Apakah kamu familiar dengan Emotional Vulnerability? Emotional Vulnerability adalah kemampuan untuk memproses emosi dan mengartikulasikan perasaan dengan orang lain. Profesor Brené Brown, menyarankan bahwa, vulnerability adalah pengukur keberanian yang penting dan memungkinkan orang untuk dilihat dan dipahami oleh orang-orang dalam hidup mereka.
Berikut beberapa contoh Vulnerability:
- Mengambil peluang yang mungkin mengarah pada penolakan
- Berbicara tentang kesalahan yang telah diperbuat
- Berbagi informasi pribadi yang dirahasiakan
- Merasakan emosi yang sulit, seperti malu, sedih, atau takut
- Jujur tentang apa yang dibutuhkan dalam suatu hubungan, termasuk batasan dan harapan.
Namun, seiring kita tumbuh mungkin kita mempelajari bahwa dunia bisa menjadi tempat yang sangat menyakitkan. Kita mempelajari bahwa tidak semua orang ada di pihak kita, dan tidak semua situasi akan berjalan sesuai keinginan kita maka kita memilih untuk menutup diri.
Seiring berjalannya waktu, kita belajar untuk melindungi diri sendiri. Seperti membangun tembok dari orang-orang disekitar. Demikian juga, membangun dinding menciptakan ruang yang aman di mana kita dapat mundur dengan cepat, tetapi juga menghalangi aliran energi dan cinta di kedua arah. Sangat mudah untuk terjebak di balik pertahanan emosional diri kita sendiri, tidak mampu memberi atau menerima emosi positif maupun negatif. Ini membuat kita merasa terisolasi dan sendirian. Orang dengan ketakutan ini sering menjadi “Penjauh”, menggunakan metode yang diasah dengan baik untuk menjaga jarak dengan orang lain.
Menjadi Pribadi yang Authentic
Salah satu cara untuk mengurangi isolasi diri dan rasa takut akan vulnerability adalah dengan merangkul diri sejati kita. Kita pasti pernah disakiti sebelumnya, jadi kita berusaha meminimalkan risiko disakiti lagi. Namun, cara terbaik untuk meminimalkan potensi kerusakan bukanlah dengan membangun tembok, namun pertama-tama, kita harus belajar mencintai dan menerima diri kita seutuhnya. Memahami dan menerima bahwa setiap orang memiliki kekurangan, ketidaksempurnaan, cerita memalukan, dan kesalahan masa lalu yang ingin kita lupakan. Orang-orang merasa tidak aman, canggung, dan sangat berharap kita dapat mengubah hal-hal tertentu yang merupakan sifat dan bagian manusia itu sendiri.
Kelebihan-Kelebihan Emotional Vulnerability:
- Kekuatan emosional yang tangguh: Menempatkan diri ke dalam situasi dimana kita merasa rentan menjadi cara mendapatkan kepercayaan diri untuk menangani situasi yang menantang. Hal ini dapat membantu kita lebih tangguh dalam menghadapi kesulitan hidup.
- Hubungan yang lebih kuat: Menjadi rentan dengan orang lain adalah cara untuk menumbuhkan keintiman emosional. Seperti memperdalam kasih sayang, empati, dan hubungan dengan orang lain dalam hidup.
- Peningkatan penerimaan diri: Menjadi rentan memungkinkan untuk menerima dan merangkul berbagai aspek diri kita dan dapat menumbuhkan kepercayaan diri.
Bagaimana caranya untuk bisa menjadi Emotionally Vulnerable?
Salah satu cara untuk mengurangi isolasi diri dan rasa takut akan vulnerability adalah dengan merangkul siapa diri sejati kita seutuhnya, seperti:
- Self-Love
Untuk belajar mencintai diri sendiri, mulailah dengan mengakui bahwa kita hanyalah manusia seutuhnya seperti kekurangan, ketidaksempurnaan, dan semuanya. Miliki dan rangkul kesalahan masa lalu, tetapi sadarilah bahwa itu semua tidak menentukan siapa diri masa kini atau masa depan kita.
Minta maaf kepada siapapun yang kita rasa merasa bersalah secara signifikandan kemudian move on. Maafkan dirimu. Meskipun ini seringkali lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, bergerak maju, cobalah untuk hidup dengan beberapa kebenaran sederhana.
Percaya bahwa Kita Berharga. Kemudian Rangkullah kesalahan-kesalahan kita terdahulu. Karena kesalahan tidak hanya membuat kita menjadi manusia, tetapi juga memberi kita banyak pengalaman untuk digunakan saat membantu orang lain.
Berhentilah mencoba membuktikan nilai kita. Manusia, terutama mereka yang takut akan vulnerability, selalu berusaha menunjukkan betapa berharganya kita. Namun, Ingatlah bahwa kita tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang.
By: Serene Rahayu
Referensi:
Fritscher, Lisa. 2021. “Recovering From the Fear of Vulnerability”. https://www.verywellmind.com/fear-of-vulnerability-2671820#:~:text=Vulnerability%20is%20a%20state%20of,is%20a%20very%20common%20fear.
Wignall, Nick. 2020. “Emotional Vulnerability: What It Is and Why It Matters”. https://nickwignall.com/emotional-vulnerability/
0 Comments
Leave A Comment