Dalam kehidupan, kita tentu pernah mengalami kehilangan, seperti kehilangan barang, orang yang disayang, pekerjaan, karir, atau mungkin binatang peliharaan. Begitu juga dalam sebuah bencana, duka mendalam juga terjadi, baik akibat kecelakaan, atau bencana alam. Baru-baru ini, di penghujung Maret 2021 terjadi bencana alam di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menelan lebih dari seratus korban jiwa (Supriatin, 2021), hingga kehilangan tempat tinggal, ternak, dan rusaknya lahan pertanian.
Sebagaimana kita tahu, kehilangan merupakan hal yang sulit dihindari oleh siapapun dalam kehidupan. Itulah mengapa seseorang yang sedang mengalami kehilangan pada akhirnya memilih satu dari dua pilihan yang ada, yaitu, 1) merasakan keputusasaan terhadap apa yang telah hilang, atau 2) merasakan apa yang disebut sebagai grief (Bates, 2019), dan menurutnya perasaan itu merupakan hal yang wajar dan sehat ketika seseorang sedang merasa kehilangan.
Grief, menurut Santrock (2004; dalam Adina, 2013), adalah kelumpuhan emosional, ketidakpercayaan, kecemasan akan berpisah, perasaan putus asa, sedih, dan kesepian yang menyertai seseorang ketika kehilangan sesuatu atau seseorang yang disayang. Rasa ini dapat diekspresikan dengan berbagai cara oleh ia yang merasa kehilangan (Adina, 2013).
Baca juga: Apa Saja Asfek Resiliensi?
Baik Kübler-Ross, dan William J. Worden di tahun 1982 (Morrow, 2020), membuat tahapan atau model, bagaimana seseorang dapat menjalani proses grieving, salah satunya adalah four tasks of mourning ketika berduka. Cara tersebut untuk menyakinkan mereka yang sedang melewati masa berduka untuk bisa menerima kehilangan yang terjadi dan beradaptasi dengan kehilangan tersebut, dan agar dapat kembali menjalani kehidupan setelah kehilangan yang dialami (Bates, 2019).
Berikut tahapan four tasks of mourning:
Menerima Realita dari rasa kehilangan
Meski seseorang mengetahui ketika kehilangan seseorang, maka ia yang pergi tidak dapat kembali lagi. Meskipun kehilangan merupakan hal yang natural, terkadang sulit bagi seseorang dapat menerimanya. Oleh karena itu penerimaan realita menjadi tugas pertama dalam model buatan Worden ini.
Penerimaan dalam hal ini adalah ketika seseorang telah menerima kenyataan meski menyakitkan, tahapan menerima kehilangan ini bukan merupakan langkah menyangkal dan berpura-pura bahwa kehilangan yang dialaminya tidak terjadi.
Baca juga: Perempuan yang Resilien di Tengah Pandemi
Lalui rasa sakit akibat kehilangan
Reaksi saat mengalami kehilangan seseorang yang disayangi seringkali sangat menyakitkan, dan hal itu bisa mengalami berbagai macam emosi, mulai dari kemarahan, rasa bersalah, ketakutan, depresi, dan lain-lain. Pada bagian ini, ia yang berduka akan memerlukan waktu untuk memahami bahwa merasakan perasaan-perasaan tersebut adalah hal yang valid, dan dengan begitu secara perlahan ia akan melewati proses berduka.
Sesuaikan diri dengan lingkungan tanpa kehadiran Ia yang sudah tiada
Kehidupan pasti akan berjalan berbeda ketika seseorang yang dianggap penting dalam keseharian kita telah tidak ada lagi. Konteks kehilangan tersebut bisa karena ia telah menjauh, memutus tali hubungan, ataupun meninggal dunia. Dengan begitu, seseorang yang ditinggalkan harus bisa beradaptasi dengan situasi baru yang dihadapi tanpa kehadiran ia yang telah meninggalkan.
Mencari hubungan dengan yang sudah tiada saat memulai kehidupan baru
Pada tahapan keempat dalam four tasks of mourning yang dikemukakan oleh William Worden, seseorang yang kehilangan diharapkan bisa menemukan cara untuk tetap terhubung dengan apa yang sudah tiada dalam kehidupannya. Seperti album foto, klip video pendek, tulisan tangan, dan lain-lain dapat menjadi cara untuk tetap memiliki ‘hubungan’ dengan seseorang atau barang yang telah tiada dalam kehidupannya.
Perlu diingat kembali, meski model ini berbeda dengan five stages of grief, model ini masih menjadi bentuk dari proses berduka. Proses berduka sendiri adalah proses yang bersifat pribadi dan setiap orang memiliki cara tersendiri dalam memulihkan dirinya dari rasa duka (Papalia et. al. 2019; dalam Natadisastra & Soerjoatmodjo, 2019).[]
Baca juga: Mencari Bantuan Kesehatan Mental
By: Fathia Rachma Aurelia Zahra Natadisastra
Ed: WS
Referensi:
Adina Fitria S, 1550408014 (2013) GRIEF PADA REMAJA AKIBAT KEMATIAN ORANGTUA SECARA MENDADAK. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. https://lib.unnes.ac.id/18463/
https://www.psychologytoday.com/us/blog/mental-health-nerd/201911/the-4-tasks-grieving
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/504-ketika-anak-belajar-berduka
https://www.verywellhealth.com/the-four-phases-and-tasks-of-grief-1132550
https://exploringyourmind.com/william-worden-the-four-tasks-of-mourning/
https://www.merdeka.com/peristiwa/korban-meninggal-bencana-ntt-paling-banyak-di-flores-timur.html
0 Comments
Leave A Comment