Penulis dan kritikus Kyle Chayka mengungkapkan bahwa ada lebih banyak filosofi daripada menyederhanakan skala lemari anda dan memilih desain yang rapi. Namun begitu anda memahami dan mewujudkan maknanya yang lebih dalam, mempraktikkan minimalisme dapat sangat meningkatkan kesehatan mental anda. Sederhananya, minimalis dapat didefinisikan dengan pepatah klasik: Lebih sedikit lebih baik.

Kyle menjelaskan bahwa ide tersebut muncul dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah, mulai dari filosofi Yunani Kuno dan Buddhisme awal, hingga arsitektur dan desain abad ke-20. Secara khusus, gerakan seni visual Minimalis tahun 1960-an menekankan “memandang dunia dengan cara yang berbeda dan berusaha menyingkirkan praduga anda tentang seni atau keindahan”.

Minimalis sebagian besar mengacu pada gaya hidup yang menyimpang dari konsumerisme. Ini juga terkait dengan istilah seperti kesederhanaan.

Kyle menulis bahwa “barang adalah musuh kebahagiaan, mudah untuk berpikir bahwa pakaian baru, rumah yang lebih besar, atau mobil yang lebih mewah akan membuat kita merasa bahagia dan lengkap. Namun, logika itu mengarah pada lereng yang licin dan paling sering, kekecewaan. Ia mengimbau agar kita tidak mengandalkan objek fisik sebagai landasan identitas kita.

5 Manfaat Psikologi Minimalisme

Lebih sedikit barang yang kita punyai mungkin membuat kita lebih kreatif, lebih mencintai, lebih komunal, lebih terlibat dengan lingkungan kita.

1. Minimalisme Memenuhi Kebutuhan Psikologis Dasar

Sebuah studi tahun 2016 menunjukkan bahwa orang yang mengikuti gaya hidup konsumsi rendah mengarah pada peningkatan kepuasan hidup. Hal ini memberikan rasa kebebasan dan keaslian; membantu anda merasa terkendali dan mandiri.

2. Minimalisme Membuat Lebih Bahagia

Satu studi menemukan bahwa orang yang lebih menghargai spiritualitas dan kesederhanaan daripada konsumsi melaporkan lebih banyak pengalaman positif secara emosional. Dan mereka juga mencatat tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi. Sebaliknya, sebuah studi tahun 2014 menemukan bahwa materialisme dikaitkan dengan kesejahteraan yang jauh lebih rendah. Konsekuensi yang paling menonjol terwujud dalam bentuk risiko kesehatan dan perilaku serta penilaian diri yang negatif. Kesimpulannya, para peneliti menentukan bahwa konsumsi tidak memenuhi kebutuhan psikologis materialis. Sederhananya, lebih banyak barang dapat menyebabkan lebih sedikit kebahagiaan.

3. Minimalisme Membuat Anda Tidak Kesepian

Terlepas dari apa yang dikatakan Marilyn Monroe, berlian tidak selalu menjadi sahabat perempuan.Menurut sebuah studi tahun 2013, mengevaluasi kepemilikan sebagai penanda kebahagiaan dan kesuksesan meningkatkan perasaan kesepian. Sementara waktu menyendiri itu penting, kesepian adalah sesuatu yang sama sekali berbeda.

4. Minimalisme Membuat Anda Fokus

Jika anda mengalami kesulitan untuk fokus, ada kemungkinan barang anda yang menjadi penyebabnya. Selanjutnya, hampir semua peserta dalam studi tahun 2020 yang menyelidiki manfaat psikologis minimalis percaya bahwa “rumah yang berantakan dan kacau adalah penyebab dan akibat dari pikiran yang kacau dan sebaliknya.

Pada dasarnya, keadaan dunia internal dan eksternal anda sering mencerminkan satu sama lain. Stimulasi berlebihan atau kelebihan di satu area dapat mengalir ke area lain. Bagaimanapun, fakta ini adalah alasan utama mengapa tren minimalis begitu populer saat ini. Setelah mempraktikkan manajemen stres dan mengurangi pemicu apa pun, kemudahan yang lebih besar akan mengikuti.

5. Minimalisme Membangun Kesadaran

Singkatnya, salah satu manfaat minimalisme yang paling berharga adalah memungkinkan untuk fokus pada hal-hal yang penting. Memungkinkan untuk menyadari nilai-nilai anda dan dunia di sekitar. Begitu anda mempertimbangkan untuk menjalani gaya hidup minimalis, itu akan memaksa anda untuk introspeksi. Anda dapat menemukan apa sebenarnya kebutuhan, impian, dan tujuan yang yang sebenarnya.

Cara Memulai Gaya Hidup Minimalis

  1. Terinspirasi
  • Refleksi dan Revisi

Menekankan pentingnya mengetahui mengapa kita tertarik pada minimalis sejak awal, dengan bertanya pada diri sendiri:

  • Apakah saya mencoba mengisi kekosongan dengan barang yang saya beli atau simpan?
  • Bagaimana semua “barang” ini benar-benar membuat saya merasa?
  • Apakah “barang” saya menghalangi kebutuhan saya yang sebenarnya?
  • Apa penggunaan terbaik dari waktu, uang, dan energi saya?
  • Bagaimana saya bisa lebih terhubung dengan diri saya sendiri, orang yang saya cintai, dan saat ini?

Jujurlah pada dirimu sendiri. Kenali pola dan kelemahan, lalu ganti dengan hal-hal yang produktif, pikiran positif, dan tindakan yang menguatkan.

Pikiran Final

Intinya, hidup minimal berfokus pada pengalaman internal (gagasan) versus akumulasi eksternal (item). Dan sementara membuang kelebihan di lemari dan rumah bisa menjadi batu loncatan potensial untuk memiliki hidup yang minimalis.

By: Zefanya Norman Todoan

Referensi:

https://www.humnutrition.com/blog/psychological-benefits-of-minimalism/