Pernah mendengar kalimat “Falling in love is a beautiful thing?”. Yup, mungkin sebagian dari kita setuju dengan pernyataan tersebut bahwa jatuh cinta dengan seseorang dapat membuat kita merasa sangat bahagia. Maka tak jarang dari kita menginginkan hubungan yang lebih intim lagi dengan seseorang yang kita sukai, seperti berpacaran.
Hubungan dalam pacaran bisa sangat melenakan, yang ada di depan mata rasanya hanya ada kebahagiaan dan rasa rindu untuk selalu bersama. Maka dari itu penting bagi kita untuk tidak terlalu terlena dan memperhatikan “red flag” atau tanda-tanda bila si dia sudah mulai menunjukan sisi buruknya.
Tapi, apa iya, pacar bisa tega melakukan tindakan buruk pada pasangannya? Semestinya sih tidak, tapi kita tetap perlu menyadari bahwa hubungan dalam pacaran juga rentan terjadi kekerasan, atau yang biasa disebut kekerasan dalam pacaran (KDP). Kok, bisa? Bisa saja, mengingat hubungan pacaran adalah hubungan yang mengikat secara emosi, dimana hal itu bisa disalahgunakan oleh pasangan untuk mengendalikan dan menguasai pasangannya secara berlebihan.
Lalu, siapa sih yang bisa menjadi korban KDP? Bisa siapa saja, laki-laki ataupun perempuan, tapi pada umumnya perempuan adalah pihak yang paling banyak menjadi korban. Mengapa? Hal itu tentu saja terkait dengan norma gender tradisional yang menempatkan laki-laki pada konstruksi gender yang lebih tinggi dibanding perempuan, akibatnya ada banyak laki-laki yang tidak merasa bersalah ketika ia menjadi pelaku kekerasan pada pasangannya.
Adapun bentuk dari KDP cukup beragam, diantaranya ada yang dalam bentuk kekerasan verbal, misal memarahi pasangan dan membentak, membanding-bandingkan dengan orang lain, merendahkan pasangannya dengan memberi julukan yang buruk, dimana semua itu pada akhirnya akan membuat korbannya merasa tertekan.
Contoh lain dari KDP ialah adanya perilaku posesif, hingga terus menerus masuk ke dalam kehidupan privasi kamu. Lalu ada juga perilaku lainnya, seperti menampar, menguntit dan memaksa melakukan hubungan seksual.
Jenis-jenis Kekerasan dalam Pacaran
Kekerasan dalam pacaran sepertinya terdengar familiar di telinga kita. Itu karena mungkin ada diantara kita mendengar pengalaman orang terdekat, teman, atau bisa jadi kita sendiri yang mengalami KDP. Sayangnya, kasus ini masih jarang dibahas. Padahal kita tahu, dampak dari KDP memiliki dampak yang luar biasa bagi korbannya. Bahkan menurut penelitian menunjukkan bahwa kekerasan dalam pacaran merupakan salah satu isu krusial di tingkat global yang dihadapi para remaja dan dewasa muda (dalam Rusyidi & Hidayat, 2020).
Lalu, apa saja sih bentuk-bentuk KDP yang perlu kita ketahui? Berikut ini beberapa bentuk KDP:
- Kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang, mendorong, mencekram dengan keras pada tubuh pasangan dan serangkaian tindakan fisik yang lain.
- Kekerasan emosional atau psikologis seperti mengancam, memanggil dengan sebutan yang mempermalukan pasangan menjelek-jelekan dan lainnya.
- Kekerasan ekonomi seperti meminta pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidupnya seperti memanfaatkan atau menguras harta pasangan.
- Kekerasan seksual seperti memeluk, mencium, meraba hingga memaksa untuk melakukan hubungan seksual dibawah ancaman.
- Kekerasan pembatasan aktivitas oleh pasangan banyak menghantui perempuan dalam berpacaran, seperti pasangan terlalu posesif, terlalu mengekang, sering menaruh curiga, selalu mengatur apapun yang dilakukan, hingga mudah marah dan suka mengancam.
Dominasi Patriarki dan Budaya Kekerasan Terhadap Perempuan
Konstruksi gender yang berlaku di tengah masyarakat ialah menempatkan laki-laki lebih tinggi dari perempuan, membuat laki-laki yang setuju dengan pemahaman tersebut memiliki perspektif bahwa laki-laki pantas mengatur dan mengontrol kehidupan perempuan. Hal itu karena pada budaya tersebut, atau yang biasa disebut budaya patriarki, atau budaya yang mengedepankan kepentingan laki-laki, menjadikan laki-laki sebagai pihak yang lebih superior, sementara perempuan adalah pihak yang inferior. Persepsi demikian kemudian membangun bias gender dimana perempuan yang paling banyak menjadi korban akibat budaya yang timpang tersebut.
Dampak Kekerasan dalam Pacaran
Ada sejumlah dampa yang dalami korban KDP, mulai dari luka fisik akibat kekerasan, psikologi dimana kesehatan mentalnya terganggu, ekonomi karena diperas, atau dieksploitasi, dan dampak lainnya.
Korban yang mengalami KDP berpotensi mengalami tekanan emosi hingga trauma. Maka dari itu penting bagi orang-orang di sekitar korban menjadi support system untuk memberikan dukungan guna membantu menyembuhkan trauma yang dialami.
Lalu, bagaimana dengan korban KDP yang masih memilih untuk tetap bertahan dalam relasi yang toxic? Selain ada situasi tertentu dan alasan tersendiri korban, menurut Michael J. Formica, selama ini korban merasakan perasaan tidak aman, mengakibatkan nilai sosial yang dimiliki sebelumnya berubah. Korban merasa takut tidak dicintai dan pada akhirnya memilih untuk bertahan dengan pasangan yang abusive tersebut. Pada akhirnya pelaku memanfaatkan kelemahan korban. Hal lain yang membuat korban tetap bertahan dalam hubungan, ada kemungkinan korban mendapatkan ancaman dari pasangan sehingga ia kesulitan keluar dari hubungan yang tidak sehat tersebut.
Cara untuk Terhindar Dari Hubungan yang Toxic
Berikut yang dapat dilakukan untuk terhindar dalam hubungan yang toxic:
- Edukasi diri seperti apa menjalin hubungan yang sehat
Meng-update pengetahuan tentang hubungan yang sehat dan toxic, melatih diri bagaimana membangun relasi sehat dengan pasangan, dan bagaimana memahami tanda-tanda (red flag) jika pasangan sudah mulai menunjukan perilaku yang mencederai hubungan yang sehat, misal pasangan seperti mulai mengendalikan dan mengontrol, mundah cemburu, tidak menghargai privasi, seperti meminta password akun media sosial, dan lainnya.
- Diskusikan yang baik dan buruk tentang hubungan
Biasanya sebelum menjalin hubungan bersama pasangan akan melewati masa pendekatan, atau yang biasa disebut pedekate. Momen tersebut dapat dimanfaatkan untuk saling mengetahui cara pandang pasangan terhadap suatu hubungan. Mulailah membicarakan hal yang baik yang perlu dibangun dalam hubungan. Bisa juga mempertanyakan diri sendiri, apa alasan menjalin hubungan dengannya, dan apa yang diinginkan darinya? Perlu juga dibahas mengenai apa yang akan calon pasanganmu lakukan ketika sedang terjadi konflik. Bila dari pembahasan tersebut kamu menemukan orang itu tidak cocok, maka tidak usah ragu untuk tidak melanjutkan hubungan pada fase berpacaran.
- Perempuan dan laki-laki setara
Ingatlah, relasi yang sehat adalah yang tidak menjadikan salah satunya tidak berdaya dan mengikuti segala kemauan pasangannya. Hubungan yang tidak setara ialah yang memiliki pemahaman bahwa laki-laki sebagai pemegang kekuasaan atas perempuan dan mendominasi dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu sebelum menjalin hubungan yang lebih dalam pastikan bahwa calon pasanganmu adalah orang yang menghargai perempuan.
- Mengakhiri hubungan dengan meminta pertolongan
Bila kamu sudah terjebak dalam hubungan yang kasar, tidak perlu ragu untuk mengakhirinya. Bila kamu merasa terancam, atau tidak berdaya, kamu dapat meminta pertolongan kepada orang terdekat, seperti teman atau keluarga, atau mungkin menghubungi lembaga yang bergerak dalam menangani kasus kekerasan.
Sebagian korban KDP mengalami situasi yang sulit untuk memutuskan hubungannya dengan beragam situasi, tetapi coba lihat kedalam diri, jenis hubungan seperti apakah yang kamu inginkan? Tentu bukan hubungan yang penuh resiko dan membuat kamu selalu teran dan teraniaya, bukan? Bila kamu masih bimbang, kamu dapat berbagi cerita dengan orang-orang yang kamu percaya, atau dapat akses layanan professional. Bagaimana dengan pasangan yang mengancam bila memilih untuk menghakhiri hubungan? Sebagai korban kamu dapat mengakses bantuan seperti Komnas Perempuan, Lembaga Bantuan Hukum, P2TP2A, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Polres), layanan pengaduan 24 Jam Sapa 129, dan lain sebagainya.
By: Mary
Ed: WS
Daftar Referensi:
https://www.verywellfamily.com/ways-to-prevent-teen-dating-violence-4129355
https://mading.id/perspective/pengaruh-budaya-patriarki-dalam-kekerasan-berpacaran/
https://tirto.id/waspadai-pelaku-kekerasan-dalam-pacaran-dg51
https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/2208/1192 https://pkbi.or.id/kekerasan-dalam-pacaran-waspadai-sejak-dini/ https://magdalene.co/story/kekerasan-dalam-pacaran-fenomena-sunyi-di-indonesia https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1669/waspada-bahaya-kekerasan-dalam-pacaran
0 Comments
Leave A Comment