling penting lainnya ialah persepsi bagi seseorang yang menerima bantuan tersebut. Lalu siapakah orang yang paling pantas mendapatkan dukungan? Laki-laki, perempuan, atau lainnya (orang yang tidak mau mendefinisikan identitas gendernya)? Dalam hal ini, siapapun berhak untuk mendapatkan dukungan dari orang di sekitar. Namun karena adanya anggapan masyarakat bahwa laki-laki adalah orang yang kuat dan tangguh, maka banyak dari laki-laki yang merasa gengsi kalau dirinya dibantu atau meminta bantuan orang lain.

Sebagian laki-laki sebenarnya berupaya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sendiri dan mengabaikan bantuan ataupun enggan meminta bantuan dari pihak lain. Seperti yang terjadi pada salah satu laki-laki berikut, ia adalah laki-laki yang sudah bekerja di salah satu perusahaan. Saat ini ia sedang memiliki masalah terkait hubungan asmaranya. Belakangan ia merasa sangat down sehingga cenderung melakukan self harm. Hal itu ia lakukan karena dirinya gengsi untuk bercerita kepada teman-temannya terkait keadaannya saat ini. Apalagi teman-temannya menganggap masalah asmara buat laki-laki adalah hal sepele. Selain itu ia pun dituntut untuk terlihat ”sempurna” di depan orang-orang di lingkungan pekerjaannya. Ia harus menyembunyikan “luka” yang ia punya demi memenuhi tuntutan tersebut dibanding untuk meminta bantuan. Dari cerita tersebut terlihat bahwa masih banyak individu yang akhirnya memilih untuk menyembunyikan perasaannya dibanding untuk meminta bantuan orang terdekatnya.

Mengapa dukungan sosial sangat penting? Serta bagaimana bentuk dukungan sosial tersebut? Dukungan sosial sangat penting karena dapat membantu individu yang memiliki masalah merasa diperhatikan oleh lingkungannya, serta mengurangi adanya bentuk pengalihan masalah yang salah (melakukan tindak kejahatan, self harm). Menurut Cohen dan Hoberman, dukungan sosial terbagi dalam 4 bentuk yaitu:

  1. Appraisal Support. Nasihat terkait suatu pemecahan masalah. Dukungan yang diberikan yaitu membantu si individu tersebut untuk menilai kemampuan dirinya sendiri serta membantu individu tersebut mendapat feedback dari orang lain terkait permasalahannya tersebut.
  2. Tangible Support. Bantuan berupa tindakan nyata yang berupa dukungan material. Misal dengan memberi bantuan uang, barang, dan lainnya.
  3. Self-esteem Support. Dukungan yang diberikan terkait dengan harga diri si individu. Misal dengan memberikan perhatian, semangat,  sehingga individu tersebut merasa dicintai dan dihargai.
  4. Belonging Support. Dukungan yang menunjukkan perasaan diterima dari suatu kelompok. Misal dengan melakukan kegiatan secara bersama sama dan saling membagi minat satu sama lain. Dengan adanya dukungan ini membuat individu tersebut merasa aman dan nyaman untuk berada di lingkungan tersebut.

Manfaat yang didapat dari adanya dukungan sosial:

  1. Menurunkan tingkat kecemasan. Individu yang kurang atau bahkan tidak memiliki dukungan sosial memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Untuk itu perlu adanya dukungan agar individu tersebut dapat membagikan permasalahannya pada orang di sekitar yang dipercaya.
  2. Mengubah pandangan atau persepsi terkait kejadian yang dialami. Adanya dukungan sosial membuat individu yang memiliki masalah dapat bertukar pikiran dengan orang lain yang dapat mengubah pandangan terhadap masalah yang dialami.
  3. Mempengaruhi respon terkait kejadian yang dialami. Misal sebelumnya memiliki pemikiran untuk melakukan self-harm, namun setelah adanya dukungan yang diberikan maka si individu tersebut mengurungkan niatnya.

Setelah membaca dan memahami bahwa ternyata laki-laki juga perlu mendapatkan dukungan sosial, maka untuk kamu yang saat ini memiliki masalah namun masih merasa malu untuk di judge, buang pikiran itu jauh-jauh dan cobalah untuk mencari bantuan apabila kamu sedang berada dalam situasi yang tidak memungkinkan kamu untuk berpikir secara jernih.

By: Safira Prabandani

 

Ed: FN, WS, JLP

Referensi:

http://etheses.uin-malang.ac.id/2248/5/05410037_Bab_2.pdf

https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-bentuk-dan-manfaat-dukungan-sosial.html

http://www.indopositive.org/2019/11/dukungan-sosial-pengertian-faktor.html

https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-20366012/geger-akibat-pandemi-covid-19-seorang-pria-bunuh-diri-di-rumahnya

https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/31/133000165/viral-seorang-pria-lompat-dari-atas-flyover-di-surabaya-motifnya-putus-asa?page=all