Kesadaran mengenai isu kesehatan mental di tengah masyarakat dinilai sudah semakin meningkat. Berbeda dengan masa lalu, saat ini sudah banyak komunitas dan kampanye di berbagai media, baik secara offline atau online yang menyuarakan pentingnya kesehatan mental bagi seluruh individu masyarakat. Selain itu, isu mengenai pentingnya kesehatan mental juga saat ini cukup sering menjadi topik dalam produksi film maupun dalam bermusik. Hal-hal tersebut dapat terlihat bahwa masyarakat sudah cukup aware dengan isu kesehatan mental beserta pentingnya menjaga kesehatan mental itu sendiri. 

Namun meskipun banyak sudah menyadari pentingnya isu kesehatan mental, terkadang pada sebagian besar masyarakat masih terkesan tabu untuk membahasnya. Ada yang beranggapan orang dengan gangguan kejiwaan adalah orang yang kurang pengetahuan tentang agama dan tidak dekat dengan Tuhan atau dianggap sebagai kutukan. Sehingga tak jarang ditemui isu kesehatan mental masih dianggap rendah atau remeh bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Bagi seseorang yang membahas tentang kondisi mental yang dimilikinya juga bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Perlu keberanian untuk dapat terbuka mengenai kondisi dirinya. Namun sayangnya, ketika seseorang dengan berani membahas mengenai kesehatan mental yang mungkin saja bertujuan baik untuk menyuarakan tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, masyarakat cenderung menyalahartikan hal itu sebagai cara mencari perhatian belaka. Selain itu, adapun respon lainnya seperti membandingkan kesehatan mental orang tersebut dengan diri sendiri atau orang lain. Padahal, setiap individu memiliki isu permasalahannya masing-masing yang tidak patut untuk dibanding-bandingkan dengan orang lain. 

Baca juga: Social Support Manakah yang Tepat untuk Mereka?

Kondisi kesehatan mental seseorang bukan suatu hal yang patut untuk disepelekan. Ringan atau beratnya permasalahan yang dihadapi, sudah seharusnya kita belajar untuk berempati dalam meresponi kondisi kesehatan mental orang lain, tanpa menilai dan tanpa menghakimi. Mari belajar untuk peka, sensitif dan berempati bagi orang-orang disekitarmu yang kamu ketahui memiliki isu kesehatan mental atau mengalami persoalan yang berat. 

Belajar berempati berarti melibatkan kemampuan secara emosional dalam memahami apa yang orang lain alami, atau dengan kata lain menempatkan diri kita di posisi orang lain dan merasakan apa yang sedang mereka rasakan dan alami. Berbeda dengan simpati yang merupakan sikap peduli atau merasa iba. Empati merupakan sikap yang lebih dalam dimana seorang mampu merasakan apa yang orang lain rasakan dengan menjadi pendengar yang baik, membebaskan orang lain untuk menceritakan permasalahannya tanpa memberi penilaian atau menghakimi orang tersebut. 

Baca juga: Perasaan Lebih Hebat dibandingkan Orang Lain? Yuk, Kenali Superiority Complex!

Lalu bagaimanakah caranya mengasah rasa empati? 

  1. Dimulai dari diri sendiri yaitu, untuk terbuka pada emosi yang dirasakan dirimu sendiri. Dengan begitu kamu akan lebih peka dengan emosi atau perasaan orang lain. 
  2. Perhatikan ekspresi wajah, gerakan tangan, gesture, dan intonasi suara orang lain ketika bercerita kepadamu, kemudian cobalah pahami ekspresi tersebut.  
  3. Perhatikan dan pahami emosi seseorang yang sesungguhnya. Bagaimana cara ia menyampaikan sesuatu biasanya lebih penting dibandingkan dengan apa yang ia sampaikan.
  4. Menjadi pendengar yang baik. Berikan orang lain kesempatan untuk mengekspresikan dirinya dan usahakan untuk tidak memotong pembicaraan. 
  5. Jangan menghakimi dan menunjukkan ketidakpercayaan. Penting juga untuk menahan diri dalam memberikan tips atau saran. 
  6. Gunakan refleksi. Ketika seseorang merasa sakit hati, ada baiknya kita membenarkan perasaannya kita bisa mengatakan “Seperti kamu merasa perasaanmu sakit ya” 
  7. Singkirkan pandangan dan penilaianmu sendiri karena akan lebih baik jika kamu fokus pada apa yang orang itu butuhkan. 

Setiap individu memiliki persoalannya masing-masing, tidak ada yang lebih ringan atau lebih berat, dan yang seharusnya kita lakukan adalah menjadi pendengar tanpa membandingkan dan menghakimi orang lain. Yuk, tanam dan pupuk rasa empati mu untuk lebih memahami dan menghargai kondisi orang lain yang berada disekitarmu, dan mari hindari sikap menyepelekan isu kesehatan mental yang sesungguhnya penting untuk kita perhatikan bersama. 

We need to have empathy, when we lose empathy we also lose our humanity. – Goldie Hawn

Baca juga: Mencari Bantuan untuk Kesehatan Mental

By: Magdalena Rebecca

 

Referensi : 

https://www.kejarmimpi.id/indonesia-masih-darurat-stigma-tentang-kesehatan-mental.html

https://www.voaindonesia.com/a/kesehatan-jiwa-indonesia-makin-sadar-tapi-terganjal-stigma/5125203.html