“I think that you have to do everything you can do to empower girls when they are young, from their education, to their successful independence, to their sexual self-knowledge.” – Susie Bright
Pertanyaan anak yang “Boom” terkadang membuat kita sebagai orangtua kewalahan menjawab berbagai pertanyaan anak. Menurut penelitian, perkembangan otak anak sejak usia 2 tahun sangat cepat dan pesat. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan Bahasa dan cara mereka menghubungan informasi tentang dunia, sehingga terlihat menakjubkan. Dalam penelitian Anhusadar (2014) dimana perkembangan otak anak sedang tumbuh melalui tiga tahapan, mulai dari otak primitif (action brain), otak limbik (feeling brain), dan akhirnya ke neocortex (atau disebut juga thought brain, otak pikir).
Salah satu pertanyaan menakjubkan ini, umumnya muncul saat anak melihat ibu sedang hamil atau ada saudara serta kerabat yang hamil atau saat anak melihat dari media sosial. Lalu, sebagai orangtua yang diberikan pertanyaan “Kok ada bayi diperut ibu?”, membuat orangtua kadang bingung atau canggung menjawabnya.
Jawaban ini terkadang mengarah ke ranah seksual dan terkadang masih dikaitkan dengan budaya yang tabu. Padahal pendidikan seksual sejak dini untuk anak sangatlah penting karena dapat menjadi bekal anak di masa depan khususnya sebagai bentuk perlindungan dari pelecehan seksual. Lagi pula, orangtua adalah agen sosialisasi pertama anak dan menjadi lingkup terdekat anak, agar mereka mendapatkan informasi yang tepat. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hi Yusuf (2020) yang menjelaskan bahwa akan ada masa anak membutuhkan pengetahuan tentang tubuhnya sendiri, sehingga orangtua perlu menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang memuaskan dan rasional menurut anak.
Untuk memberikan informasi yang tepat, orangtua perlu punya pengetahuan terlebih dahulu. Jadi, perbanyaklah informasi. Misalnya dengan membaca buku atau menonton video edukasi. Kemudian, ubahlah mindset kita tentang seksualitas. Hal tersebut tidak tabu. Justru sebaliknya, hal ini sebagai pengetahuan dan pendidikan untuk anak.
Selain peran ibu dalam pendidikan seksual, peran ayah pun sama pentingnya. Setiawan dkk (2020) menjelaskan bahwa ayah yang terlibat dalam pengasuhan anak akan memiliki kemampuan sosial dan kognitif yang baik serta kepercayaan diri yang tinggi pada anak. Lebih lanjut Setiawan dkk (2020), ayah memiliki peranan penting dalam pendidikan seks agar anak dapat menumbuhkan sikap tegas dan disiplin mengenai gendernya sendiri. Selain itu anak perempuan yang memiliki kedekatan dengan ayahnya sejak di usia dini akan merasa aman dan nyaman, sehingga tidak mudah akan mudah terkena rayuan laki-laki yang tidak bertanggungjawab di saat anak beranjak dewasa. Cara yang ayah lakukan dalam menerapkan pendidikan seks kepada anaknya dengan cara menerapkan rasa malu, membedakan pakaian untuk perempuan dan laki-laki, dan mengajarkan bagian tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh oleh orang
Menurut Lehmiller (2014), seksualitas bukan hanya tentang aspek fisik, tetapi ada aspek sosial dan aspek psikologis. Dari ranah aspek fisik, jelas berkaitan dengan pubertas, hormon, sel reproduksi, genetik, dan lain-lain. Membahas dari aspek sosial, maka dikaitkan dengan isu budaya, agama, pendidikan, serta lingkungan. Dari aspek psikologis, maka tidak lepas dari kepribadian, mood, emosional, perilaku, serta sikap.
Saat menjelaskan pada anak pun, kita perlu cek usia mereka. Kalau sudah mampu berpikir lebih kritis, misalnya usia remaja maka perlu ajak diskusi mereka lebih detail. Tetapi jika berusia sekolah dasar, kita perlu pahami dulu, sejauh mana mereka mengetahui pendidikan seksual tersebut. Lalu, jelaskan lebih detail. Begitu pula, jika anak masih dibawah 5 tahun, jelas mereka baru memahami pengenalan anggota tubuh dan sebagainya. Secara otomatis, pengajaran dan informasi yang dapat orangtua berikan pasti berbeda pada masing-masing usia.
Lalu, gunakan Bahasa yang tepat dan pilih kata yang dapat dimengerti anak. Nama anggota tubuh perlu diucapkan sesuai. Sehingga anak dapat belajar sesuai fungsinya. Misalnya, perut untuk mengelola makanan sementara Rahim untuk perkembangan embiro bakal janin. Jelaskan tentang janin bukan bayi, sehingga anak paham bahwa bayi belum lahir akan disebut janin.
Untuk anak usia sekolah dasar, dapat dijelaskan pria memiliki sel sperma dan wanita memiliki sel telur. Ketika bergabung maka akan membuat embrio tumbuh menjadi janin, lalu saat janin membesar selama 9 bulan dikandungan, akan lahir bayi. Nah, orangtua juga bisa jelaskan gimana kelahiran dirinya, misalnya jika ceasar, maka ibu bisa tunjukkan bekas diperut sebagai proses persalinan. Sebaliknya, jika dilakukan secara normal, ibu bisa jelaskan akan keluar melalui vagina.
Sisipkan juga informasi tentang pendidikan seksual. Tidak semua orang boleh sembarangan melakukan hubungan seksual atau pun menyentuh tubuh anak. Ada bagian tubuh yang privat dan tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang lain selain diri mereka sendiri, orangtua, atau dokter saat mereka sakit. Bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain seperti mulut, dada, alat kelamin, dan pantat.
Dari penjelasan ini pun, akan menjalin kedekatan antara orangtua dan anak. Waktu bonding pun bertambah, saat saling bercerita tentunya. Selain itu, menjawab jujur akan memudahkan anak lebih paham. Sebaliknya, jika berbohong atau orangtua masih merasa malu membicarakannya, anak akan ragu bertanya dikemudian hari. Usahakan tenang dan santai menjawab pertanyaan si kecil. Kalau orangtua tidak tau jawabannya, katakan bahwa anda tidak tau, jadi perlu cari informasi dulu dan jika sudah dapat informasi akan memberitahu anak.
Jika perlu, gunakan buku atau video edukasi, agar orangtua dapat lebih mudah menjelaskan kepada anak. Usahakan mendengarkan dulu pertanyaan anak dan berikan kesempatan anak untuk bercerita serta mencari jawabannya. Sehingga, rasa penarasan anak terjawab. Tidak lupa, hal ini pun mengasa kemampuan berpikir kritisnya juga.
Lebih lanjut, dalam penelitian Bennett dkk (2018) masih melihat bahwa peran ayah tentang pendidikan seksual cenderung mencerminkan sifat identitas kebapaan yang dinamis, kontradiktif, berubah, dan plural. Sementara ayah ingin mematuhi imperatif budaya untuk kedekatan emosional ayah-anak, ada perbedaan yang signifikan antara ambisi dan perilaku para ayah. Hal ini dikaitkan dengan pengasuhan mengenai konsep gender, aspirasi ayah untuk menjalin hubungan dekat dengan anak, norma-norma budaya keibuan dan peran ayah yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, peran ayah masih perlu ditingkatkan dalam pengasuhan, khususnya ranah pendidikan seksual.
By: Octavia Putri, M. Psi., Psikolog
Sumber:
Anhusadar, L. O. (2014). Perkembangan Otak Anak Usia Dini A . Hakikat dan Prinsip Perkembangan Otak Otak yang dalam bahasa Inggris disebut encephalon adalah pusat ( central nervous system , CNS ) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya . Otak manusia adalah struktur pusat. Shautut Tarbiyah, 20(1), 98–113.
Bennett, C., Harden, J., & Anstey, S. (2018). Fathers as sexuality educators: aspirations and realities. An Interpretative Phenomenological Analysis. Sex Education, 18(1), 74–89. https://doi.org/10.1080/14681811.2017.1390449
Hi.Yusuf, H. (2020). Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Anak. Al-Wardah, 13(1), 131. https://doi.org/10.46339/al-wardah.v13i1.163
Lehmiller, J. J. (2014). The psychology of human sexuality. Wiley Blackwell.
Setiawan, S. A., Adriany, V., & Setiasih, O. (2020). Upaya Ayah dalam Menerapkan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini. Edukid, 17(1), 19–29. https://doi.org/10.17509/edukid.v17i1.24174
0 Comments
Leave A Comment